Part 14

29 3 0
                                    


"Baiklah Dokter. Ara, kamu harus banyak-banyak istirahat sekarang. Kamu tahu, aku sangat mencemaskan dirimu ketika aku tahu kondisimu yang sangat.. Akhh.. Sudahlah lupakan. Aku pamit dulu, Assalammualaikum..." sejujurnya Ardian sangat ingin dirinya berada di sini, ruang inap ini. Namun keadaanlah yang membuatnya harus meninggalkan Ara sejenak untuk beristirahat. Namun tak lama dari setelah itu, Ara memanggil nama Ardian dan reflek menarik tangan Ardian.

"Ardian, berjanjilah untuk tidak meninggalkan aku lagi, aku kesepian.." sungguh Ara sangat ingin Ardian berada di sini. Menemaninya istirahat sambil mendengar sebuah cerita yang akan mengantarnya ke alam mimpi.

"Bbb.. Baiklah. Insya Allah aku tidak akan meninggalkanmu lagi." Saat ini hati Ardian sudah ingin meledak rasanya. Ia merasa sangat gugup saat tiba-tiba tangannya ditarik oleh Mataharinya.

*-*

Tidak terasa, satu tahun sudah berlalu. Ara dinyatakan sembuh total oleh Dokter Alya karena konsultasinya secara rutin ke Rumah Sakit yang akhirnya Ara terbebas dari penyakit depresi. Sekarang ia sudah duduk dikelas 1 SMA tepatnya di SMAN 1 Cahya Lampung. Ya, Ayahnya tidak mengizinkan Ara untuk sekolah di Pondok dikarenakan Ayahnya takut  kejadian yang telah berlalu terulang kembali.

Tidak lupa dengan janjinya, Ardian juga sekolah di sekolah yang sama dengan Ara. Semakin hari rasa itu timbul dengan sendirinya, begitu juga Ara. Ia telah mencintai Ardian dalam diam. Ia memutuskan untuk memendamnya saja dibanding harus mencintai Ardian secara terang-terangan karena ia takut menimbulkan fitnah dan zina.

Ara yang dulu bukanlah Ara yang sekarang. Ia sudah mempunyai arah hidup dan keberanian untuk melawan kejahatan. Sudah tidak ada lagi panggilan cupu, baginya panggilan itu sudah ia buang jauh-jauh ke dalam laut samudra.

"Assalammualaikum Ara." sapa Riska, sahabatnya yang selalu setia menemani Ara baik suka maupun duka.

"Waalaikumsalam, eh Riska. Ada apa gerangan kamu datang kemari?" jawabnya dengan sedikit gurau.

"Ye.. Nih anak. Aku cuma mau nyampain amanah dari Ardian, nanti setelah pulang sekolah, aku dan kamu diajak ke Mall untuk menemaninya membeli hadiah saudaranya di Jakarta." jelas Riska panjang lebar.

"Insya Allah aku akan menemaninya membeli hadiah dan jangan lupa, bersamamu.." Ara sedikit menekankan kata bersamamu karena tidak mau terlihan pede di hadapan sahabatnya ini.

"Iya.. iya.. yang lagi kasmaran nih. Anak SMA ya?" seketika Riska pun mendapatkan tatapan tajam dari sahabatnya. Jika diperbolehkan, sungguh Ara ingin melipat-lipat Riska menjadi kecil agar sahabatnya ini tak lagi bisa mengejeknya setiap hari namun ingat, Ara tak sejahat itu, itu hanya sebuah candaan semata yang tak berujung nyata.

"Apaan sih, gak kok. Udah ah aku mau sholat Dhuhur dulu. Assalammualaikum.."

"Waalaikumsalam. Jangan lupa doain si doi ya? Hahahaha." Ara tersenyum mendengar perkataan sahabatnya. Ia merasa bersyukur memiliki sahabat yang begitu menyayanginya sampai saat ini.

02.15 p.m.

"Kring.. Kring.. Kring" bel pulang pun berbunyi. Siswa/i segera mengemasi buku-bukunya dan pulang kembali ke rumah masing-masing.

"Assalammualaikum Ara, ayo kita kedepan, sudah di tunggu tuh ma Pangeran kesayangan." usil Riska.

"Waalaikumsalam. Riska, jangan gitu ah, belum halal."

"Tin, tin... Assalammualaikum Ara, Riska, ayo masuk" panggil Ardian. Tak lama kemudian, mereka berdua pun masuk ke dalam mobil Avanza milik Ardian. Jangan salah paham, Ardian membelinya dengan uang tabungannya sendiri selama bertahun-tahun lamanya. Ia memiliki prinsip untuk mandiri. Tidak menyusahkan kedua orang tuanya meskipun ia tahu orang tuanya pasti mampu membelikannya sebuah mobil tetapi tetap saja Ardian ingin mandiri.

Mall Matahari

Sesampainya di Mal Matahari, mereka bertiga pun masuk dan menyusuri beberapa toko dan sampai lah mereka di sebuah toko baju muslim khusus wanita.

"Ara, Riska, bisakah kalian membantuku memilih sebuah baju gamis? Aku tidak tahu yang mana yang harus ku pilih. Untuk masalah ukuran bajunya, samakan saja dengan ukuran bajunya Ara, soalnya ukuran badan saudaraku tidak beda jauh dengan Ara" jelas Ardian

"Baiklah, Ayo Ara." tak ingin membuang waktu, Riska mengajak Ara untuk segera memilih-milih sebuah baju gamis yang mungkin nantinya cocok untuk saudara perempuan Ardian.

Ara memilih-milih baju gamis yang menurutnya bagus dan cocok di pakai saudara Ardian. Ya, walaupun Ara belum tahu seperti apa sosok saudara sahabatnya tersebut, setidaknya Ara sudah berusaha untuk membantu Ardian dengan sepenuh hatinya. Tak lama setelah itu, Ara tidak sengaja menemukan sebuah baju gamis yang sangat anggun. Dalam sekejap Ara sudah jatuh cinta dengan baju gamis dihadapannya tersebut. Namun dalam sekejap pula keinginannya hilang di karenakan Ardian yang datang secara tiba-tiba dan mengatakan sesuatu.

"Wah... Bagus sekali pilihanmu, terimakasih Ara." Ara terkejut karena kehadiran Ardian secara tiba-tiba dan mengambil baju gamis tersebut dan segera membayarnya menuju ke kasir.

"Astaghfirullahhal'adzim... Kalau rezeki gak bakal kemana."

-----------------------------------------------------------
Assalammualaikum.wr.wb.

Alhamdulillah Tiara bisa lanjut buat cerita Assalammualaikum hijrah. Tiara minta maaf kalau updatenya lama, soalnya Tiara lagi sibuk-sibuknya UH, TO, Ujian. Tiara mohon doa dari Akhi maupun Ukhty, semoga untuk ulangan-ulangan kedepannya  lancar. Jangan lupa Vomment cerita ini ya Kawan Akhi dan Ukhty.

Wassalammualaikum.wr.wb.

Assalammualaikum HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang