05~Alsha

37 6 0
                                    

Cahaya yang masuk di sela-sela tirai memaksa Rafan membuka matanya. Yang pertama kali dilihatnya ialah ruang serba putih, bau obat menusuk indra penciumannya. Perlahan pria itu mendekati seorang gadis yang tengah berbaring lemah di kasur. Beberapa alat dan selang menempel pada tubuhnya.

Mata yang biasanya menyorotkan aura dingin dan tatapan tajam yang biasa diberikannya, kini menjadi sayu. "Pagi Ren, jangan tidur terus. I'm here. Cepat bangun." Kata-kata lembut terlantur dari mulut seorang Rafan, pria dengan mulut tajam dan dingin.

Rafan menghela napas pelan. Ia tidak yakin ucapannya akan dibalas, namun ia percaya ucapannya pasti didengar. Suara perut yang rupanya minta diberi asupan menyadarkan lamunan Rafan.

Rafan beranjak dari tempatnya. "Sekali-kali bolos, tidak apa kan?"  Ia meraih kenop pintu, "Sampai kapan kamu kayak gini, Rena?" Ucapnya sebelum menutup pintu dan meninggalkan tempat itu.

★★★

Panas terik matahari benar-benar membakar kulit murid SMA NHI. Di barisan perempuan, banyak yang mengeluhkan kondisi saat itu sambil mengipas tubuhnya dengan tangan mereka.

"Psst..Rafan gak masuk?" Bisik salah satu siswi pada temannya. Bisikan tukang gosip yang terdengar jelas di telinga Allicia.

"Iya, deh kayaknya. Daritadi gue gak liat. Coba tanya temen sekelasnya." Balas teman siswi tersebut ikut berbisik. Allicia jadi malas saat mengetahui dirinya yang terdekat dengan siswi-siswi itu.

"Eh, Allicia' kan? Teman sekelasnya Rafan." Tanya cewek tadi.

"Dih, SKSD banget. SOK KENAL SOK DEKAT!" Batin Allicia. "Siapa ya?" Tanyanya dengan alis terangkat.

"Eh? Gue, cewek eksis, femes en populer, masa gak kenal sih?"

"Nggak."

Cewek itu mendengus pelan. "Ya udah, gue Alsha. Si cantik Alsha. Lo pasti tau." Ucap cewek itu memperkenalkan dirinya dengan bangga.

Allicia yang awalnya menengok ke gadis itu mengubah arah pandangnya ke depan. "Gak kenal."

Alsha menganga lebar. "What? Gue Alsha lho. Orang famous gini gak kenal? Gue yang kurang femes, ato dia yang kurang update?"

"Oke, oke. Sori ya gue nyadar kok kalo tadi gue s.k.s.d ke lo-"

"Nyadar." Bukannya marah, Alsha malah senang mendengar sindiran Allicia.

Allicia yang menyadari raut senang dalam wajah Alsha hanya membatin. "Orang aneh."

★★★

"Allicia!!"

"Perasaan daritadi banyak yang manggil gue." Batin Allicia. "Sapa ya?" Tanyanya. "Mukanya kayak pernah tau.."

"Ih, gue Alsha! Masa lupa sih? Cecan di sebelah lo waktu upacara." Ucap gadis yang ternyata ialah Alsha menggebu-gebu.

"Ooh, oarang aneh tadi.." Gumam Allicia pelan. Sangat pelan.

Mata Alsha melebar. "Mulut lo gak pernah disaring ya?" Allicia hanya mengangkat bahu tidak peduli.

"Ayo Ci! Eh, Alsha."

"Lo kenal?" Tanya Allicia.

"Gila lo. Dia itu famous loh. Lo ah, kurang update." Ujar Diana.

"Gak peduli." Balas Allicia mengibaskan tangannya di udara. "Mau ngapain?"

"Rafan ada?" Tanya Alsha celingak-celinguk ke dalam kelas Allicia.

"Nggak masuk." Jawab Diana.

"Loh kenapa?"

"Mati diinjek kerbau." Jawab Allicia asal. Melihat reaksi kaget Alsha, Allicia kembali berujar, "Mau lo apa sih..? Gue mau ke kantin."

"Sebenernya gue mau nany. Tapi-"

"Tapi apa?"

"Lo bilang dia m-mati diinjek k-kerbau.." Ucap Alsha lirih. Allicia mengangkat satu alisnya.

"Ci, kayaknya dia percaya deh." Bisik Diana tepat di telinga kanannya.

"Mana mungkinlah. Secara ucapan gue gak lo-"

"Huee...R-Rafann...hiks...hiks.."

"...gis." Lanjut Allicia karena ucapannya terpotong. "Elah, ni anak percaya aja."

"Sha, udah...kok malah nangis?" Tanya Diana berusaha memenangkan Alsha.

"Abisnya...hiks...Rafan...hiks...huaa"

"Nih, Ci. Anak orang lo buat nangis."

"Kok gue?" Allicia memutar kedua bola matanya. "Gue becanda bege." Ucapnya dan malah membuat Alsha menangis sekencang-kencangnya.

Sementara Diana menatap Allicia sebal. Allicia mendengus "Femes-femes geblek." Batinnya. "Gini ya...gue gak tau Rafan di mana. Dan dia gak mati oke, apalagi diinjek kerbau-palingan kerbaunya yang mati diinjek Rafan. Sekarang lo diem, jangan berisik apalagi nangis di depan gue. Kalo gak gue masukin lo ke tong sampah." Ucap Allicia dengan senyum dan nada lembut namun menusuk. Dan itu berhasil membuat Alsha bungkam, seketika pula tangisnya reda.

"Pinter." Gumam Allicia menepuk puncak kepala Alsha. "Lo mau tanya apa? Biar gue tanyain." Nada Allicia jadi melembut namun tidak menusuk seperti tadi.

"Gue, cuma...cuma...cum-"

"Cepet!"

"Cuma mau tanya dia jadi ikut olimpiade apa gak." Ujar Alsha cepat. Dan saat itu juga Allicia dan Diana drop sesaat.

"Alsha." Panggil Allicia.

"A-apa?"

"Lo pengen gue masukin tong sampah beneran? Atau minta diinjek kerbau, sapi sekalian?"

"Gue bantuin Ci." Bantu Diana memainkan tangannya.

"S-sori, daritadi g-gue mau nanya itu. T-tapi gue kemakan suasana. Lo mungkin gak tau tapi sebenarnya gue anaknya baperan." Ucap Alsha diakhiri cicitan di akhir kalimat.

"Ahaha, lo baperan? Oke, oke salah gue juga tadi. Tapi kalo soal tadi gue gak main-main loh, kalo gue kuat gue bakal masukin lo ke tong sampah." Balas Allicia enteng.

"Dan gue bakal tanyain ke Rafan kalau dia udah masuk." Lanjutnya.

"Emm, lo berdua juga ikut olimpiade kan? Pihak sekolah butuh kepastian." Ujar Alsha.

"Lo koor nya?" Tanya Diana.

"Iya. Gak tau?"

"Kenapa gak ngomong daritadi?!" Seru Allicia dan Diana berbarengan.

"Kalian sih gak nanya. Time's up, gue balik dulu bentar lagi bel. And kepastiannya besok kumpul di D-1 pulang sekolah."

"Anaknya lumayan kan?" Tanya Diana saat Alsha pergi.

"Iya, lumayan..." Diana tersenyum mendengar balasan Allicia. "Lumayan dimasukin daftar antrian yang mau gue masukin tong sampah karena udah ngehabisin waktu gue makan!"

Diana hanya meringis dan menarik napas. Lanjutan kalimat Allicia tidak terduga olehnya.

∞∞∞

With You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang