Sembunyikan luka (Part 5)

51 1 0
                                    

PART 5

Sesampai di rumah Yam bagai mendapat mendapat kesempatan untuk menyembunyikan kekecewaannya, ia masuk ke dalam kamar dan menguncinya rapat. Dibunyikannya suara musik dengan keras. Setelah itu ia menjerit dengan keras, mengacak-acak tempat tidur yang sudah dirapikannya. Semua dilakukannya untuk meluapkan emosi yang sejak tadi ditahannya. Yam merasa sendirian sehingga tangisannya kali ini tak lagi ditahannya tetapi isaknya terdengar cukup keras. Yam yakin tidak ada orang yang mendengarnya karena putrinya tadi di jalan mampir di rumah Lisa untuk mengurus persiapan besok lomba tata boga di sekolahnya.

Di luar pintu seseorang berdiri, tulangnya lemas, ikut gemetaran seakan ingin menunjukan kemarahan dengan cara yang sama dengan orang yang ada didalam kamar. Ia ingin ikut membanting, menendang, melempar apa saja, namun semua ditahannya karena ia tidak ingin ada orang lain yang terluka karena sangat ia sayangi. Ia tahu orang di dalam kamar pasti akan lebih sakit, kecewa dan bertambah luka jika tahu ia sedang berdiri di luar kamar dan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Selama ini apa yang terjadi di jaga oleh Yam dengan taruhan airmata agar jangan sampai putri tersayangnya ikut menanggung segala deritanya karena jangan sampai mengganggu masa-masa belia Dian.

Sesungguhnya jauh sebelum pria itu melintas di samping Yam dan dirinya duduk-duduk di taman tadi, Dian sudah terlebih dulu melihat mereka di salah satu tempat di ujung timur sana. Nampak bagai sepasang pemilik tempat bermalam karena mereka sedang santai asik diterasnya. Sebagai anak yang sudah cukup dewasa Dian bisa menyimpulkan bahwa mereka mempunyai hubungan khusus, karena sang wanita nampak mengambilkan secangkir minuman kemudian merangkul dengan mesra dari belakang sambil berbicara mengucapkan sesuatu. Dian memperhatikan semua itu dengan mata berkaca-kaca selepas dari toilet, ungtunglah sang bunda tidak diajaknya karena tadi sedang ngbrol dengan teman yang baru ditemuinya di taman itu.

Mata Dian terus berkaca dan merembas airmatanya dari matanya yang indah, untunglah ia bukan remaja yang suka berbedak sehingga pipinya tidak berantakan oleh make up yang coreng moreng terkena airmata. Maka setelah pria itu masuk ke dalam, buru-buru Dian masuk ke dalam toilet lagi dan mencuci mukanya agar ibundanya tak pangling dengan wajahnya yang sembab.

Hatinyadingin sedingin hujan yang tak berhenti sejak siang tadi, seolah beku sekerasbatu yang tak mungkin rapuh oleh tetesan air hujan. Seakan sebuah besi yang takakan berkarat meski ditimpa hujan. Hatinya dendam atas apa yang barudilihatnya, andai ia tidak bersama bundanya mungkin ia akan mendatangi merekake dalam ruangan tadi dan mengajak berantem atau membuat mereka kapok dan malu.Namun semua itu tak dilakukannya karena ia sangat menyayangi seseorang yang iatinggalkan di taman, pasti sedang menunggunya dengan cemas karena sudah cukuplama ia pergi ke toilet.    

KESETIAAN  YANG TERLUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang