5 : Uncomfortable

5.3K 565 68
                                    

Jungkook menyandarkan punggungnya dengan nyaman pada sandaran kursi bus yang ia tumpangi. Lelaki itu menatap ke arah luar jendela yang ada di sampingnya, lalu tersenyum tipis. Pikirannya melayang pada kejadian saat ia berada di rumah Hunri beberapa menit yang lalu.

"Jungkook! Dari mana kau dapatkan alamat rumahku? Siapa yang memberi tahunya? Jangan bilang kalau kau sengaja bertanya pada guru untuk hal ini?"

Jungkook tersenyum mengingat ekspresi lucu yang diperlihatkan Hunri padanya saat ia berdiri di depan pintu pagar rumah gadis itu.

"Aku tidak bertanya pada guru untuk hal ini. Aku hanya bertanya pada sekretaris kelas kita."

Dan Jungkook sangat ingat jawaban yang ia lontarkan pada Hunri saat itu. Tentu saja itu bohong. Ia tidak bertanya pada siapapun untuk alamat rumah Hunri, karena ia telah mengetahuinya sendiri.

"Ehm, kau tinggal sendirian?"

Nah, untuk pertanyaan yang satu itu, itu hanyalah sekadar basa-basi saja. Tentu saja Jungkook sudah tahu jika gadis itu hanya tinggal sendirian di rumahnya.

"Kau harus hati-hati, walaupun di rumah sendiri. Kau ini seorang gadis, jika ada yang hendak menyakitimu bagaimana?"

Raut wajah Jungkook berubah. Karena mungkin, dialah satu-satunya orang yang akan menyakiti gadis itu nanti.

°°°

"Bagaimana jika kau ku traktir makan? Sekalian jalan-jalan, mungkin? Eotteyo?"

Hunri menghela napasnya tak habis pikir. Bagaimana bisa seseorang yang baru ia ketahui namanya kemarin sudah berani mengajaknya pergi bersama hari ini?

Atau mungkin Jungkook memang orang yang seperti itu? Mudah akrab dengan orang lain dan merasa semua orang adalah temannya.

Hunri merasa sedikit risih sebenarnya, namun ia tidak menunjukkannya secara langsung. Gadis itu juga merasa aneh saat Jungkook berada di rumahnya, karena ia tidak terbiasa dengan keadaan rumah yang didatangi tamu, kecuali paman, bibi dan pembantu di rumahnya.

Drt... Drt...

Suara getaran singkat itupun membuat Hunri menoleh ke arah ponselnya yang berada di atas meja nakas samping tempat tidur yang sekarang sedang ia tempati saat ini. Tangan kiri gadis itu tergerak untuk mengambil ponselnya dan sebuah notifikasi pesan pun terlihat di layar ponselnya.

From : 0194573xxx
Hi! Ini aku, Choonhee. Di-save yaa.

Hunri tersenyum tipis membacanya, lalu menyimpan nomor tersebut. Choonhee menjadi orang ketiga yang ada di daftar kontak ponselnya setelah paman dan bibinya.

Jika dipikir-pikir kembali, gara-gara lelaki bernama lengkap Jeon Jungkook itu juga Hunri mendapatkan seorang teman. Sedikit konyol sebenarnya, namun berteman itu tidak buruk juga. Manusia adalah makhluk sosial, bukan? Mereka yang bernama manusia itu pasti saling membutuhkan. Begitu juga dengan Hunri. Tapi, ia rasa Choonhee saja sudah cukup. Tidak ada lagi teman yang lainnya. Hunri akan membatasi pergaulannya sendiri.

°°°

20.16 KST

Jungkook telah rapi dengan kemeja putihnya yang dilapisi jas hitam, serta celana bahan yang senada dengan warna jasnya. Ditambah dengan dasi berwarna abu-abu yang terpasang rapi di kerah kemejanya, membuat penampilannya semakin meyakinkan.

Rambutnya pun telah ia tata sedemikian rupa, sehingga terlihat rapi dan tampak seperti pengusaha muda yang berhasil. Ya, sekarang ia tengah dalam misi penyamaran sebagai seorang pemuda kaya untuk mendatangi suatu pesta di mana kini targetnya berada.

Setelah memastikan bahwa pistolnya sudah terisi dengan anak peluru, Jungkook pun memasukkannya ke saku yang berada di bagian dalam jasnya. Ia melirik ke arah jam tangan yang melingkar indah di pergelangan tangan kirinya. Sudah waktunya.

Jungkook pun melangkah santai meninggalkan apartemen mewahnya menuju lantai basement. Ia mengeluarkan sebuah kunci dari saku celananya dan menekan tombol yang ada di kunci tersebut, hingga salah satu mobil yang berbaris di sana pun mengeluarkan suara singkat. Jungkook mendekati mobil tersebut dan masuk ke dalamnya. Ya, itu mobilnya. Apalagi?

Jangan tanyakan seberapa kayanya Jungkook itu, karena seorang pembunuh bayaran tidak akan dibayar dengan upah sedikit.

Jungkook mulai menyalakan mesin mobilnya. Namun sebelum lelaki itu mulai menjalankannya, ia menelpon seseorang terlebih dahulu. Ia menelpon orang yang menyuruhnya membunuh targetnya malam ini—sang klien.

Jungkook harus memastikan segalanya berjalan dengan baik dan ia harus menanti waktu yang baik pula untuk melepas pelurunya tepat di kepala dan dada kiri targetnya. Dan ia juga harus memastikan bahwa bayaran untuk dirinya sudah disiapkan oleh sang klien.

"Baiklah." Jungkook menutup telponnya, lalu lelaki itu mulai menjalankan mobilnya meninggalkan lantai basement menuju tempat di mana targetnya akan meregang nyawa. []

His Arrival ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang