(5) Bernard Dauhtles

57.7K 2.7K 56
                                    

Ost Bleach - Sen no yoru wo koete.

Author Pov
Joshua memperhatikan pria yang berdiri dihadapannya dengan sombong. Joshua hanya terkekeh saat melihat keberanian dimata pria tersebut.
"Apa yang sedang kau rencanakan ha? Tidak puas hanya membawa uangku?" Tajam Joshua.

Pria itu tertawa dan menepuk tangannya.
"Wuah, tidak ada keramah-tamahan disini ternyata."

"Ramah? Aku tidak mengerti bahasa ramah dari seorang penipu." Tawa Joshua menyesuaikan dari lawan bicaranya.

"Aku kesini mengganti uangmu Mr. Matthew. Tidak lebih. Karena uangmu ini aku bisa seperti sekarang, akan menyainggi dirimu."

"Hahaha! Penipu tetaplah penipu. Bagaimanapun kau berusaha."

Pria dihadapan Joshua sedikit geram.
"Ya aku memang penipu. Tapi untuk 'dia' aku tidak pernah menipu. Perasaanku padanya tulus!"

Joshua tersulut emosi mengetahui siapa yang dimaksud dari pria ini 'dia'.
"Berani kau mendekatinya lagi, kuyakini kau tidak akan hidup!" Ancam Joshua

Pria tersebut terkekeh.
"Aku tetap akan hidup selama ada dia. Mr. Matthew. Kaupun sendiri tahu bagaimana sifatnya."

Joshua menarik nafasnya, kemudian Joshua berdiri dan mendekat kepada pria yang santai menatap Joshua dari balik bulu matanya.
"Dia sudah memiliki pria lain. Seharusnya kau tidak meremehkan aku."

Lawan bicara Joshua berdiri dengan wajah tidak suka.
"Kau? Kau brengsek!" Bengisnya tidak terima.

"Seharusnya kau berkaca sebelum mengatakan aku brengsek, Bernard Dauthles." Tatap Joshua pada pria bernama Bernard yang sekarang tengah kesal minta ampun.

Bernard Dauthles berusaha tenang dan menarik nafas panjang. Bernard tahu, melawan Joshua adalah hal mustahil. Terlebih ia sudah menipu Joshua dengan mengambil sebagian uangnya. Bernard tahu benar jika Joshua dapat dengan mudah menangkap dirinya. Tapi pak tua ini sepertinya ingin main-main terlebih dahulu.
"Tentu saja kau akan mengambil langkah tersebut. Karena kau tahu benar, 'dia' pasti takkan menolakmu. 'Dia' memikirkanku serta kesalahannya." Ujar Bernard merapikan jasnya dan melangkah keluar dari ruangan Joshua.

"Kau seharusnya dapat melihat Bernard, Diana adalah keturunan Matthew. Tidak mungkin aku memberikan putriku pada manusia tak berguna seperti dirimu." Tajam Joshua tepat sebelum Bernard keluar seutuhnya.

Bernard hanya memberikan tatapan sesaat dan membanting pintu keluar Joshua dengan keras. Joshua langsung saja tertawa keras melihat emosi Bernard. Dasar anak muda.

###
Denis menatap Harry yang mengaduk kopi hitamnya dalam sunyi. Denis mendekati Harry dan mengikutinya membuat kopi ditengah malam begini.
"Tumben sekali kau belum tidur." Tegur Denis tak menatap Harry.

Harry mengidik bahu dan berjalan duduk diatas kursi dapur.
"Aku hanya sedikit lelah."

Denis terkekeh.
"Aku tahu, adikku itu memang tidak bisa dengan mudah dihadapi. Papaku saja sampai heran."

"Bukan masalah menghadapinya, namun berusaha untuk menahan diri."

"Wohoo. Tidak secepat itu Harry. Kau harus memastikan kepastian terlebih dahulu. Aku tidak ingin adikku kembali kecewa." Denis pun ikut duduk bersebrangan dengan Harry.

Harry menatap Denis tajam dan seolah tak suka.
"Aku tidak akan pernah mengecewakannya. Kau seharusnya tahu, perbuatanmu itu yang aku tidak suka."

Denis mengerjap bingung.
"Maksudmu? Mendekatinya? Hei dia adikku. Tentu saja kami dapat melakukannya dengan leluasa."

"Kau ingin kupatahkan tanganmu?" Tajam Harry mengertak.

"Woo, ngeri sekali suaramu. Apa ini efek karena kopi tengah malammu?" Denis terkekeh mengolok.

Harry memutar bola matanya.
"Aku tidak suka. Apa kau tidak paham?"

Denis kembali terkekeh sambil menepuk tangannya pelan.
"Kau seperti ini seperti kekasihnya saja. Kaukan hanya 'ajudan' disini. Lupa?"

Kini Harry yang terkekeh dan menyesap kopi hitamnya.
"Kau tahu apa maksudku."

"Kenapa kau tidak muncul dengan status aslimu?" Tanya Denis mengeluarkan ponselnya dan menatap jam disana. 02.30 am. Denis mengernyit. Kemanakah papanya belum juga kembali.

"Belum saatnya." Ujar Harry singkat. Harry sedikit melihat kekhawatiran dimata Denis.

"Kau menunggu Mr. Matthew?" Lanjut Harry lagi.
Denis menganguk mengiyakan.
"Papaku memang seorang pekerja keras. Tapi ia jarang pulang hingga jam segini belum sampai rumah. Aku khawatir terjadi apa-apa dengannya. Terlebih aku khawatir jika Diana bangun dan menyadari papa belum pulang."

"Sudah aku duga papa belum pulang." Muncul Diana dengan pakaian tidur sutra tipis dengan jubah panjang sampai pada lututnya.

Harry juga Denis sedikit terkesiap. Merasa was-was apakah Diana mendengar semua yang dibicarakan para lelaki dewasa ini.
"Kau baru bangun Sweety?" Tegur Denis beranjak mendekati Diana.

Diana menganguk dan mengucek matanya.
"Sebelumnya aku bermimpi, papa membawaku kesebuah rumah mewah dan mengenalkan jodohku disana. Lalu aku terbangun cepat, karena wajah pria yang didalam mimpiku itu adalah..." Diana mengantung ucapannya menatap Denis ragu. Denis memberikan tatapan sayang pada adiknya dan menarik Diana duduk disampingnya.

Diana terperangah melihat Harry yang sedang duduk masih meminum kopinya dengan anggun.
"Siapa sweety?" Tanya Denis penasaran.

Diana memberikan kode pada Denis dengan melirik kearah Harry cepat. Harry dan Denispun menyadari kode dari Diana.
"Bicaralah. Saya hanya ingin menghabiskan kopi saya disini my lady." Ucap Harry tidak masalah.

Diana menatap Harry khawatir.
"Kau berjanji tidak akan membicarakan hal ini dengan papaku?"

Harry menganguk. Diana kemudian kembali menatap Denis.
"Aku bermimpi papa dan Bernard bang."

Denis terkejut. Harry masih memperhatikan Diana yang tertutup jubah sutra hitam seksi dihadapannya. So seksi.
"Ber- Bernard?" Ulang Denis.

Diana menganguk dan mengambil kopi yang tengah diminum Harry dari tangannya dan langsung saja meneguk kopi itu. Wajah Harry tak terbaca. Diana mengembalikan kembali minuman tersebut pada pemiliknya.
"Aku tidak pernah memikirkannya lagi. Tapi mengapa malam ini aku memimpikannya?" Tanya Diana janggal.

Denis memberikan senyuman ketenangan disana dan mengelus kepala Diana. Terdengar suara gertakan gigi dari sebrang Diana juga Denis yang tak lain adalah Harry.
"Ada apa?" Tanya Diana merasa tergangu.

Harry meminum lagi kopinya hingga tandas dan menatap Denis juga Diana bergantian.
"Anda menyisakan kopi saya sedikit my lady."

"Terus?" Diana mengangkat alisnya sebelah menantang.
Harry berdiri dan menatap Denis seolah memberikan peringatan.
"Tidak apa-apa, setidaknya saya dapat merasakan sisa bibir anda digelas tersebut."

Diana memerah. Denis hanya terkekeh melihat salah tingkah dari Diana. Harry kemudian pergi dari dua bersaudara yang menatapnya aneh.
"Sebegitu bangganya dia? Jika ingin berciuman minta saja langsung." Sindir Diana kesal.

Denis mengap-mengap tidak salah dengar.
"Maksudmu?" Tanya Denis memberikan tatapan menggoda.

Diana mencubit lengan Denis.
"Bukan buat abang. Apa abang sudah menghubungi papa?"

"Sudah. Tapi tidak diangkat, jadi aku hanya mengirim pesan saja. Papa sedang dalam perjalanan pulang sepertinya. Ayo aku antar kekamarmu. Apa kau ingin tidur dalam pelukan abangmu ini?" Tawar Denis mengajak Diana berdiri.

Diana menggeleng menolak. Denis tertawa dan menarik Diana untuk masuk kekamarnya. Keduanya tidak mengetahui, Harry masih berada didalam kegelapan melihat tingkah Diana dalam senyum misterius.

***
Bulan_Unet
Votement

My SEXY Guardian (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang