Semua kicauan burung yang terdengar setiap paginya tampak normal. Tapi, sarapan yang pertama kali Sungryung siapkan untuk Jimin terlihat seperti kemustahilan. Sungryung melihat wajah ketidak kepercayaan Jimin untuk sesaat. Dan Jimin benar-benar tidak mengalihkan pandangannya dari meja makan yang berisikan semua makanan kesukaannya.
"Duduklah, ayo kita sarapan bersama."
Jimin menurut apa yang Sungryung minta. Duduk di hadapan sarapan yang di siapkan ibunya untuk pertama kalinya. Biasanya Jimin hanya melihat pintu kamar sungryung tertutup dan pasti wanita itu tengah terlelap karena wanita itu selalu pulang saat dini hari.
Jimin melihat sup rumput laut dengan kerang yang tersedia di sebelah mangkok nasinya. Dan detik itu juga Jimin ingat kalau ini adalah hari ulang tahunnya. Jimin benar-benar tidak pernah mendapatkan hal ini sebelumnya.
"Selamat ulang tahun, anak ku." Ujar Sungryung.
Jimin terdiam. Sudah supuluh tahun sejak ayahnya meninggal. Jimin baru mendengar ucapan ulang tahun dari Sungryung untuk pertama kali sejak tahun dimana kepedihan mereka bermula. Jimin tidak peduli sebelumnya kalau hari ini adalah ulang tahunnya. Tapi, hati Jimin ternyata tidak bisa berbohong karena pada kenyataannya Jimin rindu pada semua kehangatan yang ibunya hilangkan sebelumnya.
"Maafkan ibu melupakan kalau kau sangat membutuhkan ibu yang sebenarnya. Ibu yang benar-benar menjadi seorang ibu. Bukan ibu yang menyakiti perasaanmu setiap saat. Maafkan ibu Jimin-ah. Ibu janji tidak akan meninggalkan mu lagi." Ujar Sungryung. Tetesan air matanya mulai meluncur sempurnah membasahi pipi merahnya.
Jimin berdiri. Melangkah dan memeluk Sungsyug yang bergetar menyeka air matanya. "Ibu adalah hadiah ulang tahun terbaik yang aku punya." Jimin mengeratkan pelukannya. Menepuk punggung ibunya lembut.
Sungryung sangat bahagia. Ini adalah kebahagian terbesar yang dirinya rasakan setelah sekian lama. Sungryung merasa memiliki seluruh udara dan melihat langit yang begitu indah. Kalimat Jimin pagi ini benar-benar membuatnya merasa hidup. Semua terasa lebih indah.
***
"Kau akan terlambat. Kau tidak bisa makan lebih cepat, Jungkook? " ujar Yoongi untuk ke empat kalinya. Yoongi sedikit jengkel dengan cara makan Jungkook yang terlalu manis.
Ini tinggal setengah jam sebelum bel masuk sekolah adiknya itu berbunyi. Tapi Jungkook masih menikmati sarapan roti coklat dengan susu vanilla favoritenya.
"Jungkook, kau pasti terlambat jika tidak segera habiskan sarapanmu." Ujar Ilhwa tersenyum.
Jungkook ikut tersenyum. Rencana Jungkook untuk membuat Yoongi lebih banyak bicara di banding hari biasanya benar-benar berhasil. Kejahilannya memang tidak terlalu nampak. Tapi Yoongi merasakan itu dan ikut tersenyum. Jungkook manis dengan kejahilannya. Dan anehnya Yoongi senang jika Jungkook menjahilinya.
Jungkook meraih ranselnya dan mencium Ilhwa pamit berangkat ke sekolah seperti biasa. Dan menyusul Yoongi yang sudah jalan lebih dulu ke pintu garasi lebih dulu. Jungkook berniat masuk ke dalam mobil tetapi pergelangan tangannya yang di pegang Yoongi menghentikan kegiatannya.
"Kau sengaja kan?" tanya Yoongi.
Jungkook berusaha menahan senyumannya "Apanya" jawab Jungkook singkat dan sepadat mungkin. Jungkook tidak ingin ketahuan. itu memalukan.
Dengan wajah sebiasa mungkin Jungkook masuk ke dalam mobil sedangkan Yoongi tersenyum manis. Yoongi berpikir Jungkook dan dirinya mulai memperbaiki hubungan mereka dengan baik. Jungkook mulai membantunya walaupun Yoongi yakin adiknya masih merasa canggung dengan dirinya. Tapi, Yoongi senang karena ini adalah perkembangan yang sangat baik.