Part 12

36 7 0
                                    

"Huft... InsyaAllah Ardian akan berjuang untuk kesembuhan Ara. Ardian yakin, suatu hari nanti Ara bisa berubah dan menjadi sosok pemberani, tangguh, dan kuat, dan Ardian yakin, suatu saat nanti Ardian pasti bisa menjadi sosok yang selalu berada disamping Ara, menjaganya hingga tak ada goresan sedikitpun dikulitnya." Ardian mengeluarkan semua unek-unek dari dalam hati dan fikirannya, ia yakin bahwa ia pasti bisa menjadi sosok teman, ya.. Teman hidup Ara.

"InsyaAllah Ardian, Ayah akan selalu berdoa untuk kalian semua, semoga Allah meridhoi kita semua" ucap Ayah dengan penub harapan kepada-Nya.

"Amin Ya Allah..."

Ayah Ara dan Ardian kembali menuju ruangan Inap, mereka tidak ingin berlama-lama berada di luar karena takut ketinggalan info yang mungkin sangat penting.

-Ruang Periksa+Inap-

"Ibu... (tarik nafas)Ayah.. Ardian.." . Seketika semua gelap. Ara tertidur karena suntikan obat tidur yang diberikan Dokter Linda kepadanya.

"Ini tidak bisa dibiarkan, jika hal ini terus dibiarkan, maka akan berdampak buruk pada kondisinya." Dokter keluar dari ruang inap disusul oleh beberapa suster di belakangnya.

"Orang Tua pasien?"

"Iya, saya Ibunya Dok?" dengan perasaan gundah Ibu datang mendekati Dokter, disusul dengan langkah kaki Ayah dan Ardian yang baru saja datang dari Taman Rumah Sakit.

"Ini tidak bisa dibiarkan. Kondisi pasien semakin buruk, ini akan berdampak lebih lanjut pada masa sekarang dan masa depannya." jelas Dokter tanpa ada yang disembunyikan sedikitpun.

"Lalu apa yang harus kita lakukan Dok?" tanya Ayah dengan rasa khawatirnya.

"Sebaiknya mulai besok, pasien sudah mulai berkonsultasi dengan Dokter Alya, saya akan berbicara dengan beliau setelah ini."

"Baiklah Dok, terimakasih banyak Dok."

"Iya sama-sama, permisi."

Esok hari, 08.15 a.m

"Baiklah anak-anak..." , di pagi hari yang cerah ini, Ardian tidak memiliki semangat belajar dikarenakan fikirannya yang terus mengkhawatirkan kondisi Ara. Baginya, pagi hari ini sangatlah mendung hingga ia membutuhkan sebuah cahaya untuk mengusir awan mendung tersebut, yaitu Matahari. Sudah sejak lama Ardian menganggap Ara sebagai matahari dalam hidupnya. Namun Matahari itu serasa menghilang, entah kemana harus ia cari mataharinya agar muncul kembali.

"Ardian, apa kamu baik-baik saja?" tanya Bu Guru yang sedari tadi memperhatikan apa saja yang dilakukan oleh murid-muridnya salah satunya Ardian.

"Hah.. Hmm iya Bu saya baik-baik saja" jawab Ardian dengan rasa gugup.

"Baiklah anak-anak, kerjakan Evaluasi 3-5 Bab 6, Ibu mau hari ini kalian sudah menyelesaikan tugas dari Ibu" perintah Ibu Guru yang sedang mengisi kelas 9 A mendapat sorakan tidak terima dari semua siswa/i terkecuali Ardian.

"Yah... Ibu mah..." sergah semua murid di kelas. Ia masih bertahan di posisinya saat ini untuk terus melamun memikirkan Ara.

Ibu Guru mendekati Ardian dan..

"Ardian, bisa kamu ikut Ibu?" seketika Ardian terlonjak kaget karena tiba-tiba Ibu Guru sudah berada dihadapannya

"Bi,,bibb,,bisa Bu."

-Ruang BK-

"Ardian, bisa kamu jujur kepada Ibu apa yang terjadi dengan Ara? Apa yang membuat dirinya menjadi seperti ini?" fikirannya bertambah kalut saat Gurunya menanyakan perihal yang sejak tadi ia fikirkan. Ardian tidak yakin bahwa setelah ia memberi tahu keadaan Ara kepada Gurunya akan berdampak baim atau buruk.

"Hmm,,, saya tidak bisa memberitahukan kepada Ibu, sejujurnya saya juga belum begitu yakin dengan pelaku dari semua ini..." kali ini ia boleh disebut sebagai lelaki yang lemah dan cemen, ia tak kuasa membendung air matanya ketika mengingat kejadian yang membuat mataharinya menghilang.

"Baiklah Ibu mengerti, hanya saja pelaku dari semua ini adalah Rosa, anak dari pemilik Sekolah ini, ia terpaksa kami keluarkan karena takut akan terjadi dengan murid-murid lainnya." dengan satu tarikan nafas, Gurunya telah membeberkan sebuah masalah yang menyebabkan kondisi Ara memprihatinkan. Ardian pun terlonjak kaget dengan kebenaran yang dibeberkan Gurunya saat ini. Bahwasannya, ia banyak tahu dengan keluarga Rosa dikarenakan Ayahnya Rosa merupakan teman dekat dari Abinya.

"Ataghfirullah hal'adzim, jadi benar dugaan saya. Alhamdulillah jika kejadian ini dianggap serius, saya sebagai sahabatnya merasa bersyukur atas dikeluarkannya Rosa dari sekolah ini, semoga saja Allah memberinya perubahan untuk kedepannya." harapan yang diucapkan Ardian sungguh berasal dari hati kecilnya. Marah, sudah pasti marah, namun dengan marah terus-menerus tidak akan mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Lain hal dengan Ardian yang saat ini berada di Sekolah, Ayah, Ibu, Kak Nadzwa, dan Riska tentunya merasa khawatir karena selama proses pengobatan(relaksasi) Ara terus memanggil nama Riska, Rosa, Dan Ardian, hingga mengharuskan Riska untuk menelfon dan meminta Ardian untuk datang ke Rumah Sakit Psikologi.

-Rumah Sakit-

"Ardian...jangan pergi... Tidak Rosa... jangan lakukan semua ini.. Jangan..!!!" , keringat bercucuran di wajah dan tubuh Ara. Ia seperti kepanasan yang tidak henti-hentinya. Disaat suasana yang menegangkan, Ardian datang dengan air mata yang sudah tak kuasa ia bendung lagi.

"Assalammualaikum... Dok, apa yang terjadi dengan Ara?" khawatir, begitulah raut wajah yang sudah tentu bisa terbaca dari raut wajah Ardian saat ini.

"Baiklah, saya minta tolong kamu berbicara kepada Ara bahwa kamu akan selalu berada disampingnya baik dalma keadaan susah, senang, maupun duka. Lakukanlah.."

Pada awalnya, Ardian merasa tidak sanggup dengan semua ini, ia tidak tega dengan keaadaan Ara, namun Doter dan yang lainnya mendukung Ardian bahwa ia pasti bisa.

"Jika kamu sayang kepadanya, lakukanlah" Riska tak kuasa menahan air matanya untuk jatuh di kedua pipinya.

...........

-----------------------------------------------------------
Assalammualaikum.wr.wb. Akhi dan Ukhty...

Tiara sebelumnya mau minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan cerita di atas, seperti relaksasi, Tiara belum tahu untuk masalah pengobatan tentang psikologi. Tiara juga minta ke kalian dengan penuh rasa hormat tolong Vote, comment, and follow Akun Wattpad Tiara, Tiara ingin ada masukan dari kalian semua. Sehingga Tiara bisa lebih baik lagi untuk menulis dari sebelumnya.

Wassalammualaikum.wr.wb.

Assalammualaikum HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang