Dian mengerti banget apa yang dialami ibunya meski ia tak banyak bicara dan tak pernah bertanya kepada ibunya. Sementara Yam tak pernah sedikitpun berniat untu menceritakan segala sesuatunya kepada Dian karena dirasa belum cukup umur, serta tak ingin menjadi sebuah beban hati bagi putrinya tersebut.
"Bun, ayah Dian kok gak pernah ngajak jalan kita?"
"Sayang, kalau mau jalan-jalan kan bisa sama bunda, ayah kan sibuk bekerja to."
"Hari minggu juga bun?"
"Ya." Jawab Yam singkat, lalu mengambil koran yang ada disampingnya, sengaja untuk menutupi ekspresi pada wajahnya yang sengaja ia sembunyikan.
"Masa sih bun selama Dian sekolah yang mengambil nilai raport ke sekolah juga bunda terus, gak kayak temen-temen kadang-kadang ayahnya juga telpon menanyakan bagaimana belajarnya dan lain-lain, Dian gak pernah bun."
"Tidak masalah to, coba teman-teman kita di luar sana malah tidak punya ayah atau ibu, nah kita syukuri saja sekarang ada bunda yang selalu siap untuk putriku ini." Kata Yam sambil memegang kedua pipi putrinya yang masih menatapnya dengan seribu tanya. Tak dibiarkannya putrinya dalam berbagai pertanyaan yang membingungkan maka di dekapya ke dalam pelukannya. Yam meyakinkannya bahwa selama ada bunda tidak perlu kwatir karena tempat ternyaman dan terindah adalah bersamanya.
Hari itu Dian sempatkan untuk menemani sang ibu ke luar rumah karena ia kwatir ibunya jika ditinggal sendirian akan semakin sedih. Pada hari-hari biasa mereka dipisahkan oleh kesibukan masing-masing, Dian pulang jam 17.00, sementara ibunya pulang jam 20.00, hanya 1 jam mereka bersama karena tepat jam 21.00 Dian sudah bersiap-siap untuk lelap ke alam mimpi agar besok tidak terkantuk-kantuk di sekolah. Paginya bangun jam 05.00, satu jam kemudian ibunya sudah berangkat bekerja untuk menghindari macet, sementara Dian dijemput bus sekolah. Kemudian selama satu hari itu tak banyak pesan yang terkirim dari Hp masing-masing karena kwatir saling mengganggu belajarnya dan kesibukan kerja Yam.
Tetapi tak ada yang tahu bahwa refresing hari itu akan merubah semua rencana dan menjadi sebuah kesedihan yang bukan hanya dirasakan oleh Yam, tetapi Dian juga menjadi korban dari perbuatan buruk Wahadi, mungkin pada awalnya tak mengira bahwa apa yang dilakukannya telah, menanamkan kebencian dihati Dian kepadanya untuk selamanya, mungkin tak termaafkan karena Dian tahu, kalau rasa sakit mungkin sudah biasa diterima ibunya, tetapi Dian tahu kali ini ibunya menahan malu yang sangat mendalam meskipun tadi Dian pura-pura tidak tahu, Dian tahu bahwa ibunya tak dapat memaafkan kelakuan pria itu karena telah menyakitinya di depan putri tersayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KESETIAAN YANG TERLUKA
General FictionCerita perempuan tentang perasaannya yang sering harus terluka, mengalah, tertahan, demi menjaga spikologis anak-anaknya agar tak goncang menerima kenyataan bahwa ibunya harus rela tersakiti oleh ayahnya.