10. Grimmauld Place #2

542 96 6
                                    

Chapter 10: Grimmauld Place #2

Happy Reading.
Enjoy!!!!!!
~~~~~~

Bianca sedang berbaring sambil menatap sekeliling. Kamar Granddad Regulus didominasi warna hijau dan perak, khas Slytherin. Banyak juga informasi mengenai Voldemort yang ditempeli di beberapa bagian dinding. Juga ada fotonya dengan seragam tim Quidditch Slytherin.

Sementara Al dan Scorp yang tidur di kamar Sirius sedang memandang foto The Marauders yang dilekatkan pada dinding secara permanen.

"Kau dan James benar-benar mirip kakekmu, Al." Kata Scorp memandang wajah James Potter yang tertawa sambil merangkul bahu Sirius.

"Ya. Dan Brian benar-benar mirip Granddad Sirius."

Mereka beranjak ke tempat tidur. Mereka sedang memandang dekorasi kamar bernuansa merah dengan singa keemasan yang menggaum tanpa suara ketika mereka dikejutkan oleh suara Rose.

"Hey, Bi. Kenapa belum tidur?"

"Itu suara Rose. Bagaimana mungkin kita bisa mendengar suaranya. Kamar mereka kan di bawah." Kata Al heran.

"Arahnya dari meja disana, Al."

"Oh, Rose. Tak tahu. Kau sendiri?"

Al dan Scorp sudah menemukan asal suara itu. Asalnya dari miniatur singa Gryffindor yang tergeletak diatas meja.

"Well, ini kali pertama aku menginap di Grimmauld Place. Aku masih belum terbiasa." Kata Rose yang menarik selimut sampai ke bawah dagunya.

Al dan Scorp memindahkan singa itu dan meletakkannya diatas nakas disebelah tempat tidur. Mereka memilih diam dan mendengarkan percakapan kedua gadis itu.

"Kau tahu, Bi. Aku senang Al berteman denganmu."

"Kenapa begitu, Rose?"

"Al itu anak yang pendiam. Dia juga tak terlalu pandai mengekspresikan diri. Tapi kulihat dia cukup terbuka denganmu." Kata Rose yang kini memutar badannya menghadap Bianca.

Al dan Scorp saling lirik dalam diam.

"Well, Al baik. Aku beruntung bisa berteman dengannya. Dulu selama di perkemahan dan panti asuhan tak ada yang mau berteman denganku. Mereka menganggap aku aneh. Kadang memandangku seakan-akan aku sesuatu yang begitu buruk dan menjijikan."

"Kau tidak begitu, Bi."

"Terimakasih, Rose. Aku senang kau kemari. Aku tak punya teman perempuan sebelumnya untuk berbagi cerita."

"Kau bisa menceritakan apa saja padaku. Aku pendengar yang cukup baik." Rose tersenyum.

Scorp tersenyum. Ini yang membuatnya menyukai Rose. Rose yang selalu menenangkan.

Sementara Bianca sadar apa yang membuat Scorp begitu menyukai Rose. Bukan hanya karena paras Rose yang cantik, tapi karena hatinya pun begitu. Ia tulus, sederhana dan terasa nyaman berada didekatnya. Jika Bianca seorang laki-laki, pasti ia juga menyukai Rose.

"Apakah kau pernah menyukai seseorang, Bi?"

"Aku... Umm.. Aku tak tahu, Rose. Tak banyak laki-laki yang kukenal. Selama ini cuma Brian dan Uncle Percy yang dekat denganku. Bahkan Al dan Scorp adalah teman pertamaku."

[1] Found ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang