07~Hujan

34 7 0
                                    

"Jadi, bagaimana keputusan kalian?" Tanya Pak Diki. "Kalian setuju?" Tanyanya lagi.

"Hm? Peraturannya saja sudah begitu. Bagaimana bisa menolak?" Balas Allicia sambil menaikkan alisnya.

"Bisa saja. Mungkin ada salah satu diantara kalian sakit..." Pak Diki menumpukan kaki kanannya di kakinya yang satu lagi.

Allicia hanya memutar bola matanya. Tentu ia malas. Sangat malah. Biasanya murid tidak akan dipaksa mengikuti olimpiade apapun tanpa persetujuan pihak murid. Dan kali ini justru berbeda. Jelas saja ia merasa marah, dan mungkin timbul sedikit rasa benci terhadap metode sekolahnya.

"Saya tahu kalian tidak suka basa-basi, jadi langsung ke intinya. Kalian sudah tahu kalau olimpiade akan dilaksanakan 2 bulan lagi. Sebelum itu kalian harus menyelesaikan karantina" Jelas Pak Diki.

"Persiapkan diri kalian, dan barang-barang kalian. Besok saya tunggu di aula pukul 5 pagi."

"Jam 5 pak? Nggak kepagian?" Tanya Cilla.

"Tempat karantina kalian bukan di kota ini. Tapi kota sebelah."

"Kok gitu pak?" Tanya Diana. "Bukannya tes-nya di kota ini?"

"Saya juga tidak tahu. Mungkin supaya kalian nggak ngacir ke rumah karena males belajar." Jawab Pak Diki asal. Namun itu mungkin jawaban yang efektif.

Tepatnya, 3 minggu karantina akan berlangsung. Karantina atau simulasi ini akan dimulai besok. Dan mereka harus bersiap-siap bersama timnya.

"Allicia kan?" Pak Diki menunjuk Allicia dan meatnya beralih pada Rafan. "Rafalnd?" Allicia dan Rafan mengangguk serempak.

'Menarik.'

★★★

Disaat hujan melanda kota Jakarta, seharusnya saat-saat seperti ini Allicia duduk dengan tenang ditemani popcorn. Sayangnya me time Allicia harus ludes dengan mudahnya karena kedatangan Diana.

Diana dengan seenak jidatnya masuk ke kamarnya tanpa sepengetahuan Allicia. Saat ditanya bagaimana dia bisa masuk, jawabannya...

"Gue lompat pager. Untung satpam lo tidur kalo gak, gue yakin besok lampiran 'Seorang anak SMA perempuan berusaha mencuri di rumah kediaman CEO perusahaan besar' di koran."

Dan Allicia menanyakan cara Diana masuk ke dalam rumahnya. Padahal hanya dia seorang di dalam rumah itu. Orang-orang yang biasanya menjaga rumah itu libur karena keperluan pribadi. Kakaknya mengerjakan skripsi bersama temannya di sebuah cafe. Lantas, bagaimana ia bisa masuk di tengah-tengah hujan?

"Kebetulan pintu belakang rumah lo kebuka pas gue muter. Jadi gue masuk deh."

Allicia berpikir. Kenapa tidak memencet bel saja, atau menghubunginya?

"Nanti gue ketahuan kalo gue manjet pagar dong ama satpam lo." Jawabnya.

Tak mau ambil pusing, Allicia mendorong Diana yang basah kuyub masuk kamar mandi dan menodorkan sebuah handuk dan pakaian kering untuknya.

Tak tahu bagaimana kerja otak sahabatnya. Pergi ke rumahnya hanya menggunakan sandal swallow, kaos hitam, dan celana pendek se-lutut tanpa membawa payung.

Beruntung saja rumah mereka berdekatan. Dan Diana hanya berkata...

"Hehe, lupa. Maklumlah, manusia tak luput dari kesalahan." Dan Allicia hanya merespon dengan gumaman.

Mengacuhkan Diana, Allicia kembali fokus pada TV di hadapannya dengan popcorn di tangannya. Entah kesialan apa yang dibawakan karena turunnya air dari langit, Diana dengan songongnya mengambil wadah popcorn beserta isinya sehabis mandi.

With You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang