12. Memecah Tradisi

500 94 12
                                    

Chapter 12: Memecah Tradisi.

Happy Reading.
Enjoy!!!
~~~~~

Al benar-benar hebat. Walaupun pelajaran favoritnya Ramuan, ia mahir disetiap pelajaran lainnya, membuat Bianca mudah mengejar ketertinggalan pelajarannya. Tak butuh waktu lama bagi Bianca untuk mengetahui apa pelajaran favoritnya. Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam dan Mantra. Keduanya benar-benar membuat Bianca bersemangat.

Saat ini Bianca dan Al sedang berada di ruang bawah tanah. Al sedang meramu Ramuan Wolfsbane. Bianca duduk disampingnya dengan mata terpaku membaca buku Kitab Mantra Standar (Tingkat 5). Al mengeluh keras.

"Kenapa Al?" tanya Bianca. "Aku gagal lagi, Bi." Kata Al muram. "Hei. Kau baru meramunya dua kali. Jangan cepat menyerah." Bianca menepuk punggung Al. "Aku selalu berhasil membuat ramuan dalam sekali percobaan. Ini sudah yang kedua kali dan ramuanku hanya setengah jadi lalu gagal." Kata Al.

"Selalu ada yang pertama dalam hal apapun, Al." "Tapi - " kata-kata Al disela oleh Bianca. "Kau butuh istirahat. Ayo kita keluar. Berjemur. Lihat kulitmu seperti Vampir - pucat karena berada di ruangan lembab terus-menerus."
"Kau tahu, Bi. Aku itu Vampir yang tampan." Kata Al menyeringai.

"Oh diamlah, Al. Ayo ke lapangan Quidditch. Aku ingin terbang." Kata Bianca. "Baiklah. Siapa yang sampai di lapangan Quidditch terakhir akan melakukan apapun yang diperintahkan yang menang selama seharian." Tantang Al. "Siapa takut." Kata Bianca. Mereka berlari di sepanjang koridor tertawa dan berakhir seri karena mereka sampai disaat bersamaan.

------------------------------------------------------

Waktu berlalu begitu cepat. Malam ini Bianca memutuskan tidur di Pondok Hagrid bersama Al. Hagrid sedang bermalam di Diagon Alley mengurus sesuatu.

"Bi.." Panggil Al. Bianca menoleh kearah laki-laki berambut hitam itu. "Kau ingat sewaktu aku mengajarimu terbang? Kau berjanji akan mengabulkan satu permintaanku. Apapun itu?" Tanya Al. "Ya. Aku ingat." Bianca menatap manik hijau Al yang gelisah. Ia tak pernah melihat Al cemas gitu. Al bukan laki-laki yang ekspresif. "Bisakah aku mengatakan permintaanku sekarang?" Bianca mengangguk. Al menghela napasnya dan menatap lurus manik abu-abu Bianca.

"Berjanjilah padaku. Di asrama manapun kau nanti, kau akan selalu jadi temanku." Kata Al. Mata Bianca berbinar. Ia tak meyangka Al mencemaskan hal itu. Ia beringsut mendekati Al dan memeluknya. Ia bisa merasakan tubuh Al menegang sebelum Al membalas pelukannya. "Tentu saja, Al. Apapun yang terjadi kau akan selalu jadi temanku." Kata Bianca. "Always."

------------------------------------------------------

Tahun ajaran baru dimulai di Hogwarts dan murid-murid sudah berdatangan. Bianca dan Brian saat ini berada di Ruang Kepala Sekolah mereka. Bianca mengeluh keras.

"Professor, saya rasa saya salah mendengar apa yang ada katakan. Kenapa Brian ditahun ketujuh? Dia seharusnya ditahun kelima bersamaku." Kata Bianca.

"Kau tidak salah dengar, Miss Black. Mr. Black akan menjalani tahun ketujuhnya. Kukira kau sudah memberi tahu adikmu, Black?" Tanya McGonagall pada Brian. "Saya akan memberi tahunya, Professor." Bianca mendelik pada Brian dan Brian menatapnya dengan pandangan nanti-akan-kuceritakan nya.

"Kalian akan diseleksi sebelum murid kelas satu." Kata McGonagall dan Brian dan Bianca meninggalkan ruang Kepala Sekolah.

"Ceritakan, Brian Jordan Black." Bianca hanya memanggil nama lengkap kakaknya ketika ia marah. "Kupikir akan lebih baik jika aku berada ditahun ketujuh, sekolah selama setahun lalu lulus dan bekerja untuk membiayai kebutuhan kita, Bi." Kata Brian.

"Tapi, kau butuh belajar lebih banyak, Ian. Kau tahu kita ketinggalan banyak. Dan ini Hogwarts. Bagaimana mungkin kau hanya ingin menghabiskan waktu satu tahun disini?"

"Aku tahu, Bi. Tapi ini tugasku. Sebagai laki-laki Keluarga Black. Sebagai seorang Kakak. Sebagai pengganti Ayah, aku harus melindungimu, menjagamu dan menyediakan apapun yang kau butuhkan. Kita tak mungkin terus menerus bergantung pada kebaikan Keluarga Potter, Weasley, ataupun Malfoy." Kata Brian menepuk punggung adiknya.

"Tapi kenapa kau tak mengajakku? Bukankah jika kita sama-sama bekerja uang yang akan kita dapatkan lebih banyak?" Bianca menatap manik biru keabuan kakaknya.

"Tidak. Kau harus menikmati tiga tahunmu di Hogwarts, oke? Aku sudah mengikuti ujian OWLs dan lulus. Professor McGonagall memberiku ujian untuk menentukan tingkatan kelasku dan hasilnya aku bisa berada di tahun ketujuh."

"Brian. Kau juga harus menikmati hidupmu. Aku bisa bekerja paruh waktu selama libur. Aku tak mau jadi bebanmu, oke? Aku tak mau merenggut kebahagianmu. Kau satu-satunya keluargaku." Bianca memeluk Brian menangis di dada sang Kakak.

"Kau tidak merenggut kebahagiaanku." Bianca hanya memalingkan wajahnya. "Bi. Look at my eyes." Bianca menatap mata sang Kakak. "Kebahagianmu adalah kebahagianku. Lagipula aku akan bersama James dan Fred ditahun ketujuh. Kami bisa melakukan keonaran apapun selama setahun ini." Kata Brian menyeringai.

Brian mengeluarkan sebuah perkamen usang dari saku jubahnya dan mengacungkan tongkatnya. "Aku bersumpah dengan sepenuh hati bahwa aku orang tak berguna." Brian menyerahkan perkamen itu pada Bianca. Tulisan-tulisan berwarna hijau muncul diatas perkamen yang tadinya kosong.

Messrs Moony, Wormtail, Padfoot dan Prongs Penyetor Bantuan untuk Para Pembuat Keonaran Sihir dengan bangga mempersembahkan
PETA PERAMPOK.

"Peta Marauders!" Pekik Bianca girang. Ia melihat titik kecil berlabel Mrs. Norris sedang berkeliaran dikoridor lantai tiga dan Filch yang sedang berada dikantornya. "Keren." Kata Bianca takjub. "Kau dapat darimana?" Ia memandang sang Kakak dengan raut wajah berbinar dan Brian tertawa. "Dari James. Ia mencurinya dari laci kerja Uncle Harry di tahun pertamanya."

Bianca mengembalikannya ke Brian, namun kakaknya hanya menggeleng. "Untukmu." Katanya. "James, Fred dan Louis sudah hapal Hogwarts luar dalam di kepala mereka." Kata Brian. "Tapi kau kan belum." Sanggah Bianca. Brian mengeluarkan satu perkamen usang lainnya dari saku jubahnya.

"No way!" Pekik Bianca. "Aku tak tahu ada dua Peta Marauders." Brian menggeleng. "Memang hanya ada satu. Itu yang sedang kau pegang. Aku menggandakannya untukku. Setelah aku hapal semua jalur di Hogwarts - yang terlihat dan rahasia - Aku akan membakar yang ini." Brian menunjuk Peta Marauders yang berada di tangannya. "Cukup ada satu Peta Marauders. Kita harus mengurangi risiko peta itu jatuh ketangan yang salah. Seperti Filch." Brian menyeringai dan Bianca tertawa.

Mereka bercerita dan Bianca tertawa mendengar semua keonaran yang telah dilakukan Brian selama di The Burrow bersama James, Fred dan Louis. Bianca juga kagum dengan Brian yang menguasai pelajaran sihir lebih cepat dibandingkan dirinya.

"Nah. Itu Aula Besar. Sebelum kita diseleksi aku ada permintaan untukmu, Bi." Kata Brian meletakkan kedua tangannya dipundak sang adik. "Apa itu?" Tanya Bianca penasaran. "Mari memecahkan tradisi Keluarga Black yang sudah ada." Brian menyeringai dan Bianca mengangguk. Ini akan menyenangkan.

TBC

Saya mengucapkan terimakasih kepada ratuuraz yang selalu komen dan ngevote di setiap chapter cerita saya. Your comments and votes made my day. Buat NayaraTiara yang lagi sibuk persiapan UN, semangat belajar ya dek. Terimakasih juga buat semua yang selalu setia nungguin kisah Bianca.

Love,

Pearlkey.

[1] Found ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang