tournament

3.7K 192 16
                                    

Kemudian ia mengambil bingkai tersebut, sembari memperhatikan dan berusaha meyakinkan bahwa ia memang tidak salah liat dengan wajah perempuan itu.

"Finola?" gumamnya pelan.

Tanpa di sadari Devon, ternyata Kevin sudah kembali dari dapur dan berdiri tepat di depan pintu kamar.

"Mantan gue." ucap Kevin membuat Devon sontak menengok ke arahnya.

"Mantan?" tanya Devon untuk meyakinkan apa yang di dengarnya barusan.

Kevin mengangguk pelan, lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Iya. Dulu kita sempat pacaran. Dia yang berhasil bantu gue buat move on dari Felicia, dan berhasil buat gue jatuh cinta sama dia. Ya walaupun Finola sendiri nggak tahu siapa cewek itu yang buat gue gak bisa move on."

"Kok lo bisa kenal dia?" tanya Devon lagi. Entahlah apa yang ada di pikiran Devon saat ini sehingga ia menanyakan itu kepada Kevin. Tetapi yang jelas, Devon sangat penasaran dengan masa lalu Finola.

"Emang nya lo gak tau kalo dia pindahan dari London? Dulu dia tinggal di samping rumah gue. Sekarang rumah itu kosong karena penghuni nya udah pada pindah ke Indo. Tapi setahu gue, rumah itu masih milik Mama nya Finola." jelas Kevin.

Devon menganggukkan kepala, lalu duduk di kursi berwarna putih yang berada di samping kasur. "Putus kenapa?" tanya Devon ketiga kalinya. Sungguh, ia masih penasaran dengan Finola walaupun di dalam hatinya ia menggerutuki dirinya sendiri karena telah menanyakan ini semua yang sebenarnya sangat tidak penting baginya.

"Emang dari awal niat dia itu cuma bercanda-canda sama gue. Padahal rasa sayang gue beneran tulus sama dia."

"Memang aneh kadang, jika kita mencintai seseorang dengan tulus, pasti orang itu tidak akan setulus apa yang kita lakuin. Mungkin itu ciri-ciri orang yang kebanyakan micin kali ya?" lanjut Kevin.

Devon terkekeh, "Receh goblok ckck."

Kevin pun tertawa, namun seketika ia berhenti dari tawa nya dan bangun dari posisi tidurnya sembari memandang Devon dengan tatapan yang serius. "Lo suka sama Finola?"

"Gak." jawab Devon cepat.

Kevin menaikkan sebelah alisnya, "Masa?"

Devon menepuk pundak Kevin beberapa kali, "Santai aja, dia bukan tipe gue."

"Terus tipe lo kayak gimana?"

"Pinter."

Kevin memandang Devon dengan tatapan jengkel, "Jangan mentang-mentang lo pinter, terus cewek lo harus pinter juga."

"Ya iya lah harus pinter, kan dia bakal jadi ibu buat anak-anak gue." ujar Devon di akhiri dengan suara tertawa.

Kini Devon sudah beberapa kali terlihat kembali ceria seperti beberapa tahun yang lalu ketika bersama sahabatnya. Mungkin ini ada kaitannya juga dengan dampak hubungan dirinya dengan Felicia dan Kevin yang telah membaik. Walaupun belum sepenuhnya ia kembali menjadi Devon yang asli.

Kevin pun ikut tertawa, "Anjritt. Pikiran lo udah jauh banget taii hahaha."

Itulah Devon, yang diketahui oleh banyak orang kalau dirinya mempunyai sikap dingin dan tidak banyak bicara. Walaupun tanpa mereka ketahui bahwa itu bukan jati diri Devon yang sesungguhnya.

Karena jati diri Devon yang sesungguhnya yaitu dengan tingkah yang selalu konyol layaknya Kennan--namun tidak separah Kennan--, memiliki kepribadian yang kepo--seperti layaknya sekarang, terlihat bahwa ia sudah tiga kali menanyakan pertanyaan yang jelas-jelas itu merupakan dari masalah ataupun urusan orang lain-- dan memiliki kepribadian yang sangat amat banyak omong meskipun ia juga mempunyai kepribadian yang menyukai tempat sunyi untuk bersendiri ketika mood nya sedang berantakan.

TE AMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang