Part 9

38 5 0
                                    

"Oh,, bagaimana jika kita berpencar, aku mencari Ara ke arah kantin dan kamu mencari Ara kearah belakang sekolah?" usul Ardian yang mulai merasakan suatu hal yang tidak enak terhadap Ara. Entah darimana idenya tiba-tiba saja muncul dibenaknya.

"hmm, ok. Kita bertemu di sini setelah bel masuk berbunyi." jawab Riska dengan anggukan bertanda setuju.

Akhirnya mereka berpencar untuk mencari keberadaan Ara. Mereka belum ada yang tahu jika posisi dan keadaan Ara sekarang sangat memprihatinkan. Ardian, teman Ara sejak kecil, yang sangat merindukan sahabatnya tersebut sangat khawatir dengan apa yang barusan ia dengar atas penjelasan Riska, sahabat Ara dan juga menjadi sahabatnya.

"Kenapa perasaan ku menjadi tidak enak ya? Astaghfirullah... Jangan suudzon Ardian, kamu harus husnudzon. Ara... Ara.." Ardian mencari Ara ke sana kemari, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Ara.

"Shiit.. Sejak kapan di sini ada gudang. Ah, bagaimana kamu Ardian, setiap sekolah pasti memiliki gudang. Tapi, ada apa ya dengan gudang ini, kenapa perasaan ku aneh ya." ucap Ardian dengan dirinya sendiri. Ya, bayangkan saja hal yang positif.

Dengan hati-hati, Ardian melangkahkan kakinya menuju gudang sekolah tersebut dan membuka pintunya secara perlahan.

"krekk... Astaghfirullah! Ara!!!" dengan sigap, Ardian menghampiri Ara yang tergeletak di lantai gudang tersebut, dan menggendongnya ala bridal style  menuju UKS di sekolahnya.

"Ara,, bangun Ara, bangun." sambil menggendongnya, Ardian tidak henti-hentinya memanggil nama Ara, ia sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya saat ini. Ardian tak menghiraukan tatapan-tatapan siswa/i yang sekarang saat ini ia dan Ara menjadi pusat perhatian para siswa/i SMPN 22 Cahya Lampung .

Ardian lupa akan posisinya sekarang. Ia tidak mengingat bahwa mereka berdua bukan Mahram, yang sekarang Ardian fikirkan adalah keadaan sahabatnya yang sangat memprihatinkan.

-UKS-

"Ya ampun, ada apa dengan Ara, baringkan dia di ranjang ini." ucap Crhistin, ketua UKS SMPN 22 CAHYA LAMPUNG.

"Aku tidak tahu, aku menemukannya di sebuah gudang di belakang sekolah" jawab Ardian dengan sangat khawatir.

"Suhu badannya sangat tinggi. Akan ku panggilkan Bu Siti terlebih dahulu." jelas Crhistin yang tidak kalah khawatirnya dengan Ardian.

Fikiran Ardian kacau saat ini. Ia masih sangat terkejut dengan kondisi sahabatnya saat ini. Siapa yang berani melakukan semua ini? Setega itukah teman-teman Ara di sekolahnya?

"Astaghfirullah... Maafkan aku Ya Allah. Aku tidak sengaja menyentuhnya ketika ia pingsan. Maafkan aku ya Allah."
Ardian sadar atas apa yang ia lakukan. Namun semua itu ia lakukan hanya demi menolong sahabatnya, tidak ada maksud lain selain hanya menolong Ara ketika dalam keadaan susah.

"Assalammualaikum, biarkan Ibu memeriksa keadaan Ara terlebih dahulu" jelas Bu Siti.

1menit...2 menit...

"Crhistin, cepat telfon Ambulan. Kondisi Ara saat ini butuh pertolongan lebih lanjut dan jangan lupa hubungi kedua orang tua Ara bahwa ia saat ini dibawa ke Rumah Sakit Cahaya Insan."

"Baik Bu." begitu jawab Crhistin. Singkat, padat, dan jelas.

Ardian terkejut dengan kata-kata yang baru saja ia dengar.

"Ibu, apakah kondisi Ara sangat parah sehingga ia harus dibawa ke Rumah Sakit?" tanya Ardian dengan penuh khawatir.

"Iya Ardian. Kondisinya saat ini sangat tidak stabil dan harus mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Apakah nak Ardian mau ikut Ibu dan yang lainnya ke rumah sakit"

"Iya bu, Ayo Bu kita berangkat" jawab Ardian dengan keyakinan penuh.

-----------------------------------------------------------

Assalammualaikum Akhi dan Ukhty.

Tiara mohon maaf jika ada kesalahan dalam bahasa dan penulisannya. Tiara akan terus berusaha untuk update cerita ini, karena cerita ini udah seperti tanggung jawab bagi Tiara untuk menyelesaikannya. Tiara mohon Vote dan comen ya. Tanpa dukungan dari kawan-kawan semua, rasanya ada yang kurang lengkap. Jangan lupa follow Tiara Ya.

Wassalammualaikum.wr.wb.

Assalammualaikum HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang