Suara kegaduhan terdengar dari kelas Sastra Inggris milik Mr. Wilson. Suaranya begitu keras hingga bisa terdengar sampai tiga ruangan setelahnya. Sekarang masih pagi, jam pelajaran akan dimulai dua puluh menit lagi dan suasana kelas sudah sangat berantakan. Sang guru pemilik kelas baru saja izin keluar kelas untuk mengurus sesuatu bersama kepala sekolah dan berjanji akan kembali ke kelas sebelum bel tanda pelajaran dimulai berdering. Semua ini berkat satu orang. Camila, salah satu siswa senior yang mengikuti kelas tersebut saat itu, ikut melempar kertas pada teman sekelasnya. Bisa dikatakan bahwa gadis berambut coklat tersebutlah yang memulai perang lempar kertas tersebut.
Gadis tersebut sengaja melempar kertas pada salah satu sahabat karibnya, Ariana, yang saat itu masih termenung. Ia berpikir sahabatnya sedang memiliki masalah dan berniat untuk menghiburnya menggunakan cara lama; melempar gumpalan kertas ke arahnya. Berawal dari hal kecil tersebut semuanya menjadi besar. Ariana berniat membalas lemparannya, namun sayang, berbelok pada seorang pria yang masih mengganggu sahabatnya menggunakan permen karet. Tak terima terkena lemparan, pria tersebut balas melempar Ariana yang masih menutup mulutnya dengan kedua tangannya karna terkejut saat kertas tersebut tak terkena sasaran. Saat kertas yang dilempar sang pria terkena tepat dimata kiri sahabatnya, Camila langsung merobek bukunya dan menggumpalkan kertas yang ia genggam lalu melemparnya pada pria tersebut. Setelahnya, kelas menjadi seperti sekarang.
Sepuluh menit berlalu, suara teriakan dimana-mana, kertas berserakan di lantai, ada makian di setiap meja, serta amukan dari siswa-siswi yang tak bersalah. Tak terima karna terus-terusan terkena lemparan dari seorang pria bernama Charlie, yang mana itu adalah sahabatnya sendiri, Camila berniat membalas dengan caranya sendiri. Ia tersenyum usil, mengambil dua balon yang telah beberapa hari berada di dalam ranselnya dan berlari menuju ke toilet. Setelah berhasil mengisi penuh dua balon tersebut dengan air, ia kembali berlari ke kelas, mengendap-endap disamping meja agar tak ketahuan. Ia kemudian bersembunyi di sudut kiri meja bagian ujung belakang, menunggu waktu yang tepat untuk melempar pria yang diincarnya. Saat melihat Charlie tertawa dan berdiri di depan kelas, tepat di dekat pintu masuk, ia akhirnya memutuskan bahwa itu adalah saat paling tepat untuk melemparnya, mengingat pria tersebut masih tak menyadari kehadirannya.
Camila berteriak, melepaskan balon tersebut dari tangannya dan menuju ke arah Charlie. Ariana berteriak dari samping untuk melarangnya namum terlambat, balon tersebut telah melayang di udara. Charlie bisa melihat ada sebuah benda terarah padanya, dan saat matanya terarah pada balon yang masih melayang, ia langsung menunduk untuk menghindar. Balon yang berisi air tersebut melayang melaluinya dan terkena seseorang yang baru hendak memasuki ruang kelas. Orang tersebut terkejut dan menjerit kecil. Seluruh kelas langsung hening saat melihatnya, bahkan Camila. Ia tercengang dan tak sengaja menjatuhkan satu balon air yang masih digenggamnya. Membasahi lantai dan sedikit terkena sepatunya. Camila bisa melihat, balon tersebut mengenai dada bagian kiri orang tersebut dan membasahi sebagian bajunya serta beberapa helai rambut hitam panjangnya.
"Sial!" Camila memaki dengan pelan, merasa begitu bodoh telah melakukan kesalahan besar. Ariana menatap antara Camila dan orang tersebut, memastikan reaksi keduanya.
"Habislah kau." Ariana berbisik pada sahabatnya saat orang tersebut melotot ke arahnya.
Belum sempat ada yang bicara, entah Camila atau juga orang tersebut atau bahkan anggota kelas yang lain, guru pemilik kelas tiba-tiba masuk ke ruangan tersebut dan mendapati salah satu siswanya basah kuyup dan kertas dimana-mana.
"Ada apa ini?" Mr. Wilson berseru dengan suara kesal tapi tak ada satupun yang bersuara, kecuali suara kursi yang bergeser karna siswa yang huru-hara kembali duduk. Ia kemudian kembali menghadap siswanya yang masih basah. "Kau tak apa, Nona Jauregui?"
Seluruh kelas masih hening, begitu hening. Menunggu gadis berambut hitam tersebut untuk bersuara. Mata hijau tajamnya masih terarah pada sang gadis yang tadi melemparnya. Menghela nafas panjang, gadis tersebut berusaha menenangkan dirinya lalu menghadap gurunya yang masih menunggu jawaban darinya dengan sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coincidence {Camren}
FanfictionTidak semua orang percaya pada kebetulan yang dapat mengartikan sesuatu. Meski tidak selalu. Kebetulan adalah salah satu hal yang terkadang membuat seseorang menjadi dilema dan bimbang akan perasaannya. Kisah anak sekolah dengan karakter yang sanga...