Hatinya yang sudah berkali-kali terluka bagai kembali tersiram asam cuka sehingga perihnya sangat mengiris hati, andai bisa dilihat sakitnya hati mungkin semakin merah membara karena penuh dengan irisan-irisan luka yang sekian lama ditanggungnya. Kali ini luka itu sengaja ditaburi garam oleh lelaki yang baru saja meninggalkannya terisak-isak dalam keceriaan bersama putrinya. Dia seolah sengaja merajami hatinya dengan sengaja lewat di sampingnya sementara tangannya melingkar di pinggang wanita di sampingnya.
Tak cukup sampai disitu, pria itu menunjukan kebahagiannya dengan saling bercanda selama melintas di taman tempat Yam dan putrinya melepas kepenatan setelah seminggu beraktifitas. Mengapa mereka juga berada di tempat ini padahal saat meninggalkan rumah tak ada orang lain yang tahu ia akan pergi ke taman, karena pria itu masih berada di kantor dengan alasan lembur bersama karyawan lainnya ataukah pria itu memasang mata-mata sehingga kemana ia pergi selalu berusaha tahu dengan tujuan ingin sengaja menunjukan apa yang dilakukannya di luar bersama wanita itu.
Apa yang dirasakan Yam bagai gumpalan darah yang mengental menggumpal keras di dalam dadanya, seolah ingin dilepaskan tetapi tak bisa. Tangannya mencengkeram erat putrinya dan tangan yang satunya gemetaran mengenggam bagian baju gamis cerah yang dipakainya. Bergejolak darah naik ke kepala ingin ia berteriak atau menendang apa saja yang ada di depannya. Hampir tak kuat ia mengendalikan diri ketika dari kejauhan pria itu nampak sengaja melambaikan tangan seolah mengejek dirinya yang sedang kesakitan.
"Bunda kok menangis?" Tanya putrinya mengagetkan.
"Iya sayang, bunda menangis untuk hari bahagia ini, selama ini kan sulit kalau kita mau jalan bareng, putriku ini selalu sibuk dengan temen-temennya. Tiap kali bunda ajak jalan katanya mau kerumah teman membuat tugas sekolah, besoknya pulang sore karena ikut kegiatan ekstra."
"Maafkan Dian ya bun, lain kali gak deh." Katanya manja.
"Tapi kalau lain kali kan sudah jadi mahasiswa, jangan-jangan sibuk dengan ....." Kata Yam menggoda, maksudnya adalah dengan pacarnya karena tahun ni usia putrinya sudah genap 17 tahun, maka sebagai orangtua Yam sedikit banyak bisa mengerti kalau di masa seperti itu putrinya yang ceria itu pasti ada yang menggoda hatinya.
"Apaan si bun." Kata Dian sambil tersenyum simpul.
"Bunda tahu kok."
"Tahu apaan bun?"
"Ah rahasia dong sayang."
"Ih pasti bunda buka Hpnya Dian ya?"
"Enggak,,,enggak salah maksudnya, putriku yang cantik."
"Ah bunda, kepo." Dian menyandarkan kepalanya di pundak sang ibu agar dapat menutupi malunya. Sementara Yam bagai mendapat kesempatan untuk menyeka airmata yang dari tadi sudah tertahan dan hampir penuh di kelopak matanya. Kali ini bukan hanya tetesan airmata tetapi seolah deras tak mau berhenti meski kali ini ujung kerudungnya telah basah tetapi seolah tak mau berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
KESETIAAN YANG TERLUKA
General FictionCerita perempuan tentang perasaannya yang sering harus terluka, mengalah, tertahan, demi menjaga spikologis anak-anaknya agar tak goncang menerima kenyataan bahwa ibunya harus rela tersakiti oleh ayahnya.