16~First Song With You

30 5 0
                                    

.
.
.
#Little Things--One Direction
.
.
.

"Hoi!" Satu jentikan dan seruan pelan  mampu membuat Allicia tersadar dari lamunannya terhadap perasaannya sendiri.

"Eh? Apa?" Tanya Allicia gelagapan dengan wajah tidak seperti biasanya.

Rafan bergumam. "Ambigu." Pikir Allicia.

Rafan mengalihkan pandangannya ke segala arah untuk mencari sesuatu yang menarik. Saat pandangannya menangkap buku menu di atas meja, terpikir olehnya untuk memesan sesuatu. Setidaknya untuk mengurangi rasa canggung.

Rafan menyerahkan buku menu itu kepada Allicia dengan mendorong buku menu dengan pelan ke hadapan Allicia.

"A-apa?" Tanya Allicia gugup. Ya, sejak menyadari perasaanya terhadap pria di seberang meja sebagai pembatas mereka, Allicia sedikit merasa aneh dengan jantung yang berdetak tidak karuan jika dihadapkan dengan pria itu.

"Tunggu , sejak kapan lo jadi gagap?" Allicia sadar akan perlakuan gugupnya dan kembali dengan wajah sotic yang sempat tergantikan dengan wajah kaku.

"Kenapa lo?" Tanya Rafan karena sejak ia menyodorkan buku menu, Allicia sama sekali tidak menyentuh buku bersampul hitam itu.

Allicia berdeham pelan. "Nggak. Gue pesen es teh aja." Ucapnya kembali datar.

Rafan hendak memanggil pelayan namun suara nyaring menginterupsi kegiatannya yang akhirnya tertunda.

"Meja nomor 17. Mohon perhatiannya!" Seorang MC dengan setelan jas hitam dan kemeja putih, beserta dasi kupu-kupu merah melekat di lehernya.

"Meja 17? Bukannya..." Allicia merasa familiar dengan angka 17. Dengan segera ia melihat nomor yang berdiri tegak di tengah-tengah meja mereka.

Perhatiannya dan Rafan teralihkan secara bersamaan di depan panggung. "Iya, kalian."

Rafan dan Allicia saling melirik dengan tatapan bingung, kemudian menoleh pada sang MC.

"Bisakah kalian bernyanyi untuk kami? Kami mengadakan challenge pada setiap pasangan yang duduk di meja nomor 03, 07, dan 17. Dan beruntung malam ini ada beberapa pasangan yang menempati meja tersebut malam ini."

"What?" Gumam Allicia pelan. Sementara Rafan menaikkan kedua alisnya.

"Dan sekarang giliran kalian berdua." Lanjut sang MC.

Allicia menatap tak percaya. Terlalu mendadak untuknya. Bahkan tak sempat terpikir olehnya.

"Ayo." Bisik Rafan, entah kapan sudah berada di belakang Allicia dan berjalan mendahului menuju piano grande hitam.

Mengalunkan melodi yang sangat dikenal Allicia. Permainannya begitu bagus. Namun belum sempat masuk ke awal lirik, Rafan menghentikan melodinya mengundang tatapan bingung dari semua yang sudah masuk ke alur yang dibuat Rafan.

Rafan menatap Allicia intens dan kepalanya bergerak menunjukkan sebuah mic dengan gitar yang disenderkan di sebelah kursi.

Setelah itu Rafan mengambil mic dan menempatkannya di holder mic agar ia sendiri bisa menyanyikan lagu yang akan dialunkannya.

Tanpa menunggu Allicia menempatkan dirinya sebagai gitaris maupun vokalis, Rafan kembali mengalunkan melodi sambil mengiringinya dengan lirik lagu itu.

Suatu dorongan membuat kaki Allicia melangkah untuk mengiringi Rafan dengan alunan melodinya sendiri. Hatinya berkata tak mungkin dia akan membiarkan melodi Rafan mengalun tanpa melodinya.

Tanpa sepengetahuan dirinya namun diketahui seluruh pendengar alunan musik termasuk Allicia, Rafan tersenyum sambil menyanyikan lirik lagu yang mampu menghanyutkan pengunjung akan keindahan pemandangan jarang terlihat itu dan suara berat dan merdu khas yang sangat jarang didengar.

"Your hand fits in mine like it's made just for me
But bear this mind it was meant to be
And I'm joining up the dots with the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me

I know you've never loved the crinkles by your eyes when you smile
You've never loved your stomach or your thighs
The dimples in your back at the bottom of your spine
But I'll love them endlessly

I won't let these little things slip out of my mouth
But if I do, it's you, oh it's you, they add up to
I'm in love with you and all these little things"

Allicia mulai memetik gitarnya dan bernyanyi saat menyadari kode yang diberikan Rafan.

"You can't go to bed without a cup of tea
Maybe that's the reason that you talk in your sleep
And all those conversations are the secrets that I keep
Though it makes no sense to me

I know you've never loved the sound of your voice on tape
You never want to know how much you weigh
You still have to squeeze into your jeans
But you're perfect to me

I won't let these little things slip out of my mouth
But if it's true, it's you, it's you, they add up to
I'm in love with you and all these little things"

Rafan menyanyikan dan menekan tuts dengan lembut "You never love yourself half as much as I love you
You'll never treat yourself right darling but I want you to"

"If I let you know, I'm here for you
Maybe you'll love yourself like I love you oh" Gadis itu memetik pelan dan sangat mengahayati bagiannya saat beradu lirik dengan pria yang baru saja disadarinya bahwa ia menyukainya. Lirik itu tanpa sepengetahuan orang lain kecuali dirinya dan Tuhan, menjadi penyaluran kata hatinya yang sesungguhnya.

Rafan menutup matanya ikut menikmati dengan jari yang menari di atas tuts. "I've just let these little things slip out of my mouth
Because it's you, oh it's you, it's you they add up to
And I'm in love with you (all these little things/Allicia)

I won't let these little things slip out of my mouth
But if it's true, it's you, it's you they add up to
I'm in love with you, and all your little things

Dan diakhiri alunan indah keduanya di akhir bait mereka. Sampai beberapa detik tak ada suara apapun setelah Rafan dan Allicia menyelesaikan melodi terakhir mereka.

"Eh, sudah selese?" Gumam beberapa dari pengunjung. Dan sejak kapan tempat itu jadi ramai dan penuh?

Allicia tersenyum canggung dengan pria sebelahnya yang kembali berwajah datar dan dingin. Berbeda dengan saat ia mengalunkan lagu dengan melodi indah.

Memang, mereka tidak tepuk tangan detik itu. Tapi ternyata salah satu  junior sekolah mereka menyoraki dengan tepuk tangan ditambah tepukan lainnya dari teman seangkatan mereka. Semakin lama sorakan dan tepukan memenuhi tempat itu. Bahkan sampai mereka turunpun tak menyudahi sorakan dari pengunjung.

Beruntung saat itu. Pertama kalinya Allicia melihat senyum lebar dan mendengar suara merdu Rafan, ditambah permainan jari yang mempesona.

Hari dimana Allicia merasakan rasanya bersama dia. Dia yang baru pertama kali ditaruh rasa suka olehnya.

∞∞∞

With You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang