11 : Last Rank

3.8K 424 3
                                    

"Aku akan membagikan hasil ulangannya menurut tinggi nilainya."

Mendengar ucapan Tuan Cho yang tengah berdiri di balik meja guru di depan sana sambil memegang tumpukan kertas yang Hunri yakini adalah kertas ulangan mereka, membuat gadis itu mendengus kesal. Karena sudah pasti namanya akan dipanggil setelah dua puluh lima dari tiga puluh orang siswa di kelasnya maju ke depan mengambil kertas ulangan mereka.

"Eunha,"

Ah, sudah Hunri duga. Pasti nama yang menduduki peringkat pertama dalam bidang studi Matematika adalah Eunha.

Lantas Hunri pun menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan yang ia buat di atas meja. Urutan namanya masih terlalu jauh.

"Jungkook,"

Hunri mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Jungkook saat nama lelaki itu disebut oleh Tuan Cho dalam urutan ke-empat. Jungkook pun berdiri, lalu melangkah mendekati Tuan Cho guna mengambil kertas ulangannya.

Whoa, Hunri masih tidak percaya jika lelaki itu benar-benar pandai dalam pelajaran Matematika hingga dapat menduduki peringkat ke-empat di kelasnya.

Setelah mendapat sedikit pujian dari Tuan Cho, Jungkook pun berjalan kembali ke tempat duduknya sambil memamerkan senyum penuh bangganya pada Hunri. Hunri yang melihat itupun hanya berdecih pelan dan kembali menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangannya.

Hampir saja gadis itu sampai ke alam bawah sadarnya, jika ia tidak dikejutkan oleh suara berat milik Tuan Cho yang menyebut namanya di depan sana. Dengan cepat Hunri mengangkat kepalanya dan mengusap wajahnya sekilas untuk menghilangkan rasa kantuknya.

Gadis itu bangkit dari duduknya hingga kursinya berderit pelan. Ia berjalan mendekati Tuan Cho yang tengah menatapnya datar sembari menyodorkan sebuah kertas yang Hunri yakini itu adalah miliknya.

Ia melotot tak percaya, di tangan Tuan Cho terlihat hanya tinggal selembar kertas miliknya saja. Dan itu artinya, ia menduduki peringkat akhir.

Bahu Hunri langsung turun, gadis itu mendadak lesu dengan kenyataan yang ia lihat di hadapannya.

Dengan lemah, Hunri pun mengambil kertas miliknya dan menatap angka yang Tuan Cho torehkan di kertasnya menggunakan tinta merah.

Enam koma lima.

Ia mendapat nilai yang sedikit lebih tinggi dibanding yang lalu. Namun, mengapa ia menjadi yang terakhir kali ini?

Sepertinya teman-teman Hunri sangat berjuang dengan gigih untuk meraih nilai yang lebih baik sehingga gadis itu tertinggal di belakang.

Tuan Cho menghembuskan napas lelahnya. "Kau puas dengan nilaimu yang selalu mencapai angka enam itu?"

Hunri menggeleng pelan dengan kepalanya yang menunduk.

"Belajarlah lebih giat. Nilai enam itu tidak laku di kelas inti. Aku tahu kau memiliki nilai yang cukup tinggi di pelajaran bahasa Inggris, namun bukan berarti kau bisa mengabaikan pelajaranku. Setidaknya buatlah nilaimu mencapai angka delapan," ujar Tuan Cho panjang lebar.

Hunri pun mengangguk patuh, "Baik, Ssaem."

"Siswa baru itu 'kan duduk di sampingmu, belajarlah bersamanya. Nilai Matematikanya sangat bagus," ujar Tuan Cho lagi.

His Arrival ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang