26. I Still Love You

853 96 35
                                    

Candra menaruh kursi roda di samping kasur Anin. Ia menggendong Anin secara bridal style lalu mendudukkannya pada kursi roda.

"Can, gue bisa jalan kok." kata Anin karena ia merasa ini terlalu berlebihan.

"Engga. Lo ga boleh jalan. Ga boleh cape." balas Candra.

"Mau cuci muka dulu." pinta Anin. Anin mencoba berdiri lalu dengan sigap Candra membantu Anin berdiri dan menuntunnya menuju ke kamar mandi.

Namun saat sampai di pintu Anin berhenti, Candra bingung melihat Anin yang berhenti. "Mau ikut masuk? Mau pipis loh ini."

Candra tersenyum canggung lalu keluar, "oh iya hehe maaf."

📖

Anin menghirup banyak udara segar pagi hari ini seolah-olah esok ia tak akan mendapatkannya lagi. Sesekali senyum terukir saat mengingat ia sedang bersama Candra sekarang. Keadaan senang melingkupi hatinya sekarang, entah sore nanti.

Anin masih merasakan sesuatu yang mengganjal dihatinya seolah itu adalah sesuatu yang memang harus Anin bicarakan. Tapi, Anin tak pernah tahu apa yang harus ia bicarakan. Candra sedang duduk di bangku taman tepat disebelah Anin yang duduk di kursi roda.

Kadang ia merasa ingin menangis mengingat keadaan hari ini yang sangat jauh berbeda dengan kemarin. Candra bukan lagi kekasihnya. Kenyataan itu yang kadang selalu tak bisa Anin terima.

Terkadang Anin merasa ia disalahkan di hubungannya. Karena kadang ia merasa kalau apa yang Candra lakukan dengan Sesil juga menyakitinya secara tidak langsung.

Anin masih memperhatikan lalu lalang suster yang baru berganti shift. Karena itu, Anin jadi ingat sesuatu yang sangat ingin ia tanyakan.

"Ini rumah sakit waktu Ayah meninggal kan?" tanyanya. Candra mengangguk lalu menatap Anin di sebelahnya. Cantik.

"Gue pernah bilang sama diri gue sendiri kalau gue ga mau lagi nginjek ini rumah sakit." Anin menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dan menatap ke arah jari yang ia mainkan dengan jari yang lain.

"Tapi gue ke sini hehe. Oh iya, ada yang mau gue tanyain." Anin berbalik ke arah Candra dan langsung tepat ke arah matanya. "Kenapa?"

Anin terus menelisik ke seluruh wajah Candra seolah ia akan menyimpan di otaknya. Mungkin untuk cadangan ingatan jika ia tak bisa menemukan Candra di saat ia rindu.

"Kemarin, gue denger lo yang punya Rumah Sakit ini." Candra mengangguk.

"Kenapa lo ga pernah cerita?"

"Karena gue tahu suatu saat lo bakal tahu dengan sendirinya." Anin sempat bingung dengan jawaban Candra namun ia memgangguk untuk membalas jawaban yang Candra berikan.

Anin kembali melihat ke depannya dan tidak kembali memandang Candra, tapi baru 2 detik Anin menatap ke depan, Candra memanggilnya.

"Anin."

"Yaa?"

"Katanya rindu berat." Anin tersenyum kecil.

"Itu quotes yang lagi booming." jawab Anin sambil terkekeh pelan.

"Tapi, menurut gue lebih berat kalau kita ga bisa mengucapkan rindu kepada seseorang yang kita rindukan." ujar Candra yang membuat Anin tersenyum sambil menatap ke dalam matanya.

Confused #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang