Part 18

58 2 0
                                    


"Hah? Oh iya ini Dek, Kakak cuma bisa kasih ini, semoga suka ya Dek. Jangan lupa disimpan." ucap Kak Titan dengan rasa tulus. Ia memberikan sebuah kotak kecil yang berisi sebuah benda berarti bagi nya. Walaupun adiknya sering usil atau melakukan kesalahan kepadanya, Kak Nadzwa tetap sayang kepada adik satu-satunya. Ia menginginkan yang terbaik untuk Ara dan berharap kebaikan untuk Ara di masa yang akan datang.

"Alhamdulillah, suka kok Kak. Apapun pemberiannya pasti aku terima. InsyaAllah akan aku simpan selalu Kak. Apa ya isinya???" dengan perlahan, Ara membuka kotak kecil tersebut, dan betapa terkejutnya ia ketika menemukan sebuah kalung emas bertuliskan Ara.

"MasyaAllah... Kak? Kakak yakin? Ya Allah, pasti ini harganya mahal. Kak..." belum sempat meneruskan ucapannya, Kak Titan sudah membungkam mulut adiknya dengan jari telunjuknya,

"Shutttt,,, Dek, ini rezeki dari Allah, gak boleh di tolak, Kakak sengaja kasih ini supaya kamu selalu ingat sama Kakak. Kalung ini Kakak beli hasil dari tabungan Kakak. Kakak ikhlas kok kasih semua ini."

Sambil mengambil sebuah kalung yang dipegang Ara, Kak Nadzwa memasangkan kalung tersebut di leher putih adiknya.

"Ya Allah Kak, makasih banyak. Kakak kasih doa aja udah lebih dari cukup." lengkap sudah kebahagiaan yang diberikan Allah SWT pada.  nya saat ini. Rasa syukur selalu ia ucapkan kepada Allah untuk mengingat bahwa hanya Dia lah Maha pemurah lagi penyayang.

"Dek, ini rezeki, selagi Kakak mampu, kenapa tidak?" jawab Kak Nadzwa dengan mantap.

"Alhamdulillah, Ibu senang melihat anak-anak Ibu rukun dan saling menyayangi satu sama lain. Semoga anak-anak Ibu kedepannya sukses dunia akhirat" dengan serempak mereka berdua menjawab,

"Aamiin" .

Minggu, 02.30 a.m.

Ara terbangun dari mimpi indahnya. Menuju kamar mandi, mengambil air wudhu, dan menyelenggarakan shalat malamnya. Shalat tersebut sudah menjadi kegiatan rutin baginya semenjak duduk dibangku SMA. Ara sudah bertekat untuk memperbaiki segala kesalahan di masa lalunya.

"Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh..." begitu ucap salamnya. Di sepertiga malam ini ia berdoa kepada Allah SWT. untuk keselamatan keluarga maupun dirinya baik dunia maupun akhirat.

"Ya Allah, ampunilah segala dosa hamba, dosa kedua orang tua hamba, dan dosa saudara-saudara hamba. Ya Allah, hamba sangat berterimakasih kepadamu atas nikmat yang kau berikan hari ini. Hamba berharap, semoga nikmat ini akan terus hamba rasakan sampai akhir hayat, Aamiin."

Selesai melipat mukenah dan sajadah yang Ara pakai selepas shalat, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamarnya yang membuat Ara terheran. Pasalnya, ia tidak pernah menerima ketukan pintu di tengah pagi buta seperti ini baik dari Ayah, Ibu, atau pun Kakaknya. Lalu siapa yang menetuk pintu kamarnya? Dengan perlahan, Ara melangkahkan kakinya sambil mengucap Istighfar dalam hatinya mengharapkan sebuah perlindungan.

Ckrek,,, dan ternyata.

"Ibu, apa yang membuat Ibu terbangun? Ayo masuk dulu." dua kata sekaligus yang Ara rasakan saat ini, lega dan heran, mengapa Ibunya datang di tengah malam begini? Tidak seperti biasanya.

"Hmm Mba,  Ibu tadi habis dari dapur mengambil air minum. Lalu Ibu lewat kamarmu, tidak biasanya pintu kamarmu tidak dikunci? Ibu kira ada apa, makanya Ibu kesini." , Pintu kamarnya tidak dikunci? Hah, ini pasti karena aku begitu bahagia hari ini, sampai ia lupa untuk mengunci pintu kamarnya dan langsung tertidur, begitu fikir Ara.

"Oh, iya Bu. Tadi aku lupa mau ngunci pintu kamar terus langsung tidur. Hehehe" jelas Ara dengan raut tak bersalah.

"(Sambil menggelengkan kepala) hmh, hmh, hmh, Mba besok lagi pintu harus dikunci, nanti kalau ada apa-apa gimana?" Ibu saat ini memaklumi keadaan anaknya. Rasa bahagia yang anaknya rasakan merupakan hal yang biasa dan luar biasa di hidupnya.

"Iya Bu. Oh iya Bu, hmm kalau kita menyukai seseorang yang belum halal untuk kita bagaimana?" ucap Ara dengan ragu.

"Wah wah, anak Ibu udah mulai suka ya sama orang? Menyukai seseorang yang berlawanan jenis dengan kita itu adalah hal yang wajar, boleh tetapi harus sesuai syariat agama Mba, alangkah baiknya jika Mba Ara menyimpan rasa itu semua hanya disini(menunjukkan tangan Ara)."

"Maksudnya?" tanya Ara dengan bingung.

"Gini Mba, menyukai atau mencintai seseorang itu boleh, jika dia belum halal untuk Mba Ara, cukup menggenggamnya saja, jangan sampai masuk ke hati, karena jika dia bukan jodohnya Mba Ara dan pergi, rasa sakit itu tidak akan dirasa sampai ke hati, cukup di tangan saja" jelas lebar, panjang, dan padat oleh sang Ibu.

"Oh,,, gitu. Makasih ya Bu, ya udah aku mau lanjut tidur lagi, Ibu gak ngantuk?"

"Iya, ini Ibu juga mau balik ke kamar, ngantuk. Inget pesan Ibu ya Mba?"

"Iya Bu" .

Ckrek,,, pintu kamar Ara tertutup. Sebelum merebahkan diri di kasur, Ara sempatkan untuk melihat jam di Hpnya. Terlihat sebuah notif pesan WA dari Ardian.

"Ardian? Kenapa dia chat malam-malam gini?"

. Pesan tersebut berisikan tentang ajakan Ardian dan kelurganya kepada Ara beserta keluarganya: "Assalammualaikum wr.wb. Selamat pagi Pejuang Subuh. Aku yakin saat ini pasti kamu habis shalat tahajjud kan? Hmm maaf mengganggu, aku cuma mau menyampaikan pesan Umi dan Abi kepadamu dan keluargamu untuk mengajak pergi ke Acara Pengajian Walimatul Khitan saudaraku yang berada di Teluk. Semoga kamu dan keluargamu bisa ikut ya, kira-kira jam 10.00 pagi kita berangkat. Assalammualaikum.wr.wb."  Bagai terbang tinggi ke langit, Ara sangat senang saat ini. Ardian seperti menjawab segala apa yang ia fikirkan dan lakukan saat ini. Tak berapa lama ia pun membalas pesannya.

"Waalaikumsalam.wr.wb. Oh iya Ardian, InsyaAllah nanti pagi aku kasih tahu ke Ayah, Ibu, dan Kakak, semoga saja kita bisa ikut ke acara Walimatul Khitan saudaramu. Terimakasih info dan ajakanmu, Waalaikumsalam.wr.wb"

Ara bersyukur, Allah masih menyayanginya sampai detik ini. Ia merasa senang dengan ajakan keluarga Ardian, karena begitu ia akan bisa kenal lebih dekat dengan keluarga Ardian, seketika ia ingat bahwa apa yang difikirkannya itu salah.

"Astaghfirullahhala'dzim... Ara ingat niatmu yang baik!!! Jangan karena rasa itu kamu lupa dengan Allah..." ucap Ara dengan dirinya sendiri. Lalu ia pun tidur di pulau empuknya dengan senyum merekah di wajahnya.

-----------------------------------------------------------

Assalammualaikum.wr.wb.

Alhamdulillah UNnya sudah Tiara lewati dengan baik. Tiara sangat berterimakasih kepada antum semua atas doa nya. Tiara juga berharap kepada antum semua, baik akhi  wa ukhty, tolong pengertiannya, tinggalkan jejak vote, commen, dan follow Wattapad ana. InsyaAllah berkah, Aamiin.

Wassalammualaikum.wr.wb.

Assalammualaikum HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang