Jungkook memang gila.
Memang. Merasa beban yang dianggapnya sangat berat dan berani menyayat kembali pergelangan tanganya. Dimana dirinya bersiap untuk kehidupan baru saat Yoongi datang.
Dan pada kenyataannya, Jungkook tidak mampu menemukan jalan lain untuk pelampiasan emosinya. Bahkan setelah Yoongi datang sekali pun.
Jungkook meraih benda tajam itu dan menyayatkannya dengan perlahan di lengan kirinya. Merasakan perih dengan sangat di tempatnya. Meringis dan mulai menyayatnya untuk kedua kalinya.
Rasa sakit itu sudah mengendalikan pikiran Jungkook. Bulir air mata mulai membasahi pipinya. Terisak dalam diam dengan tangisan keras di dalam batinnya. Jungkook kini terluka.
Sakit!
Perih!
Sebenarnya Jungkook tidak ingin merasakannya. Tapi, rasa sakit ini menurutnya lebih baik di banding sakit hati, kekecewaan, dan amarah yang tidak bisa dirinya luapkan. Jungkook menyalurkannya dengan luka-luka yang dirinya ciptakan seperti saat ini.
Merasa belum cukup, Jungkook kembali ingin menoreh sayatan baru. Rasa sakit itu membuat Jungkook melupakan sakit batinnya. Tapi, niatnya terurung saat rungunya menangkap teriakan Yoongi dan langkah kaki sang kakak yang menghampirinya dengan berlari.
“JUNGKOOK!” teriak Yoongi.
Tidak sulit bagi pemuda pucat itu untuk menerobos kamar sang adik. Entah itu lupa atau tidak Jungkook tidak mengunci pintu kamarnya. Awalnya Yoongi datang dengan tenang hingga irisnya menangkap tetesan darah dan Jungkook yang tengah memegang silet tipis di samping tempat tidurnya.
Yoongi meraih benda tajam itu dan melemparnya jauh dari Jungkook. Tangannya terluka karena menyentuh bagian tajam dari silet itu. Yoongi tidak menghiraukannya lukanya. Dirinya langsung menarik kasar lembaran tisu yang berada di nakas Jungkook lalu menyeka luka Jungkook lembut takut menyakiti sang adik.
Jungkook menarik paksa tangannya. Tapi, genggaman Yoongi lebih kuat. Jungkook memaksa dan Yoongi melakukan hal yang sama. Agar tangan sang adik tetap pada genggamnya.
“Jangan begini.” Ujar Yoongi singkat.
Dilihatnya uruaian air mata Jungkook dan itu membuatnya begitu sakit.Sangat sakit! Menyaksikan sang adik terluka secara langsung. Melihat tetesan darah di lantai yang merupakan darah segar millik Jungkook.
Merasa bahwa rasa perih itu juga menghampiri dirinya. Yoongi bisa gila melihat keadaan Jungkook sekarang.Tanpa dirinya sadari tetesan air mata juga membasahi pipinya. Yoongi menangis atas kepedihan sang adik. Karena Yoongi tidak bisa menghentikan Jungkook untuk tidak melakukan hal bodoh ini lagi.
“Aku tau itu sakit. Jadi jangan lakukan lagi, Jungkook-ah.” Ujar Yoongi masih menahan luka Jungkook agar tidak mengeluarkan darah lebih banyak.
Jungkook tidak menjawab. Air matanya terus mengalir tanpa henti. Tapi, tidak ada sedikit pun suara yang keluar terdengar. Entah itu menjawab kalimat Yoongi atau suara tangis karena air matanya mengalir. Jungkook diam dengan semua isi pikirannya.
Yoongi memeluk Jungkook yang menatapnya kosong. Menarik sang adik dalam kehangatan yang dirinya miliki. Menyalurkan keseluruhannya tanpa sedikit pun tersisa. Yoongi membuat Jungkook senyaman mungkin dalam pelukannya. Merasa aman dan mengatakan ‘kakak ada disini’
“Kita bisa lalui ini bersama. Kita akan selalu bersama.” Yoongi membelai lembut surai hitam sang adik. Memberikan rasa aman yang Jungkook butuhkan.
Jungkook tidak tau kenapa dirinya tidak bisa bersuara atas tangisannya. Jungkook ingin berteriak sekencang mungkin, mengumpat bahkan memaki apa saja. Tapi, suaranya benar-benar tidak mau keluar bahkan saat Jungkook memaksakannya. Seluruh bagian lidahnya terasa kelu dan hanya menyisakan air mata tanpa suara.
