4. Diagon Alley

812 113 5
                                    

Chapter 4 : Diagon Alley

Enjoy!!!
~~~~~~~~~~~~~~

Keluarga kecil itu terlihat bahagia. Anak-anak kembar mereka sibuk berlarian mengejar satu sama lain. Sang adik yang sibuk menghindari kakaknya yang mengejar sesekali menoleh kebelakang.

"Sweet Bee. Ian. Kemari nak. Waktunya makan siang." Wanita cantik dengan manik abu-abu badainya melambaikan tangan pada anak-anak itu. Sementara laki-laki dengan manik biru terang itu tersenyum sambil merangkulnya.

Siang itu tak terlalu terik. Duduk dibawah pohon besar menikmati waktu piknik keluarga. Anak-anak begitu lahap memakan roti isi daging mereka.

"Ian, aku mau pipis. Temani." Anak perempuan berumur 5 tahun itu menarik-narik baju sang kakak. Anak laki-laki itu tak menggubris adiknya. Ia memasukkan sebanyak mungkin biskuit ke dalam mulutnya. Merasa dihiraukan sang adik pergi ke toilet sendiri.

Ia telah selesai dengan urusan kecilnya di toilet ketika bertemu seorang anak perempuan berumur kira-kira 13 tahun. Ia sangat cantik. Rambutnya berwarna silver yang diujungnya kebiruan. Ia menatap lurus tepat ke manik Bianca kecil.

"Nikmati waktu bahagiamu, Bianca Black. Selanjutnya kau tak akan tahu lagi apa itu arti bahagia." Ia tersenyum licik. Matanya memancarkan kebencian. Dan tiba-tiba ia menghilang.

"Bianca. Bianca. Bangun. Kau tak apa?" Lily mengguncangkan tubuhku kasar. Aku tersentak. Berkata padanya aku baik-baik saja. Aku mengingat lagi mimpi itu. Mimpi yang indah.

Aku pernah pergi piknik bersama Ayah, Ibu, dan Brian. Tapi anak perempuan itu masih mengganggu pikiranku. Dia siapa?

"Hei. Jangan melamun. Ayo bersiap-siap. Kita ke Diagon Alley hari ini." Lily menutup pintu kamar. Aku menuju kamar mandi. Setelah segar dan berpakaian, aku segera turun.

Bau roti panggang menyapa indra penciumanku. Aku melihat Lily mengatur peralatan makan di atas meja.

"Auntie Ginny. Maaf aku tak membantu menyiapkan sarapan." Auntie Ginny tersenyum dan mengajakku duduk. James dan Brian sedang sibuk membahas tentang sapu-sapu terbang.

"Aku akan beli sapu terbang yang baru. Punyaku rusak ketika latihan." James menjelaskan pada Brian jenis-jenis sapu terbang yang cocok dipakai untuk bermain Quidditch. Ia juga berjanji akan mengajarkan Brian cara bermain Quidditch.

"Bianca, are you alright?" Brian bertanya. Semua orang jadi menatapku.

"Yeah. I'm good." Aku tersenyum. Berusaha merubah ekspresi mukaku seceria mungkin. Aku tahu Brian tak percaya. Tapi aku tak mau merusak suasana sarapan yang menyenangkan dengan ceritaku tentang si anak perempuan itu.

------------------------------------------------------

Aku menggengam bubuk floo dan masuk ke perapian.

"Sebut 'Diagon Alley' dengan lantang dan jelas, Bianca. Lalu lakukan seperti James dan Brian tadi." Aku mengangguk paham kearah Uncle Harry. Aku masuk ke perapian. Dan Al menyusulku.

"Kau kan belum pernah berpergian dengan bubuk Floo. Akan kutemani." Al menggengam bubuk Floo.

Semua orang sibuk protes. Kenapa aku dan Al pergi berdua. Apakah nanti akan aman dan sampai di tempat tujuan.

"Al, Knockturn Alley itu seperti apa?" Aku berpaling dan mendapati Al sedang beradu pendapat dengan Lily.

"Al-" Al masih berdebat dengan Lily. Bahwa ia yang harus menemaniku menggunakan bubuk Floo karena kami seumuran. Bukan Lily.

[1] Found ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang