GUILT

2.6K 298 44
                                    

Ini minggu kedua kegiatan rutin Yoongi menemani Jungkook di rumah sakit. Adiknya masih setia terlelap di ranjang pesakitan. Yoongi mengelap wajah Jungkook dengan handuk hangat. Dan malam sebelum terlelap, Yoongi selalu bercerita pada Jungkook tentang apa yang terjadi seharian ini. Seperti teman-temannya yang mengunjungi Jungkook, ayah yang membawa buah-buahan kesukaan Jungkook, lalu ibu yang selalu mengusap lembut tangan Jungkook.

Seperti hari ini, Yoongi bercerita panjang lebar pada Jungkook. Yoongi yakin adiknya itu mendengar semua ceritanya. Yoongi yakin adiknya harus tau kalau dirinya dan semua yang mencintai Jungkook menunggu Jungkook membuka mata. Jadi, Yoongi menceritakam apa yang membuat Jungkook bahagia dan harus kembali.

"Ibu bilang akan datang besok. Kau tau, Ayah berkali-kali kembali ke rumah sakit, hampir setiap hari. Ayah bilang, dia harus ada saat kau membuka mata." Ujar Yoongi mengusap-usap lembut tangan Jungkook.

"Semua sudah baik-baik saja, kook-ah. Semua seperti mimpi dan kau juga harus merasakan keindahan ini bersama kami." Lanjutnya.

Suara elektrokadiagram masih terdengar lirih. Tidak ada sama sekali sahutan suara Jungkook Yoongi dengar. Yoongi masih penuh dengan peyesalan malam itu karena tidak menjemput Jungkook. Dan adiknya berakhir terlelap di ranjang pesakitan ini. Dengan semua alat medis yang memberitau kalau jantung Jungkook masih berdetak.

Yoongi takut, selama dua minggu ini keadaan Jungkook dua kali mengalami kritis. Saat itu suara elektrokadiagram itu memperdengarkan bunyi dengunan dan garisnya menjadi lurus. Seorang dokter dan perawatnya berlari mengerubuni Jungkook. Memberikan pertolongan hingga alat tersebut menunjukan suara normal kembali.

Selama dua minggu ini Yoongi menangis tanpa suara setiap melihat wajah kesakitan Jungkook tertutup masker oksigen tersebut. Takut jika menangis dengan suara kepedihan, Jungkook akan mendengarnya dan tidak ingin kembali. Yoongi harus kuat untuk menunggu adiknya kembali membuka mata.

"Aku merindukan mu, kook-ah. Aku berjanji untuk menjaga mu, tapi aku tidak menepatinya. Kau harus bangun untuk menghajarku dan katakan kalau aku adalah orang yang sering mengingkar janji ku sendiri. Ku mohon kembali pada kami, Jeon Jungkook." Yoongi mencium lembut tangan Jungkook.

***

Sebuah kamar benar-benar terlihat gelap. Jendela yang tertutup tidak membiarkan setitik cahaya masuk kedalamnya. Lampu yang tidak di nyalakan membuat kamar tersebut benar-benar sangat gelap.

Jimin berada di dalamnya. Jimin sangat merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Jungkook. Tidak berani mengunjungi Jungkook kerumah sakit. Bahkan selama dua minggu ini, Jimin bahkan tidak datang ke sekolah. Jimin tidak mau keluar kamar. Hanya menyatap roti yang di antarkan oleh ibunya setiap pagi setelah itu Jimin kembali membenamkan diri dalam kamar gelapnya.

Takut melihat Jungkook yang masih tertidur. Bahkan setelah dua minggu lamanya, Jimin tidak mendapatkan kabar kalau Jungkook sudah bangun. Semua pesan yang menanyakan keberadaan Jimin tidak dihiraukan olehnya. Termasuk pesan dari Yoongi. Mereka meminta Jimin untuk mengunjungi Jungkook. Salah satunya berisikan kalau Jimin mungkin bisa membunjuk Jungkook kembali.

Lucu! Karena dirinyalah Jungkook menjadi seperti itu. Jimin takut kehadirannya akan membuat Jungkook semakin terluka.

'Ting!'

Ponselnya berbunyi, menunjukan pesan dari Taehyung.

'Kita akan membesuk Jungkook. Ayo pergi bersama.'

Jimin hanya mengintip pesan tersebut tanpa membukanya dan kembali memeluk lututnya.

Hatinya penuh penyesalan.

LOOKS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang