Part 16

21 2 0
                                    

Sabtu, 02 Juni

Hari yang terulang kembali sekali dalam setahun. Hari dimana dilahirkannya seorang wanita di dunia. Mutiara Dayra Ningrum, seorang anak abg yang sudah mulai tahu dan bisa membedakan hal yang baik dan buruk.

Ara yang dulu bukan lah yang sekarang. Baginya, sosok Ara yang penakut dan lemah iman, sudah ia tenggelam kan ke dalam laut samudra. Ia sudah berubah, menjadi abg muslimah yang pemberani dalam hal kebaikan. Mencari sebuah kebaikan yang terselip di setiap sudut dunia ini.

09.15 a.m.

Duduk termenung di sebuah kursi di taman sekolah, lebih menarik dibandingkan duduk bergabung bersama teman-temannya, menggosipkan sebuah cerita yang menurutnya tidak masuk akal. Melihat deretan tanaman hias dan bunga-bunga bermekaran serasa lebih nyaman bagi nya. Mengamati kupu-kupu yang terbang ke sana ke mari, semakin membuatnya betah berlama-lama berada di taman ini.

Anehnya, Ara sama sekali tidak mengingat hari kelahirannya. Satu hal yang membuatnya terlupa dengan hari kelahirannya, Sebuah setelan baju gamis yang dilihatnya di sebuah toko baju di Mal.

"Ya Allah, ada apa ini? Mengapa aku menginginkan baju gamis itu? Mengapa aku tidak suka jika Ardian membeli baju gamis itu dan memberikannya ke pada saudaranya? Astaghfirullah...semoga di toko baju itu masih ada model baju yang sama" .

Tanpa di sadari, Ardian berjalan mengendap-endap yang hendak mengejutkan Ara dan,

"Assalammualaikum!!!"

"Astaghfirullah hala'dzim... Ardian! Waalaikumsalam... Kamu ini, terkejut aku!" dapat diperkirakan secepat apa detak jantungnya saat ini.

"Hahaha, mikirin apa sih? Awas kesambet loh.." gurau Ardian sambil setengah tertawa.

"Ngngng...gak kok. (haduh, kok jadi deg-degan gini ya)" ucap Ara yang tiba-tiba merasa gugup.

"Hayo.. Kok gugup gitu, pasti mikirin aku ya..?"

"huuu... Pede banget, gak kok. Ngomong-ngomong ada apa?" ucap Ara dengan mengalihkan pembicaraan nya. Ia tidak ingin Ardian mengetahui apa yang difikirkan Ara saat ini. Cukup dirinya dan Allah saja yang tahu.

"Oiya, Ara nanti sore sekitar jam 03.00 p.m datang ya ke rumahku, soalnya nanti mau ada acara khusus. Di sana juga ada Ayah dan Ibumu kok." pinta Ardian dengan puppy eyes ala Ardian.

"Hmm, InsyaAllah aku akan datang(uh, gemes banget sih. Eh, Astaghfirullahhal'adzim...)". Ingin rasanya tangan ini mencubit kedua pipi Ardian, namun diurungkan niatnya karena mereka belum halal, maksud nya bukan muhrim.

03.00 p.m.

"Tok..tok.. tok.. Assalammualaikum?" dag dig dug. Begitulah yang Ara rasakan saat ini. Ia gugup untuk sekedar bertemu dengan Umi Handayani, karena kali ini ia hanya sendiri sedangkan kedua orangtuanya sudah berada di rumah Ardian sejak pukul 02.30. Ya, tidak ada yang menemaninya saat ini.

Tak lama setelah itu, datang lah seorang wanita yang sudah cukup tua, Umi Handayani.

"Waalaikumsalam, eh nak Ara, ayo masuk-masuk, acaranya akan segera di mulai. Ibu dan Ayahmu sudah ada di belakang, ayo nanti acaranya telat loh." seruntutan kalimat terucap dari bibir seorang wanita yang sangat baik, ramah, dan murah hati. Ya, wanita yang sering disapa Handayani ini adalah Ibu dari seorang anak lelaki yang ya, lumayan tampanlah, Ardian.

"Hmm, maaf Umi. Sebenarnya ini ada acara apa ya Umi?" tanya Ara dengan pertanyaan yang belum terpecahkan.

"(Sambil tersenyum) Sudah ayo, nanti kamu juga akan tahu."

10 langkah menuju taman belakang rumah Ardian dan tiba-tiba...

"Barakallah fiiumrik Ara..!!" ucap serentak dari kedua keluarga kecil yang bergabung menjadi satu. Ara sempat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ia menepuk-nepukkan kedua tangannya ke pipi sambil berkata "Ya Allah,,, ini gak mimpikan? Jika ini mimpi, segera bangunkan aku..." ia masih terkejut dengan semua ini. Benarkah ini hari lahirnya? Kenapa aku bisa lupa. Begitu fikir Ara.

"Tidak Mba, ini nyata. Ayo sini." ucap Ibu Ara.

Satu langkah...
Dua langkah...
Tiga langkah...

Tidak terlintas difikirannya bahwa hari ini adalah hari kelahirannya. 16 tahun yang ia lalui di dunia ini, membuatnya teringat bahwa semakin lama umurnya semakin berkurang. Tak terasa, sekarang Ara sudah beranjak dewasa.

"Barakallah fiiumrik  ya Mba Ara, Ibu doakan yang terbaik untuk Mba Ara. Ibu tidak akan lupa 16 tahun yang Mba Ara lalui. Jangan pernah lupakan Ibu ya nak." Setetes air mata lolos begitu saja dari seorang wanita yang telah melahirkan seorang wanita cantik, Ara. Tak kuasa melihat air mata sang Ibu, Ara pun memeluk dengan erat tubuh sang Ibu di hadapannya saat ini.

"hiks,, hiks,, Makasih Bu udah menjaga dan mendidik Ara sampai dewasa, Ara gak akan lupa semua yang udah Ibu ajar kan, Maafin Ara yang dulu pernah melakukan kesalahan sama Ibu... Dan" Ara melepas pelukan Ibunya dan berlari memeluk seorang lelaki tua yang sudah merawatnya sampai saat ini.

"Ayah, Ara sangat berterimakasih udah mau ngajarin Ara ke jalan yang baik, mengingat kan Ara kepada Agama dan Allah, Ara bersyukur udah punya seorang Ayah yang sangat hebat. Maafin Ara yang kemarin-kemarin ya Yah... Hiks..hiks.."

-----------------------------------------------------------

Assalammualaikum.wr.wb.

Sebelumnya Tiara berterimakasih sama  para akhi dan ukhty yang sudah mau membaca cerita Tiara sampai saat ini. Tiara minta maaf kalau jarang update, soalnya Tiara lagi fokus ke pelajaran. Besok (09-04-2018) Tiara mau USBN kelas 9 SMP, Tiara mohon doanya semoga diberi kelancaran dan kesuksesan.

Wassalammualaikum.wr.wb.

Assalammualaikum HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang