.
.
." Wen, gue duluan"
" Hati-hati Seul"
Seorang gadis berumur berkisar 23 tahun itu melambaikan tangannya keudara, menyisakan seseorang didalam sana yang masih terpaku dengan beberapa tumpukkan berkas yang berada diatas meja, tangannya terarah untuk memijit dahinya secara perlahan, matanya kini teralih kearah jam dinding yang berada diruangannya, seharusnya ia tak bekerja semalam ini mengingat ia tak boleh jatuh sakit ditengah-tengah kesibukannya, bisa-bisa pekerjaannya tambah menumpuk jika dibiarkan terlalu lama, mengandalkan teman ? Itu bukan tipenya sama sekali.
Son Wendy, Gadis belia yang bekerja sebagai Engineer muda disalah satu perusahaan terbesar di Kota yang ia tinggali saat ini, sebuah keberuntungan besar bagi dirinya karena bisa berkesempatan untuk bekerja diperusahaan ternama ini.
Segelas Kopi hangat menjadikan temannya pada malam ini, rencananya ia akan menyelesaikan semuanya malam ini, tapi entah kenapa saat ia ingin mengambil bolpoin yang terletak pada rak bukunya, tiba-tiba ekspresinya kembali muram saat mendapatkan bingkai foto berwarna baby blue tengah bertengger pula dimeja kerjanya, sesegera mungkin ia menelungkupkan bingkai fotonya dengan kasar, ia sudah tak sudi melihat wajah milik lelaki yang sudah menyakitinya itu, jika diingat lagi rasanya begitu pahit dan menyakitkan, bagaimana tidak ? Pacarmu harus berpelukan dengan mesra bersama teman yang sudah kau kenal dari lama tepat didepanmu.
Awalnya Wendy percaya betul dengan lelaki bernama Mark itu, ia yakin bahwa Mark adalah laki-laki yang sangatlah sempurna untuk kehidupannya, ia baik, sangat dewasa, dan mengerti akan Wendy. Namun kejadian naas itu terjadi beberapa hari yang lalu, membuat dirinya harus gigit jari akan kenyataan yang ada, kenyataan yang tak sesuai ekspektasinya selama ini, kecewa, rasanya ia ingin mengubur tubuhnya hidup-hidup. Bisa ia bayangkan betapa bajingannya lelaki itu saat bersama Wendy dulu.
Selama 1 jam berkutat, matanya mulai terasa berat, untungnya beberapa 79% berkas sudah ia selesaikan dengan cepat, jadi tinggal sisanya untuk keesokan harinya.
Tak lupa ia membenarkan Jas hitam yang membentuk apik di tubuhnya dan tak lupa rok span berwarna hitam miliknya yang sedikit ia turunkan akibat sedikit tersingkap saat ia duduk tadi, ia segera menggantungkan tas nya tepat dibahu kanan miliknya, sambil memperhatikan jam yang bertengger dipergelangan tangannya, Wendy melangkahkan kakinya dengan cepat, ia tak mau jika harus terlambat naik Bus umum lagi dan berakhir dengan menaiki Taxi yang tarifnya saja memakan biaya yang amat banyak untuk malam hari.
Kakinya melangkah dengan cepat kearah halte yang tak jauh dari kantornya, kakinya mulai terasa sakit akibat silleto hitam yang ia pakai, bagaimana tidak ? Ia harus berlari demi Bus yang datang, tapi sangat disayangkan saat Bus itu kembali berjalan meninggalkan dirinya, mungkin hari ini adalah hari tersialnya. Wendy menghembuskan nafasnya dengan kasar, bokongnya sengaja ia jatuhkan tepat dikursi tunggu yang berada tepat di halte, hatinya mulai berdoa agar ada 1 Bus lagi yang akan lewat pada malam ini. Berkali-kali dirinya menatap kearah jam yang betengger dipergelangannya, menit tiap menitnya semakin bertambah dan suasana malam semakin menyelimuti tiap waktunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liefde [WenGa]
De TodoSekumpulan cerita WenGa. [OneShoot] -Liefde- #78 - Oneshoot [08-06-2018] #191 dalam acak [12-02-2018] #367 dalam acak [06-05-2018] ps : ini sebenarnya selingan saja diwaktu bosan ehehe~~ tetap jadi reader yang baik untuk kalian semua ☺ voment jangan...