Rafalnd Dirta M.

96 13 6
                                    

"Raf, dengerin tuh apa yang diomongin Bu Rena! Lo asik tidur aja!" Bisik cowok yang duduk di sebelah seorang remaja dengan kepala yang terlungkup di lipatan tangannya.

Dengan enggan Rafalnd yang merasa terganggu mengangkat kepalanya perlahan. Rafalnd, atau bisa dipanggil Rafan menatap tajam cowok yang membangunkannya tadi.

"Perhatiin tuh Bu Rena. Daritadi dia ngoceh mulu, tapi gak lo dengerin!" Rafan menatap Farrel dengan satu alis terangkat, seakan mengatakan 'sejak kapan lo peduli?'.

Farrel nyengir. "Sekali-kali lah jadi anak teladan."

"Brisik." Satu kalimat dingin terluncur dengan mulus dari bibir Rafan. Siapapun yang mendengarnya pasti akan menciut. Tapi tidak dengan Farrel yang seakan sudah kebal dengan sikap dingin Rafan.

"Nggak mempan gue. Gue udah kebal sama perkataan pedas yang biasa lo keluarin." Farrel terkekeh pelan. Rafan mendengus kasar namun wajahnya masih terlihat datar.

"Rafalnd, Farrel! Sedari tadi saya perhatikan kalian mengobrol saja. Cepat ke depan, dan kerjakan soal-soal ini!" Perintah Bu Rena mata menatap tajam Rafan dan Farrel, sementara tangannya menunjuk papan yang penuh dengan coretan angka dan bahasa fisika.

Rafan mendengus, matanya menatap Farrel tak bersahabat, seakan mengatakan 'Gara-gara lo!' begitulah.

"Kok gue sih?!" Ucap Farrel mengerti arti dari tatapan itu.

"Rafalnd, Farrel!" Tegur Bu Rena lagi.

"I-iya Bu!" Ucap Farrel kikuk. Rafan berjalan mendahului Farrel ke depan.

"Mati! Gue nggak ngerti apa-apa." Gumam Farrel sangat pelan namun masih tertangkap jelas oleh telinga Rafan.

Rafan mengambil spidol lalu berjalan ke arah soal fisika di papan tulis sisi kiri. Sedangkan Farrel mengerjakan di sisi kanan.

"Ayo kerjakan!"

"Iyaa Buu." Jawab Farrel malas dan Rafan tetap diam mengamati setiap kata dalam soal.

Setelah itu mereka mengerjakan soal dalam diam. Rafan menulis dengan cepat lalu mengembalikan spidol itu di tempat semula. Rafan hendak kembali duduk, tapi sebelumnya dicegah oleh Bu Rena.

"Siapa yang suruh kamu kembali?" Tanyanya. Rafan menatap datar guru didepannya. "Sudah selesai?" Tanya Bu Rena lagi dengan nada menyindir. Rafan mengangguk pelan membalasnya.

Saat melihat jawaban Rafan, guru itu melongo dengan keadaan mulut setengah terbuka. Jawaban Rafan benar, dan rumusnya juga tepat. Cara hitung yang digunakannya terkesan sipel dan tidak berbelit-belit.

"Sudah' kan Bu?" Tanya Rafan.

Bu Rena berdeham pelan. "Ya, silahkan kembali ke tempat duduk kamu." Ucap Bu Rena masih setengah tidak percaya. Teman sekelas Rafan juga menatap Rafan tidak percaya.

Bu Rena dan teman sekelasnya tahu kalau Rafan tadi tertidur di kelas. Guru itu tadinya hendak menegur lalu menghukum Rafan, tapi pada saat itu juga Farrel mengajak Rafan mengobrol. Alhasil Bu Rena menghukum keduanya dengan menjawab soal di papan tulis.

Tanpa sadar Bu Rena menggeleng pelan. "Benar-benar anak itu!" Pikirnya. Kemudian matanya tertuju pada Farrel. "Sudah selesai?"

"E-eh...gak bisa bu." Jawab Farrel cengengesan.

"Kamu ini! Sudah, duduk sana!"

"Makasih Bu-"

"Tapi," Bu Rena memotong kalimat dan menghentikan langkah Farrel.

"saya hukum kamu mengerjakan paket halaman 47, 48, 50, 52, dan 53!"

"Lho, lho kok gitu Bu?" Tanya Farrel tidak terima dengan nada sedikit memelas.

"Kamu itu tadi sudah mengobrol di pelajaran saya. Sudah gitu kamu tidak bisa mengerjakan soal yang saya berikan!" Tegas Bu Rena.

Seisi kelas tertawa kecuali Rafan tentunya. Ya, cowok itu anti tertawa. Senyum saja jarang.

"Kenapa kalian tertawa?!" Sontak kelas kembali hening. "Kalian, kerjakan paket halaman 37, 38, 39. Se-ka-rang!"

"Yaah...Ibuuu..."

∞∞∞

With You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang