16- Payung

3.1K 179 0
                                    

"Buka hatimu sedikit untukku. Biar ku hapuskan semua lukamu"
______

Syafira berjalan lesu, bahkan sangat lesu. Semenjak kejadian tadi, wajahnya terus saja muram. Tidak lagi menampakan auranya yang ceria seperti hari-hari biasanya. Bahkan seperti tidak ada aura kehidupan di wajahnya.

Bahkan semua orang yang melihatnya sangat khawatir melihat wajah Syafira yang tiba-tiba pucat pasi begitu saja. Jangankan wajahnya yang pucat, bahkan telinganya pun sama-sama sudah tidak berfungsi lagi, semua orang yang memanggilnya tidak ia hiraukan sedikitpun. Jika dilihat, Syafira mirip seperti seorang mayat hidup yang berdiri di bawah atap sekolah. Wanita ini benar-benar kehilangan akal saat ini. Sudah bukan main-main lagi.

Bukan satu menit-dua menit syafira diam seperti ini. Bahkan sejak jam pelajaran terakhirpun, gadis itu tidak masuk kelas. Membuat teman dan sahabatnya khawatir. Baru kali ini syafira nekad kabur dari jam pelajaran, bagaimana tidak? syafira adalah gadis baik dan berprestasi. Tapi untuk kali ini, entah apa yang membuatnya seperti ini.

Hujan masih saja mengguyur kota bandung. Kota dimana yang nyaman bagi gadis itu. Tapi tidak untuk sekarang. Gadis itu seperti habis harapan, Takdir telah menamparnya dengan keras, bahgaikan merengggut semua harapan hidupnya.

Syafira masih diam di tempatnya dan beberapa orang disana telah pulang oleh jemputannya masing masing. Hanya tinggal beberapa orang lagi yang masih tersisa, entah karena menunggu jemputa pribadi atau menunggu jemputan umum.

Karena lelah, syafira akhirnya menyandarkan kepalanya pada tihang tembok,sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Semua teman dan sahabatnya sudah berulang kali dan bergantian menawakan tumpangan. Tapi syafira menolak semuanya dengan alasan, dirinya tidak ingin di ganggu dulu. Pikirannya kembali mengingat sesuatu yang sejak tadi ingin ia hempaskan jauh-jauh. Masih seperti mimpi baginya untuk menerima semua kenyataan pahit ini. Mungkin jodoh baik yang disemogakan Syafira kepada Raysa adalah Hildan gumilang. Ya, tuhan terlalu cepat mengabulkan doanya kala itu.

Saat ia terus meratapi nasib pahitnya, tiba tiba saja syafira tersadar bahwa di samping tihang yang ia senderi ada dua orang yang sedang mengobrol sambil tertawa, membuat dirinya cukup tersadar. Tapi, firasat buruk memenuhi otaknya, sebuah suara yang tak asing ditelinganya itu akhirnya membuat ia menoleh ke sumber suara.

Deg....

Firasatnya bnar-benar terjadi. Untuk kesekian kali, hatinya dibuat hancur kembali. Pemandangan yang tidak baik bagi hatinya kini ia tonton dengan jarak yang tidak jauh dari dirinya. Dekat, bahkan sangat dekat. Hanya terhalang satu tembok dan lantai beberapa jengkal saja dari posisisnya saat ini.

Seorang Hildan gumilang kini sedang asik mengobrol dengan kekasih barunya. Ya. siapa lagi jika bukan Raysa Adilla. Gadis cantik dan baik.

Entah kenapa hatinya selalu sesak jika melihat kedua pasangan itu, mungkin karena dua-duanya sempurna, jadi hatinya belum terlalu menerima kenyataan ini. Dengan susah payah, syafira langsung menegakkan badannya dan berlari menerobos hujan yang masih lebat di ikuti tatapan cemas dari kedua orang tadi.

Sudah cukup, kali ini hatinya benar-benar hancur. Air matanya kembali berjatuhan disertai dengan air hujan yang semakin lama semakin membesar. Pandangannya seketika kabur begitu saja, untuk hari ini ia benar-benar sial bahkan sangat sial. Entah hukuman apa yang ingin tuhan berikan kepadanya.

Tubuhnya kembali bergetar, sangat jelas wanita itu sedang menahan isakan yang kuat. Tubuhnya sudah basah kuyup oleh hujan. Namun tidak sedikitpun juga ia hiraukan, baginya menahan dingin hujan belum seberapa dengan menahan beban hiupnya yang semakin hari semakin rapuh.

Cold Boy [Complete√√√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang