Hari Minggu berlalu begitu cepat dan Camila mendapati dirinya merasa bahagia dan di sisi lain merasa kesal karena melihat Selena bersama Justin. Bahkan hingga Minggu malam, ia sama sekali tak memberi konfirmasi apa-apa pada Camila soal dirinya dan Justin.
Entah apa yang sebenarnya terjadi di antara keduanya, Camila tak tahu. Ia telah berusaha mengabaikannya namun itu sia-sia. Tamparan Selena masih sangat membekas di hatinya.
Setelah memikirkan itu sepanjang malam, ia akhirnya memutuskan untuk bicara pada gadis tersebut dan bertanya bagaimana bisa ia jalan bersama Justin disaat keduanya telah resmi berpisah.
Untuk itu, saat ini, sebelum kelas pertama dimulai, Camila buru-buru mengambil perlengkapannya dari dalam loker dan secepatnya melangkah ke arah loker sang sahabat. Sayangnya, Selena tak terlihat di sana. Hanya ada Charlie yang masih meneliti sebuah buku di tangannya.
"Hei, di mana Selena?" ia tanpa basa-basi langsung bicara pada intinya, membuat pria tersebut langsung mendongak dan mengerutkan kening saat melihat ekspresinya yang tak karuan.
"Ada apa denganmu? Ini hari Senin dan aku paham jika semua orang benci hari ini, tapi tak seharusnya kau lampiaskan itu pada sahabatmu." Charlie bicara tanpa menatapnya, sibuk meneliti buku-bukunya.
"Ayolah, Charlie, aku tak punya waktu untuk omong kosong seperti ini. Katakan saja di mana dia." Camila mengeluh dengan nada putus asa, membuat pria tersebut langsung menghentikan aktivitasnya dan fokus padanya.
"Kau masih belum bertemu dengannya sejak hari Jumat?" ia memastikan dengan hati-hati, tak ingin membuat sahabatnya merasa tak nyaman.
"Sebenarnya kami sempat bertemu kemarin malam tapi tak sempat mengobrol karena itu pertemuan singkat selama dua menit." Camila memberitahunya dengan angkatan bahu. "Dan sebenarnya sesuatu telah terjadi, dan sekarang bisa kau katakan di mana dia?" ia memohon.
"Oh, well, tadi dia bersama Ling ke arah perpustakaan. Dia sepertinya buru-buru sekali seakan tak ingin dekat-dekat denganku." Charlie berpendapat, bahunya terangkat karena tak yakin.
"Sampai bertemu saat jam makan siang." Camila tanpa ragu langsung berjalan menjauh tanpa kembali menghiraukannya. Ia memaki di dalam hati karena tahu orang yang sedang bersama Selena saat ini adalah salah satu rekan dari Justin.
Beberapa pertanyaan kembali terngiang di kepalanya. Apa ia dan Justin telah kembali bersama? Setelah apa yang terjadi? Apa Selena tak punya otak untuk berpikir? Apa ia tak kapok dengan perlakuan buruk dari bajingan tersebut?
Berusaha tetap fokus pada langkahnya, ia menaikkan kecepatan agar secepatnya bertemu dengan gadis tersebut. Matanya selalu melirik ke segala arah agar tak kehilangan jejak sang sahabat.
Benar saja, Selena keluar dari dalam perpustakaan bersama gadis keturunan Tiongkok yang memiliki mata yang Camila anggap sangat menyebalkan. Tanpa ragu, ia melangkah dengan cepat dan berdiri tegak menghadang keduanya.
"Kita harus bicara." ia langsung menghentikan obrolan kedua gadis tersebut yang mungkin juga sangat menyebalkan.
"Apa-apaan kau ini? Tak bisa bicara lebih sopan?" Ling yang pertama menyahut, membuat Camila semakin kesal. "Kau pikir menghadang orang lain bukan pelanggaran?"
"Aku tak bicara denganmu, Chun-Li. Aku kemari untuk sahabatku." Camila memberinya tatapan peringatan dan kembali menatap gadis di sampingnya. "Selena, kau harus ikut aku sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Coincidence {Camren}
FanfictionTidak semua orang percaya pada kebetulan yang dapat mengartikan sesuatu. Meski tidak selalu. Kebetulan adalah salah satu hal yang terkadang membuat seseorang menjadi dilema dan bimbang akan perasaannya. Kisah anak sekolah dengan karakter yang sanga...