Josei

di luar zona nyaman

     Smk Tunas bangsa sekokah yang isinya anak-anak sebagian besar orang tua nya termasuk level yang berada, termasuk aku. Bagi anak-anak yang mendapatkan beasiswa adalah anak dari bantuan sosial.mereka yang memiliki kepintaran di atas rata-rata dan berprestasi di bidak akademik lainya. Lolos ke sekolah ini sebenarnya bukan karna prestasi ku, tapi karna uang orang tua ku, koneksi papa di sekolah ini cukup berpengaruh karna papa adalah donatur yang 60% bantuan dari papa.

      Meskipun begitu, keberadaan papa mungkin tidak akan dapat mengoyahkan keberadaan randi, dan dia bukan anak biasa yang bisa diganggu. Dia seorang cucu kepala sekolah, ya ya ya..kepala sekolah dikenal sebagai orang yang tegas, berwibawa, dan tidak memihak. Jika geng jabrik menggangu randi sudah pasti geng jabrik lah pangkal masalah nya. Sepertinya aku harus menyembunyikan dulu dari mereka tentang randi si brengsek ini.  aku sangat mengenal betul siapa itu anggota geng jabrik. mereka juga bajingan tetapi tidak memiliki akal sehat. Dan bertindak jarang memakai  otak. Kalo masalah nya seperti ini sudah aku pastikan mereka tidak akan tinggal diam. Jika mereka tau tentang si brengsek yang meremehkan ku ini, sedetik saja randi sudah tidak sepeti manusia, dan mungkin harus mengoperasi plastik wajahnya yang tampan itu.

Ting..tingg..tingg..tingg..tinggggg..........

       dan pada akirnya penantian murid seperti ku indah pada waktunya, bisa dibilang aku termasuk golongan anak penunggu bel pulang. Karna tadi gk sempat ke kedai belakang sekolah ulah anak sial yang bernama randi itu, aku ingin kesana sebentar, untuk mengabsen batang hidungku. walaupun mama tadi menyuruh ku pulang cepat. Sepertinya aku memakai jam karet untuk mama.

        Semuanya berlari dan tertawa  seakan beban lepas setelah melewati penantian yang panjang. melangkah pulang melewati gerbang sekolah yang cukup tinggi. Ada yang bergandengan tangan, ada yang tersenyum manja, ada yang berpasangan, ada kelompok wanita yang mendompol wajahnya, ada yang memakai pewarna di bibirnya. Dan begitu banyak tingkah mereka yang tak bisa di cerna dengan akal ku. Anggap saja apa yang mereka lakukan, tak pernah aku lakukan.

     Tapi aku berbeda dari mereka, aku melompat dinding belakang sekolah biar langsung sampai ke kedai tempat anggota geng jabrik . Dan inilah geng jambrik, kumpulan pria yang tidak punya akal sehat, yang sekolah hanya untuk menghabiskan uang orang tua, ada yang merokok beberapa orang sambil memegang minuman kaleng , ada yang main batu domino atau kartu , bahkan sampai taruhan dengan uang atau menaruhkan cewek untuk jadi bahan hiburan mereka. Ada yang hanya makan dan bergurau sesama mereka, meskipun begini aku sangat menyukai perkumpulan yang tidak memiliki faedah. Tidak ada penghiatan teman, tidak ada kata-kata manis yang menusuk dibelakang, tidak ada kesombongan dan iri hati mereka  hanyalah menyatu jadi satu dan menyamaratakan diri sendiri, tidak ada yang dibeda-bedakan berdasarkan siapa yang paling kaya atau miskin. dan masa inilah yang sangat aku sukai dari pada masa sebelumnya, disini aku bisa belajar hidup itu kejam jika kita tidak kejam. Memperlakukan orang busuk dengan sikap manis hanyalah kesia-sian. Jika terhianati bukan mereka yang salah tapi kita yang bodoh. Mengapa ingin menerima manis dari sebuah sesuatu yang sia-sia.

        Rasa berteman atau bersahabat, bagiku tidak terasa karna aku tidak pernah mempunyai teman wanita. Semua teman ku adalah laki-laki, bahkan aku pernah dijauhi karna mereka tidak ingin ku ajak bermain game atau bola, padahal aku ingin bermain layangan di lapangan terbuka yang luas, sambil mengejar tali layangan yang  putus, aku ingin bermain seperti itu. Bukan hanya bermain boneka dan masak-masakan dirumah, atau berdanda dengan make up milik mama. Dan karna itulah tidak ada yang ingin berteman dengan ku, aku selalu berteman dengan laki-laki karna sepertinya menjadi laki-laki itu menyenagkan, apa adanya, dan selalu membuat hal gila di luar zona nyaman.