Seragam.

2.5K 161 8
                                    

Devon memberhentikan motor ninja nya di depan toko baju yang cukup terkenal di Jakarta.

Kedua nya pun turun dari motor. Devon berjalan masuk lebih dulu dan dilanjuti dengan Finola yang berjalan mengekor di belakang Devon.

"Suatu saat nanti gue bakal jalan di samping lo, bukan di belakang lo Dev." gumam nya pelan pada diri sendiri sembari menundukkan kepala.

Namun tiba-tiba saja Devon berhenti berjalan, membuat gadis itu menabrak punggung Devon yang lebar.

"Aww." ringis Finola memegangi dahi nya.

Devon pun membalikkan badan nya menghadap Finola, "Tadi lo ngomong sama gue?"

"Hah?"

"Lo ngomong sama siapa?"

"Eh?--enggak."

Kemudian Devon menarik pelan tangan gadis itu supaya sedikit maju untuk berdiri di sebelahnya.

"Jalan di samping gue." ujar Devon lalu melanjutkan jalannya.

Sebelumnya Finola sempat terpaku di tempat ketika mendengar Devon berbicara seperti tadi, hingga akhirnya dia menyusul Devon untuk menjajarkan posisi jalannya.

Devon berjalan menghampiri ke salah satu pegawai di toko ini, "Seragam SMA buat dia." ucap Devon sembari menggerakan bola mata nya ke arah Finola.

Pegawai tersebut mengangguk paham, "Mari saya antarkan."

Finola hanya bisa mengikuti pegawai tersebut dengan tatapan yang bingung.

Ia masih belum paham jelas maksud Devon membawa nya ke toko seperti ini.

Ketika sampai di bagian koleksi seragam SMA yaitu yang berada di lantai atas, pegawai itu memberikan satu set seragam kepada Finola.

"Bisa di coba dulu di ruang ganti ya mba. Saya tinggal dulu sebentar." ujar pegawai wanita itu kemudian pergi meninggalkan kedua nya yang kini sedang berada di lantai dua.

"Ini buat apaan Dev?"

"Coba dulu sana."

Finola pun mengikuti apa yang Devon perintahkan, ia mengganti seragam nya yang saat ini di pakai dengan seragam yang baru.

Kemudian gadis itu telah kembali dari ruang ganti. "Udah."

Devon menatap Finola dari atas hingga bawah dan kembali lagi ke atas. "Cocok."

"Maksudnya?"

"Besok lo pake seragam ini. Gausah yang ketat-ketat kayak jablay."

nyelekit euy.

"Tapi ini kegedean."

"Lo ngerasa seksi dengan pakaian lo yang sebelumnya?" tanya Devon.

"Lo bangga?" lanjutnya.

Sontak Finola pun menggelengkan kepalanya, "Enggak kok. Yaudah besok gue pake ini ya."

"Gue mau ganti dulu bentar."

Finola pun kembali mengganti seragamnya dengan seragam yang awal. Ya itung-itung kenangan terakhir karena besok dia sudah tidak memakai seragam itu lagi.

Ketika sudah selesai semuanya, mereka berjalan menuju kasir yang terletak di lantai atas juga.

Devon memberikan seragam tersebut dan di totalkan semuanya.

"Semuanya 250 ribu Mas."

Devon mengeluarkan dompetnya dan memberikan 3 lembar uang berwarna merah kepada si kasir.

"Ini pacarnya ya Mas? Cocok banget deh, laki nya ganteng bini nya cantik." ujar si kasir yang di balas senyuman ramah oleh Finola.

"Itu pasti pacarnya gamau liat aset miliknya di liat orang, makanya dia beliin seragam baru buat si ceweknya." bisik si teman nya kasir kepada si kasir, tetapi Devon bisa mendengar jelas ucapan tersebut.

Devon hanya diam saja, tidak berniat mengurusi kedua wanita di hadapannya. Ia pun memberikan uang tersebut dan mengambil kantong plastik yang berisikan seragam, baru setelah itu menarik pelan pergelangan tangan Finola.

"Mas ini kembalian nya." teriak si kasir.

"Ambil." balas Devon tanpa menoleh ke belakang.

Sampai akhirnya Devon pun mengantarkan Finola pulang dengan selamat.

"Makasih Dev."

"Buang seragam lo yang mini ini." ucapnya penuh penekanan.

"Sayang kalo di buang Dev.. bisa buat kenang-kenangan." jawab Finola sembari nyengir.

"Apa mau gue bakar aja baju nya?" tanya Devon sedikit ketus.

"Biar sekalian sama orangnya." lanjutnya lagi.

"Ebuset jahat bener romannya!"

Devon menaikkan kedua ujung bibirnya, mengukir senyuman indah disana. "Gue bercanda."

Tentu saja pipi Finola sudah terasa panas dan berwarna merah seperti kepiting rebus ketika melihat senyuman itu.

Blushing.

"I-iya."

"Berangkat sama siapa?"

Finola mengernyitkan alisnya, "Siapa?Gue? Besok gue berangkat sama siapa?" ujar Finola berusaha memperjelaskan pertanyaan Devon.

Devon menganggukan kepalanya.

"Biasanya sama Mami. Kenapa?"

"Besok gue jemput."

Sontak Finola melongo kaget, entahlah bagaimana ekspresi nya saat ini. Mau komuk atau apapun itu juga ia tidak peduli. Yang terpenting sekarang adalah, apakah dia tidak salah dengar?

"Gue cabut."

••

Gercep banget tuh ye hmm(͡° ͜ʖ ͡°)

TE AMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang