Mira masih memperhatikan temannya itu dari balik kipas kecil yang selalu dibawanya. Di kantin yang cukup ramai sehingga gerak-geriknya tidak terlalu tampak oleh siapapun. Dari jauh Mira hanya mengerti kalau temannya sedang ingin sendiri, nampak dari raut mukanya yang murung tak secerah biasanya. Pasti sedang ada sesuatu yang sangat berat karena tak biasanya ia memilih duduk menyendiri di tempat terpisah. Dari jauh Mira hanya melihat sesekali temannya itu mengelap dahinya dengan saputangan handuk yang selalu dibawanya. Mira ingin mendekat tapi ia tidak berani, karena baru kali ini ia mendapati temannya selama persahabatan bertahun-tahun, jadi Mira tidak memiliki keberanian untuk membantah kata-kata yang tadi sudah diultimatumkan kepadanya bahwa temannya itu saat ini tidak ingin diganggu oleh siapapun.
Seorang Dian yang Mira bangga-banggakan saat sedang bercerita kepada orangtuanya saat ia pulang dari kos-kosan, Dian yang selalu membuatnya sangat bangga kepada teman-teman lain karena ia adalah teman sebangkunya, Dian yang sangat ia segani karena dalam berkata-kata seakan tak pernah salah, Dian yang selalu menjadi perhatian teman-teman laki-laki di sekolah sehingga Miralah yang sering menjadi korban dan sasaran minta nomer Hp tetapi senang juga karena pada akhirnya di beliin pulsa. Meskipun Mira sudah berkali-kali memberitahu bahwa Dian tidak mau berurusan dengan masalah 5 huruf itu, namun sebagaian teman cowoknya selalu mencoba-dan mencoba meskipun pada akhirnya selalu gagal dan gagal. Mira tahu itu karena boro-boro Dian membalas perasaan mereka, seringkali Miralah yang disuruh membalasnya.
"Dian ini dari kakak kelas si Arya, tolong dong hargai dia, kamu yang balas WA nya ya!"
"Maaf, mau dari kakak kelaslah, dari kakak kamulah, tidak peduli."
"Tapi dia ikut kegiatan bareng kamu kan, jadi pengurus OSIS bareng kan, suka menulis di MADING juga kan, kan mirip banget hobi dan kegiatanya sama kamu Di."
"Tidaaaaaak."
"Memangnya kamu gak punya rasa gak enak kalau ketemu dia entar?"
"Loh, kenapa gak enak biasa aja tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
KESETIAAN YANG TERLUKA
General FictionCerita perempuan tentang perasaannya yang sering harus terluka, mengalah, tertahan, demi menjaga spikologis anak-anaknya agar tak goncang menerima kenyataan bahwa ibunya harus rela tersakiti oleh ayahnya.