Gencar.

3.5K 170 5
                                    

Devon masih saja diam. "Nih minum." ucap Finola dengan menyodorkan kembali botol itu.

"Gak." tolak Devon

"Nih."

"Gak." balas Devon tegas.

"Ntar lo bisa dehidrasi Devon." ujar Finola lembut.

Bukan nya menjawab ataupun menerima botol tersebut, tetapi Devon malah melongos pergi begitu saja.

"Lahh--ehh Devon!" teriak Finola ketika melihat Devon pergi begitu saja.

"Lah tuh anak syongong banget. Belum istirahat, udah pergi gitu aja. Entar hukumannya jadi double gek mampus ckck." ujar Kennan sembari terkekeh.

"Kalo hukuman dia jadi double ya berarti hukuman buat kita juga double begok!" ujar Gibran sembari menoyor kepala Kennan.

"Eh iya ya?" ucap Kennan dengan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Setelah itu, Kennan malah tersenyum menatap Finola.

"Ngapain lo senyum-senyum gitu? kalo jelek nggak usah belagu!" ketus Finola terhadap Kennan. Sekaligus melampiaskan kemarahannya dengan Devon melalui Kennan.

"Tadi lo bilang apa? Gue jelek? yaampun Finola, gue tuh nggak jelek, tapi gue tuh cuma nggak ganteng doang." balas Kennan dengan mengukir senyuman yang paling manis, membuat wanita manapun meleleh melihatnya, terkecuali Finola dan Shanaz.

"Bukan nggak ganteng, tapi kurang ganteng." koreksi Gibran.

"Pfftt sama aja ogeb!" geram Kennan yang di balas kekehan dari Gibran.

"Berarti emang udah takdir lo kali Ken hahaha." ceplos Shanaz membuat semuanya sontak tertawa, tentunya tidak dengan Kennan.

"Kalo menurut gue sih, cowok itu ga perlu ganteng. Tp cowok itu perlu tanggung jawab." ujar Kennan yang seketika membuat ketiganya yang sedari tadi tertawa, mendadak menjadi diam melongo. "Kenapa pada diem?" tanya Kennan.

"Ini udah kedua kalinya lo bijak Ken, dan itupun pada hari yang sama."

"Dia mah nggak bijak, tapi sok bijak!" ucap Finola penuh penekanan. Lalu ia pergi meninggalkan Kennan dan Gibran untuk menuju kelasnya, di ikuti juga oleh Shanaz dari belakang.

"Tuh anak ngapa sih marah-marah mulu. PMS kali ya?" tanya Kennan.

Gibran menganggukkan kepalanya, "Mungkin."

"Kadang cewek itu aneh."

"Sama kayak lo! ANEH!" tegas Gibran kemudian melongos pergi mengikuti arah Devon berjalan tadi.

"Gue heran deh. Muka ganteng kayak gini kok di bilang aneh sih? Terus kok pada hobi banget ya ninggalin gue? dasar temen biadap lo semua." ucap Kennan berbicara pada diri sendiri, kemudian ia ikut pergi juga meninggalkan lapangan.

••

Saat ini Devon tengah berada di kantin, duduk di kursi paling pojok. Kini ia sedang meminum sebotol air mineral dingin. Tak ada waktu semenit untuk menghabiskan air tersebut, karena sedari tadi ia memang sudah sangat haus.

Sebenarnya tadi ia ingin menerima pemberian air dari Finola, namun ego dan gengsi nya yang terlalu besar. Sehingga, ia menolak pemberian tersebut dan memutuskan untuk pergi ke kantin walaupun belum waktunya ia berada disini.

Jikalau Pak Asep melihat dirinya berada disini, ia yakin 100% bahwa ia akan mendapatkan hukuman melebihi dari hormat di tengah panasnya matahari.

Keringat yang berada di sekujur tubuhnya, perlahan menghilang. Baju yang sedari tadi basah juga perlahan mengering. Ia menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan yang di taruh di meja dan menyumpal kedua telinganya dengan earphone.

TE AMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang