Wanita bersurai putih gading tengah termenung diluar balkon kamarnya. Tangannya senantiasa untuk menggenggam kuat benda kecil dan panjang berwarna putih disana. Ia bingung harus memulai dari mana untuk membicarakan hal ini kepada lelaki yang sempat menjamahnya 2 bulan yang lalu. Dan bodohnya lagi ia percaya-percaya saja dengan apa yang lelaki itu ucapkan.Gadis keturunan Netherland ini kembali menitikkan air matanya. Disaat otaknya kembali memutar kejadian miris dari beberapa hari yang lalu, yang harus membuatnya mengutuk keberadaan lelaki tersebut setelah berita mengenai skandal seputar lelaki itu dengan penyanyi yang sempat ia produseri telah beredar dimana-mana. Demi apapun, ia tak berani membicarakan hal ini kepada siapapun. Pasti Ayahnya sangat malu, atau bahkan yang lebih parahnya lagi, Ibu yang telah mengandungnya, merawatnya, bahkan mendidiknya sehingga berhasil menjadi wanita terhormat dikalangan Wanita Netherland yang lainnya.
Tangannya mengusap lembut pada daerah perutnya yang rata. Gumaman lembut tanpa melepaskan senyuman dapat terdengar begitu jauh lebih memilukan dari sebelumnya.
" Kamu yang baik-baik aja ya disana" Ujarnya sangat pelan.
Rambut yang terikat keatas dengan anak rambut pada dahinya telah melambai mengikuti arah angin dengan lembut. Tak jauh dari pendengarannya, suara bell pada Apartemen yang ia tempati telah berbunyi, air matanya ia usap dengan sebersih mungkin sampai tak ada sisa sedikit pun di pelupuk bahkan di pipinya. Kakinya ia bawa melangkah dengan cepat, tak lupa Testpack kecil berwarna putih yang telah ia letakkan sembarang diatas meja kamarnya.
Knop pintu telah ia putar secara searah tanpa melihat siapa gerangan yang datang ketempatnya sesore ini.
Saat terbuka, tubuhnya mematung, menatap lelaki yang ia kenal dari atas sampai bawah, wajahnya berubah muram dan lebih kearah datar. Tak disangka, lelaki ini berani menampakkan dirinya tepat didepannya.
Biadab. Umpatnya.
" Kamu mau ngapain kesini ?" Tanya Wendy tak suka. Jangan lupa dengan nada Khas Netherland miliknya yang kental berubah menjadi sangat kasar tak seperti biasanya yang Yoongi dengar.
Lelaki berdarah korea dengan mata monolid ini sedikit mengusap tengkuknya, bibir bawahnya ia gigit sembari menurunkan arah pandangnya kebawah karena belum berani untuk menatap netra violet yang telah menjadi tajam disaat menatapnya.
" Boleh aku masuk ?"
Wendy tak menggubris, lebih memilih diam didepan pintu tanpa mengeluarkan satu dua kata pun dari bibir mungilnya.
Lelaki berahang tegas dengan tatapan tajam bernama Yoongi ini menghela nafasnya. Matanya berubah menjadi sayu, ada perasaan lain yang tersirat dari matanya. Entahlah apa itu namanya.
" Wendy, dengerin aku dulu. Itu gak bener, Wen. Aku berani sumpah didepan kamu, aku gak ada hubungan apa-apa sama dia"
" Aku gak perduli, mau kamu dekat dengan siapa aja, aku masa bodo. Lagian untuk apa kamu datang ke sini ? Memangnya hak aku apa ? Aku bukan siapa-siapa kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Liefde [WenGa]
De TodoSekumpulan cerita WenGa. [OneShoot] -Liefde- #78 - Oneshoot [08-06-2018] #191 dalam acak [12-02-2018] #367 dalam acak [06-05-2018] ps : ini sebenarnya selingan saja diwaktu bosan ehehe~~ tetap jadi reader yang baik untuk kalian semua ☺ voment jangan...