08~Good Night

25 8 0
                                    

Sesuai permintaan Allviro, Rafan memarkirkan mobilnya di pelataran rumah Allicia. Rafan berdecak pelan saat menyadari bahwa dia tidak membawa payung.

Mau tidak mau, ia menjadikan jaket kulitnya sebagai pelindung agar tidak terkena tetesan air. Tapi keadaan yang tidak mendukung, hujan bertambah deras sehingga tubuhnya setengah basah.

Secepat mungkin Rafan menekan bel saat sampai di teras. Tak bisa dipungkiri lelaki itu tengah kedinginan, meskipun tempat ia berdiri saat itu tidak memungkinkan air hujan mengenainya.

"Rafan?" Gumam seorang gadis saat membuka pintu rumah. Bukan sosok Allicia yang dilihatnya namun gadis lain. Diana.

Rafan mengangkat satu alisnya. Mulutnya terkatup. Dingin. Nafasnya memburu. Namun ia tetap menetralkan wajahnya dan tetap sotic.

"Sapa Na?" Suara seseorang dari dalam yang langkahnya kian mendekat kearah pintu.

Allicia melotot melihat Rafan dengan kondisi mengenaskan. Buru-buru ia menggelengkan kepalanya dan menggeret Rafan masuk dan menutup pintu. Gadis itu meringis pelan saat merasakan kulitnya menyentuh sesuatu yang dingin.

"Na, tolong handuk plis." Pinta Allicia membantu Rafan duduk di sofa. Diana mengangguk lalu melesat ke kamar Allicia yang berada di lantai atas.

"Sofa lo basah."

"Gak papa." Balas Allicia "Air atau teh?" Tanyanya. Ambigu memang, namun Rafan mengerti mengingat orang itu juga sejenis.

"Air." Jawab Rafan singkat dan dibalas Allicia dengan anggukan.

Sepeninggalnya Allicia, Rafan mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya. "Untung anti air." Pikir Rafan.

Belum sempat Rafan menyalakan ponselnya, sebuah gelas tersodor kearahnya. "Nih."

"Thanks." Ucap Rafan singkat. Ia meneguk air hangat tersebut sampai ludes. Rafan merasakan sensasi hangat sesaat di dalam tubuhnya, entah itu pengaruh air hangat yang diminumnya atau perlakuan Allicia padanya.

"Nih, Ci handuknya." Diana tiba-tiba datang dari arah kanan mereka dengan sebuah lipatan handuk di tangan kanannya.

"Hm, thanks."

"Iyaaa, gue kan baik."

"Hm." Balas Allicia dengan gumaman menghasilkan decakan yang keluar dari mulut Diana.

"Lo ngapain ke sini?" Tanya Allicia setelah menyodorkan handuk yang diberikan Diana.

"Abang lo."

Allicia membatin, "Dasar, sukanya ngerepotin orang aja. Gue kan bisa di jaga diri sendiri."

"Besok kan harus ke sekolah pagi-pagi. Terus lo gimana?" Tanya Allicia menaikkan alisnya dan bangkit dari duduknya. Namun tertahan sebuah tangan yang mencekal pergelangan tangannya. Tentu membuat Allicia heran.

"Hm. Mau kemana?" Rafan mencekal tangan Allicia yang hendak pergi.

"Ambil baju ganti buat lo."

Rafan bergumam tidak jelas yang tidak dapat ditangkap oleh pendengaran Allicia. Namun cekalan Rafan melonggar hingga Allicia pergi tanpa berucap satu dua kata.

Diana tidak tahan akan situasi ini. Anak hiperaktif dan selalu mengoceh sepanjang waktu sepertinya tidak kuat akan keheningan. "Gimana Allicia bisa tahan ya? Heran gue. Apalagi di sebelah es batu. Duh, amit-amit dah gue." Batin Diana berseru-seru.

"Ci! Lama lo, cepetan dikit!" Pekik Diana tak tahan.

"Iya, iya!"

"Nah, gitu dong." Desis Diana saat Allicia datang dengan pakaian di tangannya.

With You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang