Hari menyenangkan bagi Jungkook. Jimin bergabung makan malam dengan Yoongi dan ibu mereka. Pertama kali baginya ada orang yang benar-benar dirinya anggap sebagai teman datang ke rumahnya. Jungkook sangat senang sehingga semua lukanya bahkan tidak tersa sakit lagi sedikit pun.
"Kalau begitu aku pamit pulang." Ujar Jimin berdiri dan memberi salam.
"Aku bisa mengantar mu." Yoongi menggerogoh saku celanannya mencari kunci mobil.
"Tidak, hyung. Aku harus ke suatu tempat dan itu akan merepotkan mu." Ujar Jimin mengelak.
"Aku akan mengantar mu." Yoongi terlalu semangat.
"Aku benar-benar tidak apa-apa, hyung. Makan malam tadi benar-benar sudah sangat membuatku bahagia."
"Kalau begitu aku yang akan mengantar mu." Ujar Jungkook.
Jimin membelalakkan matanya sangat besar sehingga Jungkook pikir bola mata Jimin akan meloncat keluar. Berusaha menyampaikan pada Jungkook bahwa dirinya tidak perlu di antar oleh siapapun termasuk Jungkook. Jungkook memang sedikit susah untuk menangkap kode-kode.
"Kalau begitu aku permisi. Terima kasih atas makan malamnya." Jimin membungkuk dan mengucapkan terima kasih beriringan dengan kata selamat tinggal lalu berbalik meninggalkan rumah mewah tersebut.
Jungkook segera mengejar Jimin dan merangkul bahu pemuda tersebut. Sedangkan Jimin terkejut dengan rangkulan Jungkok yang tiba-tiba. Setelah mereka tiba di halaman rumah, Jimin menyikut Jungkook dan pria itu meringis kesakitan.
"Hei! Aku sudah bilang aku bisa pulang sendiri." Ujar Jimin dan di sambut dengan senyuman bodoh Jungkook.
"Aku tidak bisa membiarkan mu pulang sendirian kan?" ujar Jungkook kembali merangkul Jimin.
Kini perasaan Jimin semakin terasa sakit. Setelah beberapa saat yang lalu Jimin berusaha untuk tidak menatap Jungkook terlalu lama. Karena ada satu kesalahan pada dirinya akan sebuah kenyataan yang tidak bisa Jimin ungkapkan pada Jungkook.
Hal yang mungkin akan membuat dirinya dan Jungkook tidak akan lagi dapat berteman. Hal yang akan membuat Jungkook benar-benar membecinya. Hal yang benar-benar akan membuat Jungkook tidak akan melihat dirinya kembali.
Jimin tidak tau kebohongan ini adalah keselahannya atau tidak. Tapi, yang Jimin tau pasti adalah hal yang sangat terburuk akan terjadi saat Jungkook mengetahui hal yang Jimin sembunyikan. Jimin tidak ingin itu terjadi dan memutuskan menyimpannya sendiri untuk sementara waktu. Jimin tidak ingin kehilangan sahabat yang baru saja dirinya dapatkan. Orang yang memberikan dirinya kepercayaan dan membuat Jimin bahagia setiap berbagi waktu bersamanya.
"Kalian masih di luar ternyata."
Keheningan mereka tersentak saat Yoongi keluar dengan kunci mobil di tangannya. "Aku akan mengantar kalian. Dan tidak ada penolakan."
Jimin yang baru saja akan mengeluarkan langsung terbungkam begitu Yoongi mengucapkan kalimat terakhirnya.
"Ayo masuk." Ujar Yoongi seraya masuk kedalam mobilnya. Di ikuti dengan Jungkook yang menarik Jimin dan menyuruhnya duduk di bangku penumpang bagian belakang. Sedangkan dirinya duduk di sebelah Yoongi.
Mereka tidak banyak bicara saat mengantar Jimin. Hanya beberapa pertanyaan bagaimana dengan sekolah kedua siswa kelas sebelas ini. Dan bagaimana rencana Jungkook dan Jimin akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Lalu nasehat Yoongi sepanjang perjalanan terhenti saat mobilnya juga berhenti tepat di depan pintu rumah Jimin.
"Terima kasih Yoongi hyung. Dah Jungkook." Jimin menunduk berterima kasih dan melambaikan selamat tinggal untuk Jungkook. Detik berikutnya dirinya melihat mobil Yoongi mulai melaju pelan.