Bab 23 - Chocolate; Ice Cream

1.6K 161 137
                                    

23
Chocolate; Ice Cream

"You said that I'm you bestfriend, but you treat me like a stranger."

🍁🍁🍁

Secondhand Serenade -
You and I

◾◽◾

"Hei!" Seseorang menepuk bahu Nayya yang sedang berjalan melewati gerbang sekolah.

Nayya berhenti dan menoleh, lalu tersenyum. "Kak Akbar...," ucapnya menyapa.

Pria itu balas tersenyum lalu berjalan bersama.

"Oh iya makasih banget ya yang kemaren, berkat Kakak, anak-anak jadi antusias baca mading." Nayya tersenyum lebar.

Akbar sedikit tertawa. Teringat akan foto dirinya yang dipajang di mading. "Ternyata aku masih populer ya," guraunya dan dibenarkan oleh Nayya yang ikut tertawa.

No valentine days project kemaren memang berjalan sesuai rencana.  Meskipun tak sedikit ia mendapat kecaman dari beberapa pihak yang kontra dengan hal tersebut. Terutama siswa yang non muslim. Bahkan yang muslim pun beranggapan kalau Nayya dan anggota Rohis-nya itu berlebihan.

"Halah! Sok alim!"

"Apa salahnya ngasih hadiah doang?"

"Niat baik ngasih aja masih disalahin!"

"Ribet banget sih jadi muslimah."

"Munafik. Kita tuh hidup di zaman modern, kolot banget sih!"

Nayya masih ingat jelas perkataan dan cemoohan beberapa siswa yang terang-terangan berbicara seperti itu di depannya dan beberapa anggota rohis. Dia marah? Melawan? Tidak. Karena saat itu, Aretha menghentikan Nayya yang ingin sekali menyumpal mulut mereka.

"Udah Kak, jangan diladenin. Malah kesenengan mereka nanti. Biarin aja, setiap orang punya pendapat. Itu hak mereka kok. Yang penting kan kita udah mengingatkan, dengan cara begini saja aku rasa sudah cukup. Kita do'akan saja supaya mereka dapat hidayah dari Allah," ujar Aretha kala itu dan berhasil meredam amarah Nayya.

Lihatlah berapa manis dan lembutnya dia, memang Nayya acap kali iri dengan adik kelasnya itu.

"Hey! Malah bengong." Akbar menyenggol lengan Nayya sedikit; menyadarkannya dari lamunan.

"Eh, maaf Kak. Kenapa tadi?" tanya Nayya setelah kesadarannya kembali.

"Suka coklat, nggak?"

Nayya mengerutkan kening. "Maksudnya?"

"Aku tanya, suka coklat atau nggak," ulang Akbar dengan sabar.

Nayya mengangguk. "Suka. Tapi aku lebih suka es krim, sih," cengirnya.

Akbar lalu berhenti berjalan, yang otomatis diikuti Nayya. Ia merogoh sesuatu dari dalam tasnya sambil berbicara, "Kemarin papaku baru pulang dari Swiss, habis perjalanan bisnis. Dia bawa coklat...,"ㅡAkbar sudah mengambil sebuah box lalu kembali menutup tasnyaㅡ"yang sayangnya aku ataupun mama nggak terlalu suka."

Dahi Nayya berkerut. "Terus kenapa papa kakak beli coklat, kalau kalian tidak terlaku suka?"

Akbar terkekeh kecil. "Papa itu pelupa," ujarnya lalu menyodorkan box coklat tersebut pada Nayya. "Buat kamu."

Not A Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang