20. Sama sama galau

1K 80 15
                                    

Tak lama Candra datang, Candra bisa melihat Anin yang nampak bingung dengan keadaan didepannya. Namun ada sesuatu yang membuat Candra kesal. Anin datang bersama Ghani. Tubuhnya disangga Ghani, karena mungkin jika tak dipegang Anin akan terjatuh.

Candra tak melihat air mata di mata Anin. Yang ada hanya raut bingung dan tak percaya. Anin menghampiri Bunda dan Candra bisa mendengar bahwa Anin masih bertanya apa ini semua benar?

Anin masuk ke dalam kamar diikuti Candra dan ia membuka kain putih yang menutup jenazah Ayahnya.

"Ayah? Ayah lagi tidur ya?" Anin tersenyum kecil, air matanya mulai menitikkan air mata. "Yah, kemarin Ayah sempet bangun kan? Ayah bilang katanya hari ini mau pulang? Ayah bilang katanya udah sehat. Katanya Ayah mau marahin Candra."

Candra menundukkan kepalanya merutuki kebodohannya. "Ayaaaahh.. Candra bikin Anin sedih terus Ayah mau pergi sekarang? Ayah bercanda ya?"

"Ayah mau pulang maksud Anin tuh pulang ke rumah. Bukan pulang ke Tuhan kita.. Ayah..."

Anin terduduk di lantai sambil menangis tanpa henti. Seorang perawat memapahnya berdiri tapi Candra hanya diam melihat saja. Tak lama Ghani datang dari luar dan langsung memapah Anin.

Candra seperti tak berguna. Ghani menyenggol tubuh Candra di pintu. Candra menutup matanya dan menghembuskan nafasnya seolah bisa menguapkan kekesalannya.

Candra berjalan pelan menuju jasad Ayah Anin. Air matanya kembali turun. Ia masih ingat betapa percaya lelaki didepannya kepada dirinya.

"Maaf Mas--"

"Sebentar. Beri saya waktu." kata Candra dengan suara seraknya.

"Maafin Candra Om. Ga bisa jadi cowo yang baik buat Anin. Candra sayang sama Anin sangat sayang. Om harus percaya itu. Tenang di sana ya Om."

"Candra?" suara seorang dokter dengan nametag bertuliskan 'Zikri' membuat Candra menoleh.

"Pak Zikri." Candra tersenyum melihat dokter yang bekerja di Rumah Sakit ini.

"Bapak turut berduka cita ya.." Candra mengangguk.

"Sampaikan salam saya kepada Bapak dan Ibu di rumah."

"Baik, Pak. Pak Zikri, bisa bantu saya?" pinta Candra.

"Apapun untuk Nak Candra. Mungkin kita bisa bertemu di ruangan saya. Saya harus mengurus jasad ini." katanya sambil tersenyum.

"Baik. Terimakasih pak."

Candra keluar dari kamar rawat dan perlahan pergi. Tiba-tiba tangannya ditahan seseorang. "Kemana lo?" tanya Kai.

"Ada yang perlu gue urus." jawabnya lalu pergi menjauh. "Apa ga ada niat sedikitpun untuk nenangin Anin?"

"Ada. Tapi sirna pas liat dia sama Ghani. Nanti gue nyusul ke rumah duka." kata Candra serius.

Candra sempat melirik ke arah Anin yang menangis. Pandangan mereka sempat bertemu. Candra tersenyum tulus lalu mengangguk pelan sambil berucap, "kamu kuat." Lalu pergi.

📖

Anin sedikit tersenyum mendengar kata penyemangat dari Candra. Namun semuanya seolah ia lupa saat jasad Ayahnya keluar dari kamar rawat untuk diurus. Anin menghampiri Banyu yang sedikit bingung.

"Kenapa Bang?" tanya Anin.

"Gue mau urus administrasi. Tapi ada yang aneh, katanya semua administrasi udah selesai."

"Ya udah mungkin ini rejeki buat Ayah." Banyu mengangguk dan kembali melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan rumah sakit menuju rumah duka.

Confused #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang