Gabung?

3.9K 175 104
                                    

Edisi kangen Devon huu╥﹏╥
Langsung aja play mulmed , doi baru cover lagu lho hihi :^

°°

"Finola." panggil Devon, membuat Finola memberhentikan langkahnya.

Devon berjalan menghampiri Finola, kemudian berbisik tepat di telinga gadis itu. Sangat dekat, hingga hembusan nafas Devon pun terasa di telinga Finola.

"Tetep jalan di samping gue."

"M-maksud lo?"

"Jangan dengerin mereka."

Finola menautkan kedua alisnya bingung, ia tak paham apa yang di maksud oleh pria kutub itu.

Seperti paham apa yang ada di pikiran Finola saat ini, Devon kembali membuka suaranya. "Tuliin kuping lo karna cuma gue yang boleh lo dengerin, bukan mereka."

Lalu Devon memilih untuk melangkahkan kaki nya sembari menggandeng tangan Finola erat. Mengunci jari gadis tersebut di jari miliknya.

"Tap-pi Dev kok lo.."

"Nurut aja." perintah Devon.

Finola pun akhirnya menuruti, ia diam sembari berjalan bersamaan dengan tangan yang saling terikat satu sama lain.

Tentu saja kedua nya menjadi pusat perhatian di sepanjang koridor. Namun, Devon semakin memperatkan gandengan nya ketika dirinya tersadar bahwa seluruh mata menyorot ke mereka berdua.

Sampai akhirnya mereka tiba di depan kelas Finola, "Makasih Dev."

Devon menganggukkan kepala nya beberapa kali, lalu bergegas menuju kelasnya.

••

"ANJIR FINOLA!! GIMANA CERITANYA LO BISA BERANGKAT BARENG SAMA DEVON?!"

Baru saja Finola menaruh bokong nya di kursi, tetapi congor Vio sudah menusuk gendang telinga Finola lebih dulu.

"ALIG ANJIRR!!"

"KERADDD."

"Jangan bilang lo ngemis-ngemis sama Devon supaya bisa berangkat bareng." ceplos Shanaz.

"Sembarangan lo kalo ngomong. Dia yang ngajak gue."

"HAH BENERAN?!"

"BOONG KALI LO! JANGAN NGEHALU TERUS!"

"Berisik goblok! gausah teriak. Pengeng kuping gue denger suara bacotan lo yg melebihi 7 oktav!"

Vio nyengir, "Hehehe iya deh maap atuh Fin."

"Yaudah buru ceritain dari awal sampe akhir." ucap Shanaz.

Finola pun menceritakan semua nya kepada dua sahabat itu. Mulai dari membeli seragam hingga diantarkannya hingga ke depan pintu kelas.

"Pantes aja anjir ada yg beda dari lo, ternyata seragam."

"Yah ga asik ah, lo ga bisa jadi cabe lagi." timpal Shanaz.

"Ngomong apa lo barusan? Mau gue cabein tuh mulut hah?"

Sedangkan Shanaz hanya terkekeh menanggapinya.

Tak lama dari itu, Guru sejarah telah memasuki kelas karena bel yang sedari tadi sudah berbunyi.

"Duduk semuanya. Mari kita mulai pelajaran."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TE AMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang