Part 17

18 2 0
                                    


Ucap Ara dengan sesenggukan, "Iya Mba Ara... Anak Ayah sekarang sudah besar, sudah tahu mana yang benar atau salah, Ayah hanya bisa berusaha dan berdoa yang terbaik untuk Mba Ara." ucap Ayah dengan haru.

Kedua keluarga sederhana itu pun tidak bisa mengungkiri atas kebahagiaan yang diberikan Allah SWT. Walaupun Ara bukan lah saudara dari pihak keluarga Ardian, namun mereka sudah menganggap Ara sebagai salah satu anggota keluarga mereka(baik saat ini ataupun dikemudian hari).

Dan tidak disangka-sangka. "Hmm, maaf mengganggu, Ara Barakallah fiiumrik ya, semoga panjang umur dan diberikan segala yang terbaik dari Allah SWT. Ini, semoga kamu suka ya..." ucap Ardian dengan rasa yang begitu bergejolak namun semua itu ia tahan demi harga diri nya di depan kedua keluarga tersebut.

"Ah, Terimakasih Ardian. Doa yang kamu berikan saja sudah cukup, tentu aku pasti akan senang atas apa yang kamu berikan, My Best Friend" Ara sedikit terkejut dengan sebuah kado yang diberikan Ardian. Sungguh ia merasa sangat bahagia saat ini. Jika boleh, ingin rasanya ia berteriak kepada dunia atas apa yang ia rasakan.

"Alhamdulillah Ya Allah... semoga kebahagiaan ini akan berlangsung lama bahkan jika diizinkan pun sampai akhir hayat" ucap syukur Ara dalam hati.

20.20 p.m.

Ara sungguh tidak menyangka atas apa yang terjadi hari ini. Berawal dari renungan, langkah kaki, taman belakang rumah, sampai Barakallah fiiumrik yang diucapkan dari kedua belah pihak keluarga kecilnya, Ara dan Ardian.

Saat ini ia sedang duduk sambil memegang sebuah kado yang diberikan Ardian di atas sebuah pulau yang sangat nyaman dan empuk. Pulau yang selalu mengantarkannya kedalam mimpi indahnya. Kasur, ya lebih tepatnya seperti itu.

"Ya Allah, apa ya ini isinya? Kok aku deg-degan ya, Bismillahhirrohmannirrohim..."

wrek,,,wrek,,,wrek,,, begitulah suara yang ditimbulkan dari sobekan kertas kado tersebut. Ara sudah sangat penasaran dengan isinya, maka dari itu jangan salahkan jika saat ini kamarnya berceceran dengan sebuah kertas kado.

"Ya Allah..?! Apa ini bener? Apa ini nyata? Ya Allah jika hamba bermimpi bangunkan hamba secepatnya..." ucap Ara histeris karena tak disangka bahwa sesuatu yang berada di dalam kotak kado tersebut adalah sebuah setelan baju gamis, baju yang Ardian beli di Mall kurang lebih 1 minggu yang lalu.

"Ya Allah, Alhamdulillah, Makasih Ya Allah." Ara bersyukur karena baju gamis yang ia inginkan saat ini sudah ada dalam genggamannya. Tiba-tiba,

"Tok..tok..tok..Assalammualaikum Mba? Ibu boleh masuk?"
Itu pasti suara Ibu, begitu tebaknya.

"Waalaikumsalam, boleh Bu, pintunya tidak dikunci." jawab Ara dengan senyuman yang mengembang. Cekrek.. Begitulah suara decitan pintu kamar tidur Ara.

"Wah, ternyata anak gadis Ibu ini sedang bahagia ya? Apa sih yang di pegang?" goda sang Ibu dan seketika pipi chubbi Ara berubah menjadi merah semu. Sambil tersenyum Ara menjawab,

"Ah Ibu. Ini hadiah pemberian Ardian tadi sore. Ia memberikan sebuah setelan baju gamis yang Ara suka. Senangnya..." jujur saat ini Ara tak bisa membendung kebahagiaannya, maka dari itu kebahagiaannya ia berikan kepada Ibu tercinta nya.

"Ck, ck, ck... Iya iya Mba, Ibu paham kok. Ibu senang kalau Mba Ara juga senang. Tak ada yang lebih bahagia dari senyuman manis anak gadisnya." ucap Ibu dengan setulus hati.

"Tok,, tok,, Assalammualaimum? Kakak boleh masuk gak?" suara ketukan pintu membuat mereka berdua menghentikan sejenak pembicaraan rahasia mereka.

"Waalaikumsalam, masuk aja Kak..." .

Ckrek... Seorang wanita cantik masuk ke dalam kamar adiknya. Kak Nadzwa, ia masuk dengan perlahan sambil membawa sebuah kado kecil yang terselip di belakang jilbab besarnya.

"Dek, barakallah fi umrik ya dek, maaf Kakak sore tadi gak bisa ikut acara spesialmu, Kakak masih ada jam pelajaran sekolah. Kakak mau izin gak bisa." ucap Kak Titan dengan lirih. Ia merasa bersalah karena tidak bisa memberikan yang terbaik di hari kelahiran adiknya.

"Shuttt... Gak apa-apa kok Kak, buktinya Ara gak kenapa-napa kan? Kakak ngucapin ucapan ulang tahun aja Ara sudah senang. Hmm...apa itu yang disembunyiin di belakang jilbab Kakak?" Ara sengaja mengalihkan pembicaraan mereka agar Kakaknya tidak terus-menerus merasa bersalah.

-----------------------------------------------------------

Assalammualaikum HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang