13. Upacara Seleksi

519 91 6
                                    

Chapter 13: Upacara Seleksi

Happy Reading.
Enjoy!!!
~~~~~

Bianca dan Brian memasuki Aula Besar bersamaan dengan anak kelas satu. Bisik-bisik terdengar di seluruh aula.

"Siapa mereka?"
"Murid pindahan?"
"Oow. Yang laki-laki tampan sekali." Brian menyeringai mendengarnya. Bianca pura-pura muntah.
"Rambut hitam? Potter?"
"Tidak semua Potter berambut hitam. Lihat Lily Potter berambut merah."

"Yang perempuan cantik." Bianca menatap Brian dengan tatapan memangnya-kau-saja-yang-dibicarakan.
"Rambut merah? Weasley?"
"Tidak semua Weasley berambut merah. Lihat Louis Weasley."

Suara bisik-bisik berhenti ketika Professor Longbottom menyampaikan pidato pembukaan dan memulai upacara seleksi.

"Tahun ini kita kedatangan dua murid baru. Brian Black akan menjalani tahun ketujuhnya dan Bianca Black akan menjalani tahun kelimanya." Bisik-bisik terdengar lagi.

"Black?"
"Mereka kakak-adik?"
"Kukira Black terakhir Sirius Black?"
"Ya. Dia dibunuh sepupunya Bellatrix itu kan?"
"Mereka pasti di Slytherin."
"Kau lupa Sirius Black di Gryffindor"
"Aku berharap Brian Black di Slytherin." Kata seorang murid perempuan Slytherin.

"Aku berharap Bianca Black di Gryffindor." Kata Yann Frederick. Bianca pernah bertemunya dengannya di Diagon Alley. Al dan Scorp melemparkan pandangan mematikan pada Frederick. Bianca melambaikan tangannya ke arah meja Slytherin tersenyum pada Al dan Scorp. Yang dibalas mereka dengan lambaian bersemangat.

"Lihat dia sudah mengenal Potter dan Malfoy."
"Dia pasti Slytherin." Kata seorang perempuan dari meja Gryffindor mencela.
"Slytherin Squib." Yann Frederick menghina Al. Bianca ingin merapalkan kutukan padanya jika tidak ditahan oleh Brian.

Beruntung Professor Longbottom bertindak cepat dengan memperbesar volume suaranya secara sihir menyuruh semua orang tenang. Aula Besar berangsur hening.

Brian dipanggil terlebih dahulu. Ia tersenyum menenangkan pada Bianca yang mulai cemas dan berjalan mantap kedepan. Topi seleksi diletakkan diatas kepalanya. Sekitar lima menit berlalu, yang terasa begitu lama bagi Bianca topi itu akhirnya berteriak. "HUFFLEPUFF!"

Brian tersenyum lebar. Ia menuruni undakan berhenti dan berbisik ditelinga Bianca. "Aku berhasil. Ingat permintaanku tadi, oke?" Dia berjalan menuju meja Hufflepuff yang bersorak keras. Para gadis terkikik dan berteriak Brian Black di asrama mereka. Brian bergabung dengan Louis Weasley dan menyalami beberapa anggota Hufflepuff lainnya sebelum menatap kedepan. Ia tersenyum kearah Bianca.

Bianca mengangguk dan melangkah menuju kursi yang terletak ditengah menghadap ke seluruh murid. Topi seleksi diletakkan diatas kepalanya.

"Aah! Seorang Black lagi. Dan susah ditempatkan seperti kakakmu tadi." Kata Topi. "Kenapa begitu?" Tanya Bianca. Aneh rasanya mendengar seseorang berbicara didalam kepalamu dan kau menjawabnya.
"Kau memiliki semua kriteria yang dihargai keempat pendiri Hogwarts." Topi itu berdeham.

"Kau loyal terhadap orang yang kau percayai dan orang yang kau sayangi. Adil, sederhana dan memperlakukan semua orang dengan sama. Hufflepuff akan cocok untukmu. Kau juga memiliki keberanian, sikap ksatria dan rasa peduli yang besar. Gryffindor akan senang menerimamu. Oh, kau pun sangat cerdas, rasional, bijak, kreatif dan perfeksionis. Ravenclaw akan bahagia kau menjadi bagian asramanya. Tentu. Ah! Kau bahkan cerdik, ambisius, panjang akal dan bisa menjadi licik ketika kau menginginkannya. Kau akan sukses di Slytherin. Tapi dimana aku harus menempatkanmu?" Tanya si Topi.

"Well. Bukankah itu tugasmu untuk menentukan?" Tanya Bianca. "Aku punya teman baik di Slytherin. Bisakah aku masuk Slytherin saja?" Tanya Bianca penuh harap. "Oh. Aku bisa saja memasukkanmu ke Slytherin. Tapi kakakmu akan membunuhku." Kata si Topi.

"Bukankah kau berjanji akan memecahkan tradisi keluargamu sekali lagi? Keluargamu punya sejarah panjang mengisi asrama Slytherin. Kakekmu Sirius di Gryffindor dan karena kakakmu memilih di asrama Hufflepuff. Yang tersisa untukmu berarti.." Bianca mendesah. Ia menatap Al kecewa. Ia tak bisa satu asrama dengan Al.

"RAVENCLAW!" Teriak si topi. Meja Ravenclaw bersorak keras. Brian tersenyum lebar. Bianca disambut oleh teman-teman satu asramanya. Well, setidaknya teman-temannya menerimanya dengan baik. Ia duduk menghadap meja Slytherin. Mengumamkan "I'm sorry, Guys." ke arah Al dan Scorp yang dibalas dengan kata "It's alright, Bi." Al dan Scorp tersenyum padanya.

"Halo, namaku Jonathan Grey. Aku Prefect. Dan ini Natalia Thompson, Prefect perempuan." Bianca menyalami mereka berdua. "Hai, Aku Bianca Black." Bianca tidak terlalu mendengarkan penyeleksian murid baru karena beberapa murid perempuan Hufflepuff memangilnya. Bersikap sok ramah. Bianca tahu apa maksud mereka begitu. Mereka ingin bertanya tentang Brian. Bianca mendengus. Beruntung hanya Natalia dan Jonathan yang mendengarnya. Mereka tertawa.

"Bersabarlah. Mereka memang begitu. Harus kuakui kakakmu memang tampan. Tapi mereka berlebihan sekali." Kata Natalia nyengir. "Thanks, Natalia." Kata Bianca. "Apa aku boleh memanggil kalian dengan nama panggilan lain?" Tanya Bianca. Natalia dan Jonathan mengangguk. "Aku akan memanggilmu Lia. Dan aku akan memangil Jonathan, Nathan atau Nat." Mereka tersenyum menyukai nama panggilan baru mereka.

"Lia. Apa boleh duduk dan makan di meja selain meja asramamu sendiri?" Tanya Bianca. "Tentu." Kata Lia. "Kau ingin menemui Albus Potter dan Scorpius Malfoy, ya?" Tanya Nathan. "Bagaimana kau tahu? Kau seorang legilimens?" Tanya Bianca. Lia tertawa keras membuat beberapa murid kelas satu Ravenclaw memandangnya.

"Dia tidak sepintar itu bisa Legilimency. Aku kadang heran kenapa dia masuk Ravenclaw." Kata Lia menyindir Nathan. "Hei. Aku tidak bodoh. Hanya saja aku tak ingin terlalu memperlihatkan kejeniusanku dikelas. Kita harus memberi kesempatan pada yang lain bukan?" Kata Nathan percaya diri. Lia mendengus dan mereka mulai bertengkar.

"Mereka memang sering seperti itu. Hai, aku Matilda Lewis. Tahun kelima." Kata perempuan berambut pirang yang duduk disebelah Nathan. "Hai. Aku Bianca Black." Mereka saling menjabat tangan dan tertawa melihat pertengkaran Nathan dan Lia yang seperti "Tom and Jerry" kartun Muggle yang sering Bianca tonton di panti asuhan sewaktu dia kecil.

"Kalian pacaran ya?" Goda Bianca. "Tidak. Mana aku mau dengannya." Kata Nathan dan Lia serempak. Mereka saling melotot. "Jangan meniruku." Kata mereka bersamaan. Bianca dan Matilda meledak tertawa. Makan malam berakhir, Bianca pamit pada Lia, Nathan dan Matilda karena ia ingin menemui Al dan Scorp.

"Hai Guys." Sapa Bianca. "Halo. Princess Bianca Black." Sapa Al dan Scorp sambil menunduk seakan memberi hormat pada seorang tuan putri. Bianca tertawa. Ia berdiri ditengah kedua laki-laki itu dan mengandeng tangan mereka. Bianca tak memperdulikan tatapan kesal Yann Frederick dari meja Gryffindor. Bersama mereka berjalan meninggalkan Aula Besar.

TBC

[1] Found ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang