Bab 20 - Decision

1.5K 174 177
                                    

Cinta Karena Terbiasa -
Numata

20
Decision

"Membuat batasan dan menjaga jarak. Mungkin ini keputusan terbaik yang bisa kuambil. Karena memang seperti itu harusnya."

🍃🍃🍃

Nayya mengecek ponselnya beberapa kali, hanya untuk melihat apakah ada balasan dari Arkan atau tidak. Namun ternyata, nihil. Sejak tadi malam sampai siang ini pun, status pesannya belum terbaca, bahkan sekarang offline. Kemungkinannya adalah, Arkan mengabaikannya atau dia tidak mengecek ponselnya sama sekali. Nayya menghela napas lelah. Ia pun memutuskan untuk menemuinya langsung.

Saat melewati ruang tengah, ia mendapati kedua orang tuanya yang sepertinya sedang membicarakan hal serius. Ia pun memelankan langkah, bermaksud ingin mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan.

"Kabarnya, anaknya meninggal setelah kebakaran yang terjadi di rumahnya," ucap Alfi.

"Innalillah..., jadi kita benar-benar tidak bisa menghubungi mereka?"

"Ya, yang kita bisa lakukan hanya berziarah ke makam mereka saja."─Alfi menghela napas─"Sejujurnya, aku merasa sangat bersalah...."

"Tidak papa, yang penting kita sudah berusaha mencarinya selama ini."

Nayya mengerutkan kening, tak paham dengan topik pembicaraan kedua orang tuanya. Merasa tak begitu penting dan tak ada hubungan dengannya, ia pun memilih untuk menginterupsi obrolan orang tuanya.

"Ma, Pa?" sapa Nayya. Alfi dan Afanin sedikit terperanjat saat Nayya memanggil mereka.

"Iya, kenapa Sayang?" tanya Afanin berusaha tersenyum.

"Nayya mau ke rumah Arkan dulu."

"Oh, ya udah," ucap mamanya seolah mengerti maksud Nayya menemui Arkan.

Nayya tersenyum, menatap sang papa sekilas yang menatapnya tanpa mengatakan apa-apa, lalu berjalan dengan langkah gontai setelah beruluk salam. Ada rasa tak nyaman di hati, mengingat sang papa yang sepertinya masih kecewa padanya. Semenjak hari itu, rasanya semua berjalan tak baik. Ia hanya ingin seperti dulu kala, bukan keadaan seperti ini.

"Nay," panggil papanya.

Nayya berhenti berjalan, lantas berbalik menghadap sang papa. "Iya, Pa," sahutnya pelan. Tidak seperti biasanya.

"Sini sebentar," titah Alfi. Nayya menurut, ia menghampiri orang tuanya, lalu duduk di samping papanya dengan kepala tertunduk.

Alfi menatap anak gadisnya sejenak, lantas memeluknya, mengusap kepalanya lembut. "Maafin papa ya...," ucapnya.

Seketika, tangis Nayya pecah. Ia membalas pelukan papanya sambil terisak-isak. "Nayya yang minta maaf, Nayya banyak salah sama Papa, Nayya sering ngecewain Papa. Maafin Nayya, Pa...."

"Sshh ... tidak papa...,"ㅡAlfi pun melepas pelukan dan menatap putri kesayangannyaㅡ"papa mengerti. Papa mungkin egois, memintamu menikah dengan Arkan tanpa memikirkan perasaanmu. Itu semua karena papa ingin yang terbaik untukmu," tutur Alfi. Nayya diam mendengarkan dengan sisa isakan kecilnya.

"Papa hanya terlalu mengkhawatirkanmu. Tapi papa sadar, tidak seharusnya papa memaksakan kehendak papa padamu. Kamu berhak memilih, siapa yang kamu sukai. Papa tidak akan memaksa," ujar Alfi dengan senyum yang selalu Nayya sukai. "Tapi papa titip pesan, jaga dirimu baik-baik. Mengerti?"

Nayya langsung memeluk papanya. "Papa percaya kan sama Nayya?"

Alfi mengangguk. "Papa percaya padamu. Karena kamu anak papa."

Not A Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang