Sejenak ia menatap kaca besar yang ada di toilet, wajahnya geram penuh amarah, diluapkannya dengan menangis di sower air hangat yang dinyalakan kecil, lalu dengan sedalam-dalamnya ia menangis untuk sang bunda atas apa yang dilihatnya barusan. Semua airmata seakan sudah habis larut bersama air hangat menuju tempat yang jauh di luar sana. Dian mengelap mukanya dengan handuk kecil yang selalu ia bawa kemanapun. Kemudian ia tak lupa pergi ke toko obat untuk membeli tetes mata untuk menghindari pertanyaan ibunya bahwa tadi matanya kelilipan.
Namun sama sekali ia tidak mengira bahwa pria dan wanita itu tiba-tiba menampakan diri di depan ibunya, tidak sempat tahu dari jauh ketika tiba-tiba dilihatnya dua orang makhluk itu sedang asik cengegesan menuju ke arah ia dan ibunya duduk-duduk. Belum sempat ia mengambil langkah untuk menutupi ibunya agar tidak sempat melihat pemandangan mengerikan tersebut, tiba-tiba ibunya sengaja menutupinya dari sebelah kanan, rupanya sang ibu yang lebih dulu tahu kedatangan kedua orang yang tak punya muka tersebut. Dian sangat tahu seperti apa tadi bundanya ingin menangis maka ia sengaja membiarkan kepalanya tersandar di pundak bunda lebih lama agar bunda banyak waktu untuk menyeka airmatanya karena ia seolah tidak tahu. Tak ada yang tahu kalau airmata Dian sudah terkuras bersama berlalunya air yang ada di toilet.
EŁbJ}OJ
KAMU SEDANG MEMBACA
KESETIAAN YANG TERLUKA
General FictionCerita perempuan tentang perasaannya yang sering harus terluka, mengalah, tertahan, demi menjaga spikologis anak-anaknya agar tak goncang menerima kenyataan bahwa ibunya harus rela tersakiti oleh ayahnya.