Aku Jeon Jungkook. Tujuh belas tahun. Putra dari Jeon Hong Gil dan Lee Il Hwa. Adik dari Jeon Yoon Gi. Sahabat dari Park Jimin, Kim Taehyung, Kim Nam Joon dan Jung Ho Seok.
Aku bahagia dengan hidupku sebelumnya. Ibu yang perhatian selalu menyiapkan sarapan kesukaanku setiap pagi. Setiap pagi aku melihat senyum ayahku. Setiap pagi aku di cium oleh kakakku. Sangat indah, semua membuat ku bersemangat untuk menjalani hari-hari ku.
Kami selalu berpergian keluar setiap akhir pekan. Dengan bekal yang di siapkan oleh ibu. Masakan ibu yang terbaik. Ke pantai, taman hiburan, piknik di taman, dan kemana saja bersama-sama.
Dan semua itu berhenti saat usia ku mulai memasuki sembilan tahun. Saat ibuku mengalami kecelakaan yang membuatnya buta dan lumpuh. Saat itu juga aku mulai melihat ayahku pulang dengan wanita yang berbeda dan bercumbu di depan ibuku. Dan saat itu juga aku sering melihat Yoongi hyung bertengkar dengan ayah setiap ayah pulang.
Aku tidak apa-apa. Masih ada Yoongi hyung yang masih menyemangatiku. Yoongi hyung selalu memelukku dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Yoongi hyung menyiapkan sarapan yang sama seperti yang ibu kami masak untuk ku. Walaupun rasanya sedikit berbeda, tapi aku tau Yoongi hyung sudah berjuang untuk ku.
Selama itu aku baik-baik saja.
Lalu saat usiaku dua belas tahun, pulang dari sekolah di hari pertama ku masuk ke sekolah menengah bawah, aku mendengar pertengkaran hebat antara Yoongi hyung dan ayah. Mereka saling berteriak. Lalu ayah menampar Yoongi hyung, dan ku mendengar ibu menangis.
Aku takut untuk melanjutkan langkahku masuk ke dalam rumah dan bersembunyi di garasi mobil. Beberapa saat setelahnya, aku melihat Yoongi hyung membawa koper besar dan memasukkannya ke dalam mobil. Aku memanggilnya aku ingin menghentikan ke pergian Yoongi hyung. Tapi, setiap panggilanku sama sekali tidak di hiraukan Yoongi hyung.
Sejak saat itu, Yoongi hyung tidak lagi pulang ke rumah. Tidak lagi menyemangatiku. Dia meninggalkanku dengan keegoisannya tanpa memikirkan ku. Aku marah, aku sedih dan sangat takut.
Aku membenci Jeon Yoon Gi!
Aku melalui semuanya. Menyaksikan semua percintaan ayah dengan wanita lain di hadapan ibuku. Menyaksikan semua teriakkan ayah pada ibu yang mengatakan kalau ibuku tidak berguna. Lalu memakiku sebagai anak lemah dan membawa kesialan.
Aku menangis setiap malam di kamarku. Aku menangis tanpa ada yang mendengarku. Membenamkan kepalaku pada bantal dan menjerit tanpa ada yang mendengarku. Selalu menangis walaupun sebenarnya aku lelah untuk menangis.
Ada sesuatu yang membuatku bersedih saat aku sendirian. Bahkan saat au sendirian di atap sekolah. Dimana semua kebodohanku di mulai. Berpikir akan menghilangkah kepedihanku. Tapi sebenarnya tidak. Seperti kecanduan karena aku terasa lepas sementara dari semua kesedihanku.
Saat itu bagian antara pergelangan tanganku tidak sengaja tergores bagian tajam pada kayu yang ada di atap sekolah. Aku buru-buru untuk kembali ke kelas karena bel masuk akan segera berbunyi. Cukup sakit dan membuat banyak darah yang keluar dari lukanya. Dan secara ajaib aku lupa dengan semua kesedihan ku. Rasa sakitnya terlalu perih hingga membuatku lupa dengan semuanya.
Setelahnya, aku kembali melihat hal menjijikkan dari ayahku. Dan aku menciptakan sayatan luka sendiri dengan silet yang ku beli di toko peralatan. Aku menggoresan sendiri bagian tajam silet tersebut ke bagian mulus pergelangan tanganku. Dan perasaanku mulai tenang lalu tertidur di lantai dengan darah yang mengalir lalu terbangun esok paginya.
Tidak ada yang tau, karena aku tidak mengijikan siapapun masuk ke dalam kamarku.
Aku melakukannya setiap kesedihan itu muncul kembali dan memelukku dengan erat. Tapi, aku cukup pengecut untuk menyayat nadiku. Aku takut mati dan tidak ingin meninggalkan ibu sendirian. Karena di tinggalkan dan kesendirian adalah dua hal yang ku benci.