30. Asli akhirnya

1.1K 96 39
                                    

Anin benar-benar bingung sekarang. Memikirkan bagaimana kisahnya dengan Candra ke depannya. Lalu bagaimana dengan hatinya? Ah jangan pikirkan hatinya. Menghadapi kenyataan di depannya saja rasanya Anin sudah tak mampu.

Anin melihat ponselnya yang mati karena habis baterai dan sialnya powerbank tertinggal di mobil. Anin masih terduduk, hingga ia merasa ada yang membantunya berdiri dan mendudukan di tempat duduk yang layak. Ah ternyata satpam bandara. Anin kira itu Candra. Ternyata kenyataan dalam novel yang sering ia baca dimana si Kekasih ternyata tidak jadi pergi itu tetaplah tidak sebenarnya terjadi.

"Mbaknya minum dulu ya," si Satpam memberikannya sebotol air mineral. "Mba maaf ya saya ga bisa nemenin mba, soalnya saya masih tugas."

Anin tersenyum lalu mengangguk, "kalau saya boleh nanya, mba nangis apa karena ada keluarga mba di pesawat yang jatuh itu?"

Anin menoleh melihat ke arah Satpam, "saya harap ga ada Mas."

"Semoga aja ya mba. Saya tinggal dulu." katanya.

Dan sekarang Anin berpikir, mungkin jika saja ia tak melihat cincin di jari Mas Satpam tadi, Anin akan melanjutkan hubungan percintaannya dengan Mas Satpam. Anin tersenyum pahit saat kesadaran datang. Anin menatap langit-langit atap bandara. Air matanya kembali keluar.

Anin terus merasa sesak di bagian dadanya. Sepertinya rasa sakitnya ini tidak akan mudah disembuhkan. Perasaannya pada Candra tidak mudah mati.

Tiba-tiba saja Anin merasa pelukkan di tubuhnya. Ini bukan Mas Satpam tadi. Wangi tubuhnya adalah parfume yang sangat ia kenal. Wangi seseorang yang baru memeluknya semalam. Anin bahkan tidak bisa mengangkat kepalanya jika memang ini adalah seseorang yang ia harapkan ada.

Ia hanya takut ini adalah ilusi. Ilusi yang dapat melukai hati, mengundang pedih yang bahkan ia sendiri tak tahu kapan akan berakhir.

Anin merasakan sosok didepannya berjongkok, lalu menghapus air mata yang di pipinya. Kini samar-samar Anin bisa melihat sosok di depannya. Anin memandang dengan sendu seseorang yang sudah sering mematahkan hatinya ini.

Sampai kontak mata itu berakhir, Anin jatuh terduduk di lantai dan memeluk Candra yang nyata di depannya.

"Ini kamu kan?" tanya Anin tak percaya. "Iya ini Candra Muhammad Firliansyah."

Anin mendongakkan kepalanya, "bukan rohnya kan?" tanyanya sambil menggelengkan kepalanya. Candra terkekeh pelan, "bukan sayangku, masa ada roh ganteng kaya aku?"

"Ihh hiks hiks aku serius." sungut Anin. "Iya aku serius, kamu tuh jangan ngawur nganggap aku roh."

"Huhuhuhuhuhuhu ternyata emang ada, soalnya kamu napak di lantai."

"Yaa siapa bilang juga aku hantu!" seru Candra sambil mendorong kepala Anin pelan.

"Udah yuk pulang, malu liat kok ada orang jelek nangis di Bandara." ujar Candra sambil memapah Anin.

  📖   

"Jadi ceritain kenapa kamu bisa nemuin aku tadi?" tanya Anin sambil menghadap ke arah Candra yang di sampingnya.

"Iya tadi aku telat, gara-gara maen playstation. Aku bangun jam sembilan. Nah kesini naek ojek. Aku bingung gitu kan pas masuk katanya pesawat udah pergi. Aku telfon Mama sama Papa langsung di caci maki. Sedih bener dah."

"Terus kenapa bisa nemuin aku!!!"

"Hehehe, iya tadi pas mau balik aku nemu Mas Toto, aku samperin. Katanya kamu masuk dan belum balik lagi, jadi aku masuk lagi. Dan nemuin kamu lagi kaya gembel mana ingus dimana mana tuh pasti."

Confused #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang