6.

97 12 1
                                    

Tak disadari, Yasna yang tiba-tiba emosi menendang sebuah kaleng yang ada di depan kakinya hingga mengenai jidat seseorang laki-laki.









"Aduh jidat gue!!!!"






Yasna langsung tertegun diam seketika dan menelan ludahnya sendiri. Ia pun segera mencari posisi yang tepat untuk mengumpat agar tidak ketahuan oleh laki-laki tersebut.




"Woy siapa nih yang nendang kaleng ke arah gue?!?!" Rio melihat seluruh penjuru arah pandangan di sekitarnya.

"Keluar lo woy"



Kepala Rio tepatnya di keningnya menjadi luka karena sebuah kaleng yang mendarat tanpa persetujuan itu mengenai dirinya, keningya menjadi benjol dan berwarna agak hitam lebam.



Dan sementara itu, Yasna yang sedang mengumpat di balik semak-semak pun takut karena suara laki-laki tersebut yang sepertinya marah besar padanya saat ini. Sekujur tubuhnya menjadi gemetar karena ketakutannya.

Rio berhenti sejenak karena ia menyerah untuk mengetahui siapa seseorang yang memperlakukan ini kepadanya. Jelas ia tak suka jika ada yang ditutupi darinya, apalagi secara sembunyi seperti ini. Mungkin jika sudah bertemu orangnya, ia bisa menjadi luluh dan memaklumi nya. Tidak seperti sifat Rio yang seperti biasanya, Rio yang kasar dingin dan bahkan cuek.




"Itu kok semak-semaknya gerak-gerak sendiri yak?"


kata Rio sambil melangkahkan kaki untuk mendekat ke arah sumber suara, yaitu di Semak-semak.



"Lo?!?!" Rio panik.



Yasna segera berdiri setelah ketahuan oleh seseorang yang lebih tepatnya lagi si pemilik kening hitam lebam itu. 

Yasna menundukkan kepalanya, ia tak berani memandang ke arah orang tersebut. Entah itu seseorang yang ia kenal atau pun tidak tetap saja ia bersalah.



"Kenapa nunduk?"

"Liat sini ke jidat gue"

"Suara itu kaya gue kenal" gumam Yasna dalam hati.

"Cepet angkat kepala lo, jangan diem aja"



Perlahan-lahan Yasna mengangkat kepalanya dengan hati-hati untuk berjaga-jaga jika nantinya orang tersebut langsung membalas perbuatan yang Yasna lakukan.


"Lo tau apa salah lo hm?" cetus Rio.

"Jadi, dia orangnya" batin Yasna.

"Kenapa diem? Gue lagi gak ngomong sama patung kan?" 

"Iyaa maaf ya" akhirnya Yasna mulai membuka suaranya.

"Lo ngomong apa barusan? Gak kedengeran" kata Rio seraya memegang telinganya.

"Itu.. Eh anuuu"

"Anu? Anu apaan? Kalo ngomong yang jelas apa" bentak Rio.

"Maap, maapin gue yaa" wajah Yasna seketika menjadi memelas.

"Kasian juga nih cewek, gue maafin aja kali ya? Lagian pula juga gue gak sakit-sakit amat dan emang gak parah si" gumam Rio dalam hati sambil mempertimbangkan kata-kata ia barusan.

"Iya gue maafin" Rio tersenyum.

"Terima kasih" Yasna tersenyum dengan setengah hati.


Setelah mengucapkan kata terima kasih kepada Rio, Yasna memutar balik tubuhnya dan segera meninggalkan Rio disana.


Rio mencegah Yasna untuk pergi, ia segera menahan tangan mungil Yasna dan memberhentikan jalannya Yasna.



"Ada apa, gak ikhlas ya maafin gue?" tanya Yasna.

"Lo mau kemana?"

"Pulang"

"Sama siapa?"























"Sendiri, mungkin."









































-
Bersambung
Jangan lupa yaa tambahkan cerita 'Soulmate' ini ke perpustakaan kalian, dan jangan lupa di vote juga yaa hehe💜
Terima kasih✨✨✨

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang