15. Masalah Baru

457 77 8
                                    

Chaper 15: Masalah Baru

Happy Reading
Enjoy!!!
~~~~~

Kehidupan di Hogwarts benar-benar menyenangkan. Banyak hal yang terjadi selama beberapa bulan ini. Mulai dari keonaran Bianca yang hampir menyaingi Gremlins. Mereka sering bertaruh siapa yang keonarannya paling hebat. Al dan Scorp selalu menemani Bianca di setiap keonarannya. Mereka tak keberatan mendapatkan detensi demi sahabatnya itu. Bianca sudah mendapatkan detensi dari semua professor di Hogwarts dan ia bangga akan hal itu. Bagi Bianca detensi bukan suatu hal yang buruk. Hal baiknya bagi Scorp adalah Rose lebih terbuka dan mau menanggapinya berbicara.

Bianca mengikut uji coba Quidditch dan terpilih menjadi Chaser di tim Quidditch Ravenclaw. Al menjadi Seeker Slytherin. Orang-orang mulai bersikap ramah pada Al karena ia mengikuti jejak Uncle Harry. Dan Bianca tahu, Al tak suka disamakan dengan ayahnya. Brian menjadi Keeper tim Quidditch Hufflepuff.

Lucy—sepupu baptisnya, Lia, Nathan dan Matilda selalu membantu Bianca mengerjakan tugas-tugasnya. Dan khusus untuk pelajaran Astronomi, Roxie—adik perempuan Fred dengan senang hati selalu mengajari Bianca nama dan kisah menarik setiap bintang.

Semuanya begitu menyenangkan sehingga waktu terasa begitu cepat berlalu. Black Bersaudara, Weasleys, Potters, dan Scorp pulang untuk merayakan libur natal bersama keluarga. Tentu saja The Burrow menjadi sangat ramai. Semua anggota keluarga Weasley, Potter, Bianca dan Brian serta Teddy Lupin berkumpul bersama merayakan natal.

Pagi hari natal benar-benar luar biasa. Bianca menyukai hadiah yang ia dapatkan. Itu adalah natal yang paling menyenangkan baginya. Uncle Percy—ayah baptisnya memberinya dan Brian sebuah album foto sihir. Album itu penuh dengan foto pernikahan Granddad Reggie, foto masa kecil ayah mereka, serta foto masa kecil mereka sendiri.

Semua orang bersuka cita. Teddy mengumumkan kabar gembiranya. Ia akan menikahi Victoire di bulan Mei mendatang. Semua orang mengucapkan selamat kepada pasangan itu. Tapi seharusnya Bianca tahu, kau tak mungkin selamanya berbahagia. Dua malam terakhir sebelum mereka kembali ke Hogwarts. Dan masalah baru yang muncul menghilangkan kebahagiaan sebelumnya.

------------------------------------------------------

Malam itu Bianca tak bisa tidur. Ia keluar dari kamar Lily dan melihat Al mengintip ke bawah ke arah ruang keluarga.

"Hai Al. Watcha doing—”

“Shsssh!” Al mendesis. Ia menunjuk ke arah bawah. Uncle Harry sedang berbicara dengan seorang pria tua yang duduk diatas kursi rodanya. Percakapan mereka terlihat kurang menyenangkan. Tatapan pria tua itu agak aneh.

“Putraku. Cedric. Kau ingat Cedric, bukan?” tanya pria tua itu yang ternyata adalah Amos Diggory.

Mengingat Cedric membuat Uncle Harry terluka. “Ya. Aku ingat. Kehilangan dia—"

“Voldemort menginginkanmu. Bukan putraku! Kau sendiri yang bilang, apa yang dia katakan ‘Bunuh sisanya’. Sisanya. Putraku. Putra tampanku, hanya seorang sisa.”

“Mr Diggory, saya menghargai keinginan anda untuk mengenang Cedric—” kata-kata Uncle Harry dipotong oleh Amos Diggory.

"Berapa banyak yang harus meninggal untuk Anak Laki-Laki Yang Bertahan Hidup?" Katanya membuat Uncle Harry terluka dan wajahnya mengeras.

Pembicaraan sengit itu berakhir pada Mr Diggory yang meminta Time-Turner untuk menghidupkan kembali Cedric. Walaupun Uncle Harry mengatakan kisah Theodore Nott memiliki sebuah Time-Turner tidak benar, Mr. Diggory tidak mendengarkannya. Al dan Bianca terlonjak kaget ketika melihat seorang wanita berusia dua puluh tahunan menatap dan menuju arah mereka bersembunyi menguping pembicaraan dua laki-laki  dewasa itu.

“Siapa kau? Ini rumahku—” kata Al terpotong oleh jawaban wanita itu.

“Aku pencuri tentu saja. Aku akan mencuri semua milikmu. Berikan aku emas, tongkat dan cokelat kodokmu.” Wanita itu tersenyum menjabat tangan Al dan Bianca bergantian.

“Aku Delphini Diggory. Aku yang merawat Amos.” Katanya.

“Albus.” Kata Al. Dan ia kagum Al putra Uncle Harry. Al mengatakan hal itu biasa saja. Ia tak suka orang-orang memandangnya kagum hanya karena ia anak seorang Harry Potter yang hebat.

“Bianca.” Kata Bianca. Bianca menatap wanita itu lama. Wajahnya familiar meski ia merasa tak pernah bertemu dengan wanita itu sebelumnya. Setelah nasihat singkatnya pada Al tentang bagaimana kita tak bisa memilih kita ingin berkerabat dengan siapa. Ia memberi tahu Al alamat tinggal Mr Diggory lalu pamit pulang.

------------------------------------------------------

Bianca terbangun dari tidurnya. Mimpi itu lagi. Mimpi yang sama. Ia melihat seorang anak perempuan berambut silver dan biru di ujung rambutnya. Bianca memasuki perpustakaan keluarga Potter dan terpekik kecil melihat siluet seseorang disana.

"Ma-maaf Uncle Harry. Aku hanya, well, terkejut." Kata Bianca.

Uncle Harry hanya tersenyum dan menyuruh Bianca duduk disampingnya. Ia menatap kosong kedepan. Pandangannya sendu. Begitu banyak beban yang harus ia emban. Bahkan sejak dari ia kecil. Mereka duduk dalam diam. Bianca yang pertama kali memecah keheningan.

"Maafkan aku Uncle Harry. Apa aku boleh bertanya?" Tanya Bianca.

"Kau baru saja bertanya." Katanya tersenyum dan Bianca membalas senyumannya. Ia  menyukai selera humor ayah Al itu.

"Tapi tentu saja, kau boleh bertanya lagi."

"Apakah semuanya baik-baik saja dengan Al, Uncle?"

Uncle Harry mendesah lelah. Ia menceritakan semuanya. Ia memberikan selimutnya sewaktu bayi pada Al. Hanya itu satu-satunya benda peninggalan orang tuanya yang Uncle Harry punya. Selimut itu sangat berharga bagi Uncle Harry. Benda itu mengingatkannya pada ibunya. Tapi Al menanggapi hal ini berbeda. Ia tak menerima selimut itu dengan baik. Ketika James mendapat Jubah Gaib dan Peta Marauders serta Lily yang selalu mendapatkan apapun keinginannya kenapa ia hanya mendapat sebuah selimut tua?

Al merasa getir. Apapun tentang dirinya selalu dihubungkan ke Uncle Harry. Ia mendapat cemooh karena tak berada Gryffindor. Karena sebelumnya tidak bermain Quidditch. Karena tak sepopuler James dan Lily. Karena ia tak bisa menyamai prestasi ayahnya. Mereka beradu argumen dan saling membentak. Uncle Harry yang kehilangan kontrol emosinya mengucapkan kata-kata yang ia sesali seumur hidupnya pada Al. 'Kadang aku berharap, kau bukan putraku.'

"Bianca. Aku tahu. Aku ayah yang buruk. Aku mencoba jujur dan lebih dekat dengan Al dan ternyata tidak berhasil."

"Aku yakin kau tidak bermaksud berkata begitu pada Al, Uncle."

"Thanks Bi. Aku tahu Al lebih terbuka denganmu. Jika terjadi sesuatu kau bisa memberi tahuku, oke?"

Bianca mengangguk dan pamit kembali ke kamar Lily.

TBC

P.s : Chapter ini dan selanjutnya berdasarkan plot yang ada dalam naskah The Cursed Child dengan adanya sedikit pengurangan dan penambahan untuk mendukung karakter Bianca. Jika kalian belum membaca The Cursed Child, harap membaca novel tersebut terlebih dahulu, jika tak ingin ada spoiler nantinya.
Thanks 💓💓

[1] Found ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang