Epilogue

7K 640 138
                                    

Hunri membuka pintu mobil Jungkook dan turun dari sana. Jungkook langsung berdiri di samping Hunri, menutup pintu mobil yang tadinya dibuka Hunri dan menuntun gadis itu menuju lantai apartementnya.

Mereka melangkah masuk ke dalam lift yang akan membawa mereka semakin cepat mendapati apartement Jungkook. Lelaki itu menekan angka delapan dan tak lama pintu lift pun tertutup. Jungkook menoleh ke arah Hunri dan menatap wajah gadis itu. "Kau tampak sangat tidak baik-baik saja. Tenanglah, kita hampir sampai. Kau bisa istirahat di sana nanti."

Pintu lift terbuka, segera Jungkook membawa gadis yang sedari tadi hanya diam saja itu mendekati pintu apartementnya. Setelah menekan sandi pintunya, Jungkook berhasil membuka pintu dan membawa Hunri masuk ke daerah kekuasaannya untuk kedua kalinya.

Jungkook mendudukkan Hunri di sofanya, membiarkan gadis itu bersandar di sana sembari menunggunya membuat minum. Lalu ia berjalan ke minibarnya, mengambil sepasang cangkir berwarna putih susu dan membuat teh hijau untuknya dan juga untuk Hunri. Setelah selesai, tak lupa Jungkook menambahkan sesuatu dalam cangkirnya dan cangkir Hunri.

Racun. Lebih tepatnya adalah Sianida.

Jungkook mendekati Hunri dan tersenyum menatap wajah gadis itu. Ia yakin bahwa dirinya benar-benar mencintai gadis di hadapannya itu. Cinta. Sampai rasanya ingin mati bersama.

"Diminum dulu, selagi hangat. Akan membantumu untuk lebih tenang,"

Setelah meletakkan dua cangkirnya di atas meja, Jungkook pun mendudukkan dirinya tepat di samping Hunri. Tanpa memudarkan senyumnya, jantung Jungkook bertalu cepat saat gadis itu balas menatapnya. Namun, itu tak lama. Karena gadis itu memilih untuk meraih cangkirnya dan mulai meminum teh hijau hangat buatan Jungkook.

Ya, seperti itu Hunri. Habiskan. Itu akan membawamu pada ketenangan yang abadi.

"Kau tidak minum?"

Tenang. Aku akan menyusulmu nanti. Kau takkan sendiri.

"Aku senang akhirnya kau mengeluarkan suara," ujar Jungkook dengan senyumnya yang melebar. "Dengar Hunri, jangan melupakanku, ya? Aku harap kita bisa bertemu lagi di kehidupan selanjutnya dengan keadaan yang lebih baik."

Jungkook tersenyum karena Hunri tidak membalas apapun lagi perkataannya, malahan gadis itu terlihat seperti kesulitan bernapas. Itu berarti—racunnya bekerja.

Kedua mata Hunri menutup, membuat senyum Jungkook pun ikut luntur.

"Tunggu aku, Hunri," lirih lelaki itu.

Segera Jungkook meraih cangkirnya dan meminum teh hijau bersianida miliknya itu hingga habis tak bersisa. Dan di detik-detik menuju kematiannya, lelaki itu menyempatkan diri untuk mencium gadis yang menjadi cintanya itu.

And that kiss will be their first and last kiss.







TAMAT.

His Arrival ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang