(6) Tidak Terduga

57.8K 2.5K 23
                                    

😍😘🤗
AOA - Good Luck

Diana Pov
Aku terbangun lagi dengan mimpi buruk serta kenangan yang aku usahakan untuk kulupakan. Kenapa aku kembali memikirkannya? Aku sudah berusaha untuk melupakan dia yang dengan tega mendekatiku hanya karena aku adalah putri dari keluarga kaya. Aku tidak percaya memimpikannya kembali. Tapi, mengapa aku menangis? Oh astaga, bagaimanapun usahaku. Aku selalu mengingatnya. Cintaku masih ada padanya. Ia memang pergi. Tapi masih membawa rasa dan hatiku. Oh aku sudah gila.

"My lady?" Aku melihat kearah pintu kamar. Harry berdiri disana dengan reaksi tak terbaca. Oh aku sedang menangis sekarang kenapa ia datang? Harry segera mendekatiku dan memberikan tissu yang berada diatas meja riasku.

"Ada apa my lady? Ada yang tidak beres?" Tanya Harry lagi. Aku menggeleng sambil menghapus butiran air mata yang masih keluar. Harry membantuku menghapusnya dengan ibu jarinya.

"Ceritakan pada saya jika anda merasakan sesuatu yang membuat anda menangis my lady. Saya tidak suka melihat anda lemah seperti ini." Tatapan tajam Harry memperingatiku. Aku menarik nafas panjang.

"Aku tidak apa-apa. Hanya mimpi buruk saja." Jawabku sekenanya.

"Tentang pria yang bernama Bernard itu lagi?" Telak pertanyaan Harry.

"Kau.. kau bisa menebaknya?"

"Jadi tebakanku tepat?" Aku menganguk.

"Masa laluku saat tiga tahun lalu. Aku baru saja lulus dari senior high school saat itu. Masih tidak berpikir panjang." Lanjutku menatap Harry lemah. Harry masih memperhatikanku tanpa terbaca. Aku masih tidak mengerti ajudanku yang satu ini.

"Ada apa dengan anda tiga tahun lalu?" Tanyanya mengembalikan tissu pada meja riasku. Aku menggeleng.

"Tidak ada yang perlu diceritakan. Aku sekarang mau mandi. Aku ingin kekantor papa hari ini." Aku berdiri menjauhi Harry dan masuk kekamar mandi.

Author Pov
Harry masih betah melihat kepergian Diana yang kemudian hilang dibalik pintu. Wajah Harry mengeras mengetahui siapa yang membuat Diana begitu takut. Harrypun keluar dari kamar Diana dengan cepat. Tiba-tiba Harry sudah menabrak seorang gadis yang kebetulan ia ingin menuju kekamar Diana.

"Auw..." ringis gadis tersebut. Harry menunduk memohon maaf.

"Maafkan saya nona." Gadis tersebut kemudian mengadah menatap wajah yang sudah menabraknya. Sekejap saja wajah gadis tersebut membeku. Begitu juga dengan Harry. Harry tidak menyangka akan bertemu kembali dengannya.

"Devian?" Tegur gadis itu. Harry yang semula terkejut kini menghilangkan rasa keterkejutannya kala gadis itu memanggil nama dirinya. Nama dirinya yang khusus untuk gadis itu dimasa lalu.

"Oh kau masih ingat akan diriku? Audrey?" Gadis yang bernama Audrey tersebut semakin memucat.

"Kau.. apa yang kau lakukan disini?" Tanya Audrey menyelidiki.

"Kau mengikutiku?" Lanjutnya lagi. Harry terkekeh.

"Jika aku mengikutimu. Apa yang ingin kau lakukan?." Harry melangkah mendekat kearah Audrey yang mundur dengan refleknya.

"Kau bukan orang seperti itu Devian." Cicit Audrey berjalan mundur. Harry memperlihatkan senyuman smirknya. Sudah lama Harry ingin sekali menemui gadis yang kini takut padanya. Gadis lugu pada masa lalunya.

"Lalu aku orang seperti apa? Kau yang membuatku seperti ini." Tegas Harry masih melangkah mendekat.

"Ja- jangan maju lagi Devian! Cukup. Berhenti" cicit Audrey yang lebih seperti bisikan. Harry mengulurkan tangannya ingin menyentuh pipi Audrey tapi tiba-tiba tangannya tertahan oleh seseorang.

Harry melihat kesal kearah orang tersebut. Diana berdiri tajam menahan tangan Harry.
"Kenapa kau seperti itu dengan sepupuku? Lihatlah kau membuatnya takut." Harry mengalihkan pandangannya dari Diana kearah Audrey yang masih berwajah pucat.

Harry tersenyum dan langsung merangkul bahu Diana.
"Maafkan saya my lady. Saya tidak tahu bahwa ia adalah. Sepupu anda." Harry menekan kata sepupu dan menatap Audrey dingin. Diana melihat perubahan wajah Harry aneh.

"Bersiaplah kau ajudan. Kita akan kekantor papa." Diana melepaskan diri dari rangkulan akrab Harry. Harry menganguk dan meninggalkan mereka dengan aura yang entahlah... seperti aura orang yang ingin membunuh.

"Audrey? Apa kabar? Kenapa kau pucat begini?" Ucap Diana mendekati Audrey yang kini sudah bernafas lega. Audrey memegang tangan Diana.

"Apa hubunganmu dengan orang itu?" Diana mengerjap dengan pertanyaan Audrey.

"Dia? Dia Harry. Ajudan pribadiku. Ada apa? Kau kenal?"

"Har... Harry?" Ulang Audrey.

"Ya. Memangnya ada apa drey? Kau mengenal Harry?" Diana kali ini benar-benar penasaran.

"Aku.. aku tidak mengenalnya. Dia bekerja sebagai ajudan?" Diana menganguk. Audrey kembali memasang wajah pucat. Apa ia mencari tahu tentang diriku?

"Audrey kau memikirkan apa lagi? Kau jangan-jangan mengenal Harry ya?" Hardik Diana. Audrey menggeleng cepat.
"Baiklah. Ada apa kau mencariku? Atau kau mencari bang Denis yaa?" Olok Diana mencubit bahu Audrey. Audrey memberikan senyuman pelan. Perasaan yang ia rasa sekarang bukan untuk bercanda.

"Bukan Diana. Aku hanya ing-" Audrey menghentikan ucapannya kala melihat kalung silver kecil yang bergantung indah dileher putih Diana.
"Kenapa?" Arah pandang Diana mengikuti mata Audrey menatap bandul H dikalungnya.

"Cantikkan?" Ucap Diana menyeringai. Audrey menganguk pelan.
"Hadiah dari siapa?" Tanya Audrey. Diana terdiam. Diana tahu, bahwa sepupunya dari sisi mamanya ini memiliki sifat yang kurang Diana suka. Diana bahkan tahu, beberapa tahun lalu saat Diana masih memiliki kekasih. Audrey sangat tidak suka dengan kekasih Diana. Diana bahkan tidak mengerti mengapa sepupunya itu begitu membenci apa yang Diana sukai.

"Dari bang Denis." Ucap Diana. Audrey menganguk.
"Ada apa kau datang kemari?" Ulang Diana lagi. Audrey memberikan bingkisan kecil. Diana menerima dan membuka bingkisan tersebut. Didalam bingkisan terdapat mug berwarna ungu kecil. Juga terdapat kertas dengan lingkaran pita emas diluarnya.

Diana membuka kertas tersebut dan membacanya. Wajah Diana kaget tidak menyangka. Undangan pertunangan Audrey dengan pria yang tidak Diana duga.
"Kau.. kau akan tunangan dengan..." Diana merasa takut dan ragu membaca nama yang tertera pada undangan tersebut.

"Ya aku akan tunangan dengan Bernard Dauthles. Apa kau mengenalnya?" Kali ini wajah Diana yang memucat. Tidak. Bahkan jika bisa, rasa darah diseluruh tubuh Diana membeku. Jantungnya seakan berhenti. Tidak! Dia bukan manusia yang pantas mendapatkan Audrey!

"Audrey dia ini-"

"Bernard Dauhtles adalah kekasihmu saat kau masih sekolah bukan? Aku tau." Jawab Audrey cepat. Audrey merasa senang dalam hatinya. Sudah lama sekali, bukan. Sudah sejak awal ia kurang menyukai Diana. Diana dengan mudahnya memiliki segalanya dengan keluarga serta saudara yang begitu menyanyanginya. Audrey masih ingat, bagaimana wajah keluarga Matthew saat Diana diculik saat mereka masih kuliah. Rasa yang dirasakan Audrey saat itu antara senang dan tidak. Senang karena Diana akan pergi selamanya. Tidak karena ia masih memiliki kepedulian dengan Diana. Tapi, tidak untuk sekarang.

"Aku tahu dia mantanmu. Aku sudah sangat mencintainya Diana. Aku tahu kau pasti akan marah. Maafkan aku." Lanjut Audrey kemudian berlalu cepat. Diana membeku. Dengan kesal Diana pun melempar mug berwarna ungu tersebut kesembarang arah. Akibat perbuatannya. Mug tersebut mendarat kekepala Harry yang tepat saja berdiri dibelakangnya. Pelipis Harry mengeluarkan darah segar. Ya Tuhan...

***
Bulan_Unet
Votement yach.

Kangen banget sma my bae. Ldran dululah kami berdua.

My SEXY Guardian (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang