AUTHOR POV
"Dara, sayang, kamu udah sadar? masih pusing? Alisha, tolong panggilin dokternya ya nak" Ucap laki laki yang lebih tua disana. Ya, itu adalah Daniel—ayah Dara—.
Gadis yang terbaring di kasur UGD tersebut masih setengah sadar dan mencoba bangkit untuk duduk.
Dan dia melihat sekelilingnya. Disana ada kedua sahabatnya, ada Cheno dan ada orang tua nya.
Ah ya! Dia baru ingat jika niatnya kerumah sakit ini adalah untuk menjenguk istri Pak Bowo, namun saat tiba tiba perawat mendorong kursi yang terdapat pasien tabrakan, ia baru sadar jika diri nya tadi pingsan.
Lalu dia melihat dokter masuk ruang UGD dan memeriksanya, dan dia langsung menyipitkan kedua matanya bertujuan menuntut kepada kedua sahabatnya bahwa 'siapa yang menelfon orangtua nya agar datang disaat Dara pingsan karena darah?' Karena sesuai persetujuan mereka sejak mereka tahu bahwa Dara trauma akan darah adalah mereka tidak menelfon orang tuanya karena Dara tidak ingin orang tuanya cemas dan sedih.
Sahabat-sahabatnya yang merasa akan tuntutan tidak langsung itu segera melambaikan kedua tangan nya pertanda bukan mereka yang menelfon. Dara tak percaya dengan lebih meyipitkan matanya dan melihat sahabat sahabatnya dengan sinis.
Lalu setelah dokter memeriksa keadaan nya, dokter sedikit memberi penjelasan kepada orang tua Dara mengapa anak satu satunya ini bisa sampai pingsan, walaupun orang tuanya tahu pasti jawabannya. Dengan kondisi yang rada berjauhan dengan Dara dan teman temannya dokter mengatakan bahwa Dara terlalu memaksakan bahwa dia harus menghilangkan trauma itu, walaupun maksud tujuan nya bagus tetapi itu harus dengan cara pelan pelan dan tidak ada paksaan atau terpaksa.
"Dar lo gapapa kan? gue panik setengah mampus Dar" Kata Alisha dengan wajah sangat ketakutan yang langsung menghampiri Dara ke samping kanan kasur UGD itu.
"Siapa yang nelfon mamah dan ayah?" Tanya Dara dengan nada dingin kepada kedua sahabatnya.
Kedua sahabatnya pun tetap menggerak gerakan telapak tangan nya kekanan dan kekiri tanda bukan mereka yang melakukan. Lalu kedua sahabatnya saling pandang dan melirik ke laki laki yang berada di sebrang nya yaitu di samping kiri kasur tersebut, yang sedang diam dengan tatapan ke Dara, namun itu cukup menunjukan bahwa dia sedang khawatir akan kondisi Dara. Dara yang menyadari akan hal itu heran akan tatapan kedua sahabatnya yang sulit dimengerti itu.
"apa sih kalian? Jadi bisu mendadak gitu pada, siapa yang nelfon?" Tanya Dara lagi.
belum sempat kedua sahabatnya menjawab tiba tiba sudah ada yang bicara
"Gue" Kata laki laki yang berada di samping kiri Dara dengan tatapan yang tak lepas sedetik pun dari wajah Dara.
"Lo?Cheno?" tanya Dara ke Cheno dan kedua sahabatnya. Kedua sahabatnya hanya menganggukan kepalanya pertanda bahwa penyataan nya benar.
"Kenapa sih lo harus telfon orang tua gue? gue gamau mama ayah tu jadi sedih dan over protektive." Omel Dara dengan suara yang sedikit dipaksa pelan agar orang tuanya yang sedang bicara dengan dokter dengan jaraknya tidak begitu jauh itu tidak dengar.
"Gue.. hiks..gue gamau...orang tua gue sedih..hiks.. Gue gamau orang tua gue keinget trauma gue karena kecelakaan itu, karena kepergian ka Dira..hiks..Dan kalo sampe..hiks..orang tua gue sedih karena itu lagi semua nya salah gue..hiks" kata Dara menunduk dengan secara tidak sengaja butir air matanya perlahan jatuh. Alisha yang tepat berada samping kanan Dara pun merangkulkan satu tangannya dan mengusap punggung nya, setidaknya untuk memberi tau Dara bahwa Alisha mengerti, bahwa lagi lagi Dara akan menyalahkan dirinya jika orang tuanya sedih karena kepergian ka Dira, kaka Dara.
![](https://img.wattpad.com/cover/134434270-288-k451963.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of High School
Genç Kurgusosok yang amat membuat ku jengkel dan darah tinggi tiap harinya. ya, sialnya remed olahraga kali ini hanya aku dan dia. karna ada problem di sekolah, jadi remed olahraga kita ditunda tunda. seringnya waktu yang kita habiskan berdua karena remed itu...