Hei!

4.5K 357 22
                                    

Looks-

Bicara tentang kehidupan, tentang bagaimana cara mengendalikan diri.  Bertemu orang-orang dengan sifat mereka yang berbeda. 

Ingin tersenyum saat benar-benar ingin tersenyum, atau menangis saat benar-benar ingin menangis. Percayalah itu sulit untuk di lakukan.  Jujur pada diri sendiri itu sulit. 

Tersenyum padahal tengah terluka, dan baik-baik saja padahal tengah terjatuh.  Bukan drama, tapi untuk kebahagian bersama.  Namun, siapa yang bertanggung jawab atas kebahagiaan diri sendiri?-














Jimin, menyaksikan Jungkook telah hidup penuh dengan drama.



***


Jimin melihat seorang pria dengan penuh semangat tengah tertawa dengan para teman-temannya.  Tawa yang hangat penuh dengan kegirangan yang bisa dikatakan terlampau bahagia.

Jimin tidak berasumsi. Hanya saja, lelaki itu bisa tertawa bahagia seperti hidupnya hanya bertujuan untuk tertawa. Heran karena tawa lelaki itu membuat Jimin mengalihkan perhatiannya. Tapi, pemuda itu berlebihan, dan membuat seisi kelas memperhatikan gerombolan mereka. 

Jimin kesal. Dia harus menghafalkan pelajaran biologi untuk ujian siang nanti. Tapi, obrolan anak-anak itu mengganggu konsentrasinya. 

"Jeon Jungkook! Kita harus belajar.  Ujian biologi benar-benar merepotkan!" ucap salah satu dari mereka. Kim Seok Jin, pria tampan andalan kelas 11A. 

"Aku tau." sahut Jungkook. 

"Aku tidak akan memberi contekan kepala kalian.  Ingat itu." Kim Nam Joon,  manusia jenius di 11A. 

"Aku akan mendapatkannya bagaimana pun caranya." Kim Taehyung, manusia alien. 

"Aku akan mendukungmu." lelaki penuh ambisi, Jung Ho Seok. Memberikan high five pada Taehyung.

Sedangkan Jungkook, anak itu hanya tersenyum melihat tingkah laku teman-temannya. 

"Yo!  Park Jimin." teriak seorang temannya dari luar. 

Jimin menoleh,  mendapati Kim Jong In melambai-lambai sambil memanggilnya. Kapan temannya itu berhenti memanggilnya dengan cara memalukan seperti itu.  Semua orang memperhatikan Jimin.  Dan Jimin benci menjadi pusat perhatian.

"Berhenti melambai." ujar Jimin dan menahan tangan kanan Jong In yang masih mencoba untuk melambai. Bahkan, saat jaraknya dan Jong In sudah kurang satu meter. 

"Kau selalu marah." ucap Jong In cemberut.

"Semakin imut saja!" Jong In memainkan jari telunjuknya pada pipi Jimin. 

"Jong In-ah!" keluh Jimin saat Jong in sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Temannya itu selalu usil dan jail padanya. 

"Baiklah." Jong In merapikan blezer seragamnya seakan ingin memberitaukan berita kepada komandan militer. 

"Chanyeol sunbae ingin bertemu denganmu nanti sepulng sekolah. Aku yakin ini ada sangkut pautnya karena kita mengadukan pembulian dia ke guru." jelas Jong In. 

"Dia mencegatmu"

"Iya, dia mencegatku saat di toilet tadi dan menyuruh ku mengatakan ini padamu. Bagaimana ini?" ujar Jong In mengeluh.

"Tidak apa-apa aku akan menemuinya nanti." jawab Jimin. Jong In melengo tidak percaya atas perkataan temannya itu.

Jimin tidak tau dirinya sudah gila atau benar-benar kehilangan otak . Menemui Park Chanyeol, kepala geng sekolah yang suka membully anak-anak lainnya.  Jimin tidak ingat dia seberani itu untuk menemui siswa seperti Chanyeol.

LOOKS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang