5

831 63 20
                                    

"Camila, bolehkah aku makan? Aku kelaparan." Shawn berteriak dari dapur, tubuhnya sedang mondar-mandir mencari sesuatu yang bisa dimasukan kedalam perutnya.

"Kau lihat saja sendiri, aku tak tahu ada apa saja di rumah ini." Camila berteriak dari sisi lain ruangan, mengambil beberapa botol minuman untuk para sahabatnya.

"Apa kau yakin akan membiarkan mereka minum alkohol?" Selena bertanya padanya, berdiri di bingkai pintu masuk ruangan khusus tersebut.

"Tentu saja." ia menjawab dengan percaya diri. "Mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Kau tak khawatir bila orang tuamu akan mengetahui ini? Maksudku, mereka pasti tak ingin kau melakukan hal seperti ini, Camila." Selena menegaskan maksudnya. "Apalagi Taylor. Dia akan marah besar."

"Itu bukan masalah besar, Selena." Camila menenangkan sahabatnya. "Lagipula, mereka sudah tahu bahwa aku sering minum dan kita hanya menikmatinya sedikit saja. Tak akan sampai mabuk."

"Terserah kau saja, aku tahu tak akan bisa berdebat denganmu." Selena mengangkat bahu, tahu persis bahwa tak ada gunanya berdebat dengan gadis tomboy dihadapannya. "Aku hanya tak ingin kau mendapat masalah."

"Kau begitu khawatir padaku." Camila tersenyum usil, meletakkan beberapa botol minuman yang tadi digenggamnya di atas meja sebelum berjalan menghampiri sahabatnya. "Ada apa denganmu?"

"Apa salah bila aku memikirkan sahabatku?" Selena balas bertanya saat Camila berdiri dihadapannya.

"Tapi sikapmu sangat berbeda." Camila menatapnya penuh hasrat dan Selena sangat paham tatapan tersebut. "Apa maumu?"

"Aku menginginkanmu." Selena berbicara dengan lembut, memiringkan kepalanya dan mendekatkan wajahnya pada sahabatnya. "Dan kau, apa maumu?"

"Aku juga menginginkan kau." Camila bernafas di bibir sahabatnya, dan seketika bibir keduanya bersatu. Ia melumat bibir sahabatnya dan tak lama Selena balas menciumnya.

Ciuman tersebut sama seperti ciuman-ciuman sebelumnya; lembut, berhasrat dan kedua sahabat itu sangat menikmatinya. Namun kali ini, Camila merasakan ada sedikit perbedaan dari yang sebelumnya. Meski tak yakin apa, ia tetap bisa memastikan hal itu memang terjadi.

Saat tangan Selena memegang kedua sisi wajahnya serta lidahnya langsung masuk menjelajahi mulutnya, Camila langsung menyadari bahwa sahabatnya menginginkan sesuatu yang lebih dari yang tengah mereka lakukan saat ini.

Ia ingin menarik kepalanya menjauh tapi disisi lain Selena juga membuatnya bergairah. Dengan sedikit dorongan, ia menekan tubuh sahabatnya ke tembok, membuat tubuh bagian depannya menyatu dan saling bersentuhan. Kontak tersebut mengeluakan rintihan kecil dari mulut Selena dan membuat Camila menggila. Ada apa ini?

Camila sama sekali belum pernah melakukan ini bersama sahabatnya. Ia sering melakukannya bersama seseorang yang sedang dekat dengannya, tapi itu tak pernah melewati batas normal. Tapi sekali lagi, cara Selena membimbingnya membuatnya semakin gila. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk memikirkan itu, ada hal yang jauh lebih penting.

Dengan tangan kanannya yang masih berada di wajah Selena, ia menggerakkan tangan kirinya ke dalam baju sang sahabat, berusaha meraih sesuatu di balik kain tipis tersebut. Selena menarik pinggul Camila dan merapatkannya padanya, membuat gadis bermata coklat tersebut sedikit terkejut tapi tak menarik wajahnya menjauh. Bibir keduanya masih tak berpisah dan saat tangan Camila hampir menyentuh payudara sahabatnya, keduanya sama-sama mendengar seseorang menelan ludah. Menarik kepalanya serentak, kedua gadis itu melihat Austin berdiri dengan tatapan lesu di wajahnya.

"Minumannya takkan pernah sampai di depan, bila kau berdua terus melakukan itu." Austin menyindir keduanya dan langsung berjalan mendekat. "Biar aku saja yang bawakan itu dan kalian boleh melanjutkannya."

Coincidence {Camren}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang